Sunday, October 30, 2011

Jalan-jalan Sore di Asakusa, Tokyo - Jepang


Salah satu tempat yang paling banyak dan masuk daftar tempat yang harus dikunjungi jika datang ke Tokyo adalah Asakusa. Di sini adalah lokasi kuil Senso-ji yang dikatakan merupakan kuil Buddha tertua di Tokyo. Dikenal di seluruh Jepang sebagai kuil Kannon Asakusa. Menarik sekitar 30 juta pengunjung setiap tahun, dan tetap menjadi pusat ibadah yang penting. Di kuil ini terdapat patung Bodhisattva Kannon.

Menurut legenda, di pagi hari, 18 Maret 628, ketika ibukota Jepang masih berlokasi di Asuka (Di wilayah Prefektur Nara), dua nelayan, Hinokuma Hamanari dan saudaranya Takenari, sedang memancing di Sungai Sumida, Asakusa. Ketika menarik jala, mereka tiba-tiba merasakan sesuatu yang menyangkut di jaring dan menemukan patung Bodhisattva Kannon. Ketika Haji No-Nakatomo, kepala desa Asakusa, mendengar tentang ini, ia segera menyadari bahwa benda itu adalah patung dewa penting dalam ajaran Buddha, Bodhisattva Kannon. Dia kemudian bersumpah sebagai seorang pendeta Buddha dan mengubah rumahnya menjadi kuil, ia menghabiskan sisa hidupnya untuk pengabdian kepada Bodhisattva Kannon.

Pada 645, seorang biksu Buddha terkenal, Shokai Shonin, mengunjungi desa Asakusa, dan membangun Aula atau ruang yang lebih besar untuk menepatkan Kannon tersebut. Setelah ia menerima wahyu dalam mimpinya, Shokai memutuskan bahwa gambaran Kannon harus disembunyikan dari pandangan manusia, dan tradisi ini tetap terjaga hingga kini.

Asakusa awalnya adalah sebuah desa nelayan yang terletak di sepanjang muara Teluk Tokyo, bagian dari daerah hutan belantara yang luas yang dikenal sebagai Musashi. Asakusa kemudian berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang datang untuk beribadah. Ketika Ennin (794-864), Biksu tertinggi dari Enryaku-ji (kepala kuil dari Sekolah Tendai Buddhisme) mengunjungi Senso-ji pada pertengahan abad ke-9, ia membuat sebuah patung yang identik dengan Kannon, yang memang sengaja disembunyikan, yang dapat dilihat dan disembah oleh orang-orang.

Selama periode Kamakura (1192-1333), para shogun, yang berkuasa di Jepang pada masa itu, menunjukkan penghormatan besar untuk Senso-ji. Secara bertahap, tokoh historis terkemuka lainnya termasuk komandan militer dan sastrawan datang untuk mengikuti kebiasaan mereka. Mendapat perlindungan orang-orang terkenal dan berkuasa, bangunan kuil kemudian disempurnakan. Selama periode Edo (1603-1867), shogun Edo yang pertama, Tokugawa Ieyasu, menganggap Senso-ji sebagai kuil di mana doa-doa shogun akan diterima. Sehingga kuil ini menempati posisi yang tinggi dan kemudian kompleks kuil berkembang sebagai pusat kebudayaan Edo.

Gerbang Kaminarimon, pintu gerbang terluar menuju kuil Senso-ji

Nakamise, jalan menuju kuil yang di kiri kanannya kios suvenir

Gerbang Hozomon, pintu masuk ke kuil

Kuil Senso-ji

Duplikat Kannon?? yang bisa dilihat dalam kuil. Saya tidak bisa lebih dekat untuk melihat lebih jelas, karena banyaknya antrian umat Buddha yang dari Jepang sendiri maupun yang dari luar. Saya tidak ikut antrian mereka, karena memang saya datang cuma untuk melihat-lihat saja.

Pagoda lima tingkat di dekat komplek kuil. Pencahayaan di malam hari membuatnya jadi objek foto yang lebih menarik.


Asakusa Jinja, yang didedikasikan buat nelayan yang menemukan patung Kannon

Berkeliling area Asakusa di sekitar Senso-ji



Gedung Asahi Beer dan Tokyo Sky Tree di seberang sungai Sumida, dari sisi Asakusa

Catatan:
Untuk menuju ke Asakusa, saya naik subway Tokyo Metro, Ginza Line dari JR Stasiun Ueno. Asakusa merupakan stasiun terakhir untuk subway Ginza Line, Shibuya-Asakusa. Peta jalur jalan kaki di sekitar Asakusa dan juga beberapa tempat menarik di Tokyo yang direkomendasikan, bisa diunduh disini: http://www.jnto.go.jp/eng/location/rtg/pdf/pg-305.pdf

Sanja Matsuri adalah perayaan tahunan yang terbesar dan teramai di Tokyo yang diadakan sekitar pertengahan bulan mei. Perayaan oleh umat Shinto Jepang untuk menghormati tiga orang yang pertama kali mendirikan kuil Senso-ji.


Wassalam,
タクビール

Tuesday, October 11, 2011

Kyoto - Jepang, Hari ke-3

Hari terakhir sebelum kembali ke Yokohama, masih banyak tempat menarik di Kyoto yang belum saya kunjungi. Imperial palace kyoto tidak sempat saya kunjungi, karena tutup pada hari minggu dan hari libur. Rata-rata lokasi jalan-jalan adalah kuil atau Jingu. Tetapi setiap kuil dan Jingu tersebut mempunyai keunikan sendiri, yang membedakannya dengan kuil atau Jingu lainnya. Di Jepang, jika disebutkan kuil/temple berarti itu kuil Buddha, tetapi jika disebut Jingu/Shrine berarti itu tempat suci kepercayaan Shinto. Tidak jauh dari Hostel tempat saya menginap, adalah lokasi Sanjusangen-do atau secara harfiah terjemahan dari, ruang dengan 33 spasi antar kolom tiang. Didirikan oleh Taira-no-Kiyomori, seorang politikus dan samurai yang sangat berkuasa, pada tahun 1164. Kuil asli habis terbakar, tapi kemudian dibangun ulang pada 1266. Keunikan dari kuil ini adalah didalamnya terdapat 1001 patung Buddha yang bertangan 40. Sebuah patung Buddha besar bersila di tengah-tengah dan 1000 patung lainnya yang berdiri. Selain itu terdapat juga patung-patung dewa Halilintar, dewa angin, dan lainnya yang menjaga sang Buddha. Dewa-dewa tersebut rata-rata diadopsi oleh agama Buddha dari Dewa-dewa Hindhu dari India. Sayang sekali, dilarang mengambil gambar dalam ruangan ini.

Gambar berikut saya unduh dari internet, untuk memberikan gambaran patung Buddha dalam kuil Sanjusangen-do


Bosan dengan kuil, saya putuskan untuk mengunjungi Kyoto Toei Movie Park. Sekitar 40 menit naik bus dari Stasiun Kyoto. Selain taman yang dibuka untuk umum, dikawasan ini juga terdapat lokasi pembuatan film yang sesungguhnya. Dalam Movie Park kita bisa melihat beberapa setting film jaman Edo. Disini kita bisa mendapat sedikit demo tentang beberapa teknik dalam pembuatan film Ninja atau Samurai. Juga terdapat pertunjukan Ninja Shinobii, melihat atraksi pertunjukan pertarungan para Ninja yang sambil bersalto-salto di atas panggung. Ninja tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung cilik.






Disini saya juga bernostalgia dengan masa kecil, karena disinilah beberapa film kartun Jepang favorit saya dibuat. Antara lain, Dragon Ball, Saint Seiya. Film Kamen Rider dan Black RX alias Ksatria Baja Hitam serta para anggota Google Five diproduksi di sini





Puas berkeliling, dengan gagah berani saya mencegat para samurai jalanan, bukan ngajakin duel, tapi minta berfoto. Pukul 2 siang harus mengejar kereta kembali ke Yokohama.


Catatan:
Kyoto idealnya seminggu karena sangat banyak tempat yang menarik. Silakan tentukan sendiri tempat-tempat yang akan dikunjungi dari peta Kyoto walks. Silakan unduh dari link berikut: http://www.jnto.go.jp/eng/location/rtg/pdf/pg-503.pdf

Peta jalur bus di Kyoto:
http://www.city.kyoto.lg.jp/kotsu/cmsfiles/contents/0000019/19770/bus_navi_en200801.pdf
Printnya yang warna, biar tidak pusing liat jalur-jalurnya. Bisa juga anda minta di Tourist Information di Stasiun Kyoto. Beli 1 day pass 500JPY, mau tersesat juga tidak khawatir mesti bayar bus lagi, yang sekali naik 220 JPY. Beli di mesin yang ada di terminal bus depan Kyoto Station atau coba tanya Hostel tempat tinggal anda, siapa tau mereka provide juga.

Selama di Kyoto saya nginap di K's House Backpacker Hostel, tidak begitu jauh dari Stasiun Kyoto. 2500 JPY untuk dorm. Gedungnya bagus serta kamar mandi dan toiletnya walaupun sharing, tapi banyak dan sangat bersih. http://kshouse.jp/kyoto-e/access/index.html


Wassalam,
タクビール

Kyoto - Jepang, Hari ke-2


Pagi-pagi saya sudah keluar Hostel menuju Heian Jingu, kuil Shinto yang dibangun oleh Kaisar Meiji pada 1893, untuk memperingati hari jadi ke-1100 kota Kyoto yang dulunya bernama Heian-kyo. Kuil ini juga didedikasikan kepada Kaisar Kammu dan ayah Kaisar Meiji, Kaisar Komei. Kaisar Kammu adalah Kaisar Jepang yang memindahkan ibukota dari Nara ke Heian-kyo (Kyoto).

Dari Heian Jingu, saya naik bus menuju Ginkaku-ji. Ginkaku-ji, sebuah Kuil Zen, yang dibangun oleh Ashikaga Yoshimasa, Shogun Muromachi yang ke-8, pada tahun 1482. Yoshimasa menghabiskan hidupnya di sini. Komplek ini disebut juga Higashiyama den, didalamnya terdapat villa dan taman dengan kerikil kecil yang disapu rapi. Rata-rata pohon yang ada di taman di kuil-kuil di Jepang saya perhatikan tanaman cebol alias bonsai.





Ginkaku-ji berada tidak jauh dari aliran kanal sungai, yang disepanjang aliran tersebut banyak terdapat kuil-kuil. Para biksu menyebut jalan setapak sepanjang tepi sungai kecil tersebut sebagai Jalur Filsafat. Saya tidak mengunjungi kuil-kuil lain di sekitar Jalur Filsafat ini, soalnya jalannya lumayan menanjak. Butuh waktu yang lama dan tenaga ekstra buat mengunjungi semuanya.

Dari sini, saya kembali menuju Stasiun Kyoto, yang juga merupakan terminal utama bus kota Kyoto. Sekitar 500 Meter didepan Stasiun Kyoto, terdapat Kuil Higashi Honganji. Kuil Buddha sekte Shin di Jepang. Kuil ini dikatakan sebagai bangunan yang terbuat dari kayu yang terbesar di dunia. Di kuil ini banyak saya temui turis dari China daratan. Mengingat bahwa ajaran Buddha masuk ke Jepang melalui daratan China. Mereka bermeditasi di ruang utama kuil yang luas, dengan lantai beralaskan tatami.




Selanjutnya menuju ke Nijo-jo atau kastil Nijo. Kastil yang dibangun oleh Shogun Tokugawa Ieyatsu pada 1603. Sebagai tempat tinggal resmi Shogun Tokugawa ketika berkunjung ke Kyoto. Di Era Tokugawa, Shogun berkedudukan di ibukota Edo (Tokyo). Didalam kastil ini, seperti kastil khas jaman Edo, sebelum masuk kita akan melewati Bansho atau rumah jaga para samurai. Bangunan utama adalah Istana Ninomaru. Di sini, Shogun menerima utusan Kaisar, dan bertemu dengan para penguasa feodal yang tunduk pada kekuasaan Tokugawa. Yang unik dari istana ini adalah lantai papannya sengaja di desain mengeluarkan bunyi berdecit ketika berjalan, sehingga jika ada penyusup yang mengendap-endap masuk bisa ketahuan. Selain itu lukisan dindingnya juga yang masih asli dan sangat dijaga. Lukisan dinding yang dibuat oleh seniman Jepang yang sangat terkenal di periode Edo, Kano Tanyu. Beberapa bagian sedang direstorasi. Sayang di dalam istana ini dilarang mengambil gambar.

Pintu gerbang utama Kasti Nijo.

Gerbang memasuki Istana Ninomaru.


Taman di sekitar Istana Ninomaru.

Dari sini saya kembali menuju lokasi Heian Jingu. Di sekitar lokasi ini sedang diadakan berbagai lomba antar perguruan tinggi. Mulai dari berbagai olahraga permainan hingga street dance.


Dan ternyata terdapat perwakilan dari mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung. Mereka membawakan tari saman dari Aceh.



Wassalam,
タクビール

Kyoto - Jepang, Hari ke-1

Berangkat sabtu pagi dari Yokohama dengan kereta supercepat Shinkansen saya tiba di Kyoto hanya dalam waktu 2 jam. Dengan bus sekitar tujuh setengah jam. Begitu tiba di Stasiun Kyoto, saya langsung menuju kantor informasi turis. Di sini saya dapat peta Kyoto, peta lokasi sight seeing dan tempat yang paling banyak dikunjungi, dan yang penting juga peta jalur bus dalam kota Kyoto, semuanya gratis. Semua lokasi kuil dan istana, serta tempat lainnya dilalui oleh bus kota. Peta jalur bus benar-benar membantu dalam hal menentukan bus mana yang akan kita ambil dan berhenti di halte yang mana. Ongkos bus 220 JPY jauh dekat sekali naik, tapi sangat direkomendasikan buat kita yang memang hendak muter-muter Kyoto untuk beli tiket bus 1 day pass 500JPY.

Tujuan pertama adalah Kuil Kinkaku-Ji atau Rokuan-ji lebih dikenal luas sebagai kuil paviliun emas. Awalnya adalah sebuah Villa yang dibangun oleh Kintsune Saionji , seorang pejabat tinggi pada tahun 1220-an. Dan dinamakan Kitayamaden. Kuil ini kemudian dibeli oleh Shogun Ashikaga yang ketiga, Yoshimitsu, pada 1397. Tiga tahun setelah Yoshimitsu berkuasa. Atas perintah Yoshimitsu, Kitayamaden ditata dan diperbaiki, dan dinding luarnya dilapisi dengan emas, kemudian dikenal dengan nama Kinkaku. Kinkaku menjadi tempat peristirahatan Yoshimitsu hingga akhir hayatnya, dan atas pesannya, Kinkaku diubah menjadi kuil Buddha Zen setelah kematiannya. Pada dinihari, 2 juli 1950, kuil ini dibakar oleh seorang biksu yang katanya kurang waras, yang berusaha bunuh diri setelah membakar kuil. Kuil ini kemudian dibangun ulang dan patung Yoshimitsu yang ada di dalam kuil juga berhasil di restorasi.



Saya kemudian berjalan kaki sekitar satu setengah kilometer dari Kinkaku-Ji, menuju kuil lainnya, Ryoanji. Kuil ini dikenal dengan Rock Garden-nya atau yang saya terjemahkan Taman Batu kerikil-nya. Sebuah taman persegi panjang tanpa tanaman. Hanya kerikil dan onggokan beberapa batu. Dibuat oleh seorang biksu Zen yang sangat di hormati, Tokuha Zenketsu, pada periode Muromachi, sekitar tahun 1500-an.

Kuri, Bangunan utama kuil Ryoanji. Rock garden ada di dalam kuil ini.

Kolam luas yang berada di depan kuil. Disebut juga kuilnya bebek mandarin, karena banyaknya bebek jenis ini di kolam ini.

Keluar dari Ryoanji, tidak terasa sudah pukul 4 sore. Padahal baru dua dari sekian banyak kuil di Kyoto yang ingin saya kunjungi. Kyoto mempunyai setidaknya 17 situs yang masuk dalam daftar warisan kebudayaan dunia di UNESCO. Dari Ryoanji, saya hendak menuju Hostel yang tidak jauh dari Stasiun Kyoto, tapi karena masih terlalu awal saya rasa, akhirnya saya pun turun di tengah jalan, di kawasan pertokoan Kawaramachi-dori. Mungkin karena akhir pekan dan sekarang malam minggu, makanya ramai. Kawasan belanja ini mirip Blok-M di Jakarta, menurut saya.



Capek muter-muter di Karawamachi-dori, saya berjalan menuju Kyoto Stasiun dan menyempatkan mengambil gambar Kyoto Tower yang berada di depan stasiun.



Wassalam,
タクビール