Sunday, March 18, 2012
Malam di Shinjuku
Shinjuku adalah salah satu distrik di Tokyo. Lebih terkenal dengan Stasiunnya. Yang merupakan stasiun teramai dan tersibuk di Jepang dan konon kabarnya di Dunia. Melayani lusinan jalur kereta lokal, ekspres, dan subway. Rata-rata melayani 2 hingga 3 juta penumpang per hari. Stasiun shinjuku berperan sebagai stasiun interkoneksi Tokyo dengan kota-kota suburban disekitarnya, dan juga sebagai terminal pemberhentian bus antar kota dari Tokyo ke kota-kota lain di wilayah Jepang.
Berkeliling di sekitar Shinjuku pada malam hari, sekaligus kita bisa melihat ramainya kerlap-kerlip lampu neon di jalanan dan pusat-pusat perbelanjaan. Keramaian kerlap-kerlip seperti ini adalah pemandangan umum terutama di sekitar stasiun kereta utama di Jepang. Menurut saya Jepang benar-benar pengkonsumsi energi yang sangat besar. Bukan cuma karena memang Jepang adalah negara Industri, tetapi semua fasilitasnya bergantung pada energi listrik. Kereta listrik, lampu hias sekaligus penerangan jalan, papan reklame dan tangga jalan di mana-mana, lift yang tersedia disetiap stasiun dan bahkan di jembatan penyeberangan. Meski begitu, selama disini saya belum pernah mengalami yang namanya mati lampu. Untuk memenuhi kebutuhan energinya, Jepang mengimpor minyak dan gas. Melihat begitu besarnya kebutuhan energi di Jepang, maka suatu keharusan bagi mereka untuk memiliki reaktor nuklir.
Kerlap-kerlip di sekitar Shinjuku
Kabuki-cho adalah wilayah 'red light' alias daerah 'remang-remang' di Tokyo. Letaknya tidak jauh dari pintu keluar East Exit Stasiun Shinjuku. Detak kehidupan wilayah ini baru begitu terasa menjelang malam. Memasuki wilayah ini memang terasa sekali aura esek-eseknya. Foto-foto dan sosok wanita cantik berpakaian minim terpampang dan berkeliaran dimana-mana. Para germo gencar menawarkan 'stok-nya' pada setiap pria yang lewat, termasuk saya. Tetapi saya cukup pura-pura tidak mengerti maksud mereka, geleng-geleng kepala, dan mempercepat langkah menjauhi germo-germo tersebut. Di area Kabuki-cho terlihat lebih banyak polisi yang berpatroli. Yah, namanya juga wilayah remang-remang, potensi kriminalitasnya juga lebih tinggi. Jumlah CCTV yang dipasang diwilayah ini juga banyak. Disarankan juga untuk hati-hati agar tidak sembarang memasuki tempat makan atau restoran di wilayah ini, karena bisa dikenakan harga yang terlalu tinggi dan kalau anda menolak bayar bisa berurusan dengan para Yakuza yang menguasai wilayah ini. Tapi kalau untuk sekedar berkeliling sih aman-aman saja. Asal kita bisa menjaga gerak-gerik kita tetap sopan.
Gerbang ke wilayah Kabuki-cho
Wassalam,
Takbir
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment