Nagoya terletak di bagian tengah pulau Honshu, pulau utama Jepang. Letak geografisnya menjadikan Nagoya mempunyai peran penting disegi ekonomi dan politik. Nagoya yang merupakan kota keempat terpadat dalam hal populasi di Jepang, merupakan pusat Industri dari kota-kota disekitarnya yang menyumbang komoditi perdagangan terbesar di Jepang. Terutama dari produk automobil Toyota dan Mitsubishi, perusahaan keramik Noritake, Brother Industries yang menghasilkan printer multifungsi dan berbagai alat eletronik, Nippon Sharyo yang memproduksi Shinkansen, berbagai perusahaan kategori industri berat, hingga NGK yang memproduksi busi sepeda motor yang sangat banyak dijual di Indonesia.
JR Nagoya Stasiun
Untuk berkeliling kota Nagoya, saya kira sehari cukup. Me-guru adalah bus dengan jalur khusus sightseeing kota Nagoya. Berangkat setiap 30 menit hingga sejam sekali. Bisa naik di Halte bus nomer 8 di depan Stasiun JR Nagoya. Disarankan beli 1 day pass, 500 yen, yang bisa dibeli di atas bus di supirnya. Peta jalur bus disediakan di atas bus atau bisa didapatkan di hostel atau pusat informasi turis. Peta kota gratis juga bisa diminta di pusat Informasi turis di dalam stasiun JR Nagoya.
Kastil Nagoya menjadi tempat yang pertama yang saya singgahi. Kastil yang juga menjadi simbol kota ini dibangun pada masa awal pemerintahan Tokugawa. Tokugawa membangun kastil Nagoya sebagai pertahanan dari serangan kelompok atau klan yang menentang kekuasaan Tokugawa dari arah selatan Edo (Tokyo), yaitu dari wilayah Osaka dan sekitarnya. Pembangunan kastil ini dimulai pada tahun 1610 atas Tokugawa Ieyasu. Dia memerintahkan agar semua Daimyo atau tuan tanah yang loyal kepada Tokugawa untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan kastil. Di fondasi kastil yang berupa batu yang disusun, terdapat beberapa batu dengan simbol yang ditorehkan oleh masing-masing daimyo, untuk menghindari perselisihan mengenai siapa saja yang telah berkontribusi pada pembangunan kastil. Batu utuh terbesar yang dijadikan fondasi kastil diberikan oleh Sato Kiyomasa. Menurut cerita, batu tersebut ditarik oleh puluhan orang dengan Kiyomasa berdiri di atasnya memberikan aba-aba.
Ikon lumba-lumba emas yang dipasang di atap Kastil Nagoya. Ikon ini banyak terlihat digunakan disekitar kota Nagoya, seperti lambang restoran atau toko kue.
Ketika kekuasaan Tokugawa berakhir dan beralih ke periode Meiji pada 1868, banyak kastil peninggalan Tokugawa yang dihancurkan. Tapi Kastil Nagoya diselamatkan dan dijadikan harta warisan budaya Jepang. Hingga pada perang dunia kedua, Nagoya yang merupakan basis industri pesawat tempur Kekaisaran Jepang waktu itu, menjadi target pemboman pesawat tempur AS. Kastil Nagoya tak luput dari serangan dan bangunan utama habis terbakar akibat bom. Kastil yang bisa kita lihat sekarang ini mulai direkonstruksi kembali pada tahun 1957 diatas fondasi batu aslinya. Di dalam kastil sekarang sekaligus dijadikan museum yang menyimpan beberapa sisa peninggalan masa Tokugawa yang sempat diselamatkan. Di dalamnya yang terdiri dari 5 tingkat dibuat diorama untuk memperlihatkan kehidupan masyarakat di sekitar Kastil Nagoya masa lampau.
Dari Kastil Nagoya saya menuju ke sekitar taman kota, menara televisi Nagoya dan beberapa bangunan dengan desain unik disekitarnya.
Toyota yang sekarang kita kenal sebagai pabrikan mobil awalnya bermula dari sebuah pabrik pembuat mesin tenun, namanya semula adalah Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. Didirikan oleh Sakichi Toyoda. Terobosan Sakichi Toyoda adalah dengan menciptakan mesin tenun pertama di dunia yang sepenuhnya otomatis yang dikenal sebagai type G, pada tahun 1924. Sakichi termotivasi membuat mesin tenun ini semenjak kecil, dimana dia sering melihat ibunya menghabiskan banyak waktu di peralatan tenun tradisionalnya tetapi hasilnya sangat sedikit. Berkat penemuan mesin tekstil ini dan berbagai inovasi lainnya, menjadikan Jepang sebagai pengekspor tekstil masa itu. Hingga kinipun Toyota Industries masih menciptakan mesin-mesin tenun dan tekstil yang lebih canggih tentunya.
Mesin tenun otomatis pertama, Type G, yang menjadi puncak hasil karya Sakichi Toyoda
Circular loom yang menjadi ikon kreatifitas Toyota dan juga Ikon Museum ini
Perkembangan mesin tenun Toyota hingga jaman modern sekarang ini
Putra sulung Sakichi Toyoda, Kiichiro Toyoda mewarisi kreatifitas dan kemampuan inovasi ayahnya. Sakichi menularkan semangat belajar dan kreatif, semangat untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Dari awal bekerja di perusahaan produksi mesin tenun menjadikan Kiichiro belajar bagaimana memproduksi mesin secara massal atau dalam jumlah banyak. Masa itu, publik Jepang mulai mewacanakan mobil produksi dalam negeri, tapi masih sedikit pemilik pabrik dan industri yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk memulainya. Pasar mobil jepang dikuasai oleh mobil-mobil produk Amerika Serikat, Ford dan General Motor. Ketika terjadi gempa bumi hebat di wilayah Kanto (Tokyo dan sekitarnya) pada tahun 1923, keberadaan kendaraan bermotor khususnya mobil dalam proses evakuasi dan transportasi menjadi terasa begitu penting. Pada tahun 1929, Kiichiro mendapat kesempatan berkeliling ke Eropa dan Amerika Utara untuk melihat proses produksi mesin mobil. Sekembalinya ke Jepang, Kiichiro memulai penelitian pembuatan mesin mobil berbahan bakar bensin dan kemudian membuka departemen automobile di perusahaan mesin tenun, Toyoda Automatic Loom Works Ltd. Pada tahun 1935, prototype A1 berhasil diciptakan. Setahun kemudian mobil pertama Toyoda Type AA diproduksi, Kiichiro mendirikan perusahaan produksi mobil dan menggunakan nama Toyota Motor Co, Ltd. Logo Toyota dipilih melalui kontes berhadiah, logo awal Toyota kombinasi huruf katakana (トヨタ) yang terdiri dari 8 goresan yang dipercaya sebagai pertanda kemakmuran dan kemajuan.Kiichiro Toyoda, tidak cuma memikirkan bagaimana menciptakan kendaraan yang berkualitas, tetapi juga bagaimana menciptakan jaringan dealer penjualan mobil dan bengkel service untuk produknya. Dalam jangka waktu hanya 4 tahun, Toyota sudah menciptakan jaringannya di seluruh Jepang.
Beberapa catatan Kiichiro ketika berkunjung ke beberapa pusat Industri di Eropa
Mobil penumpang Type AA, yang pertama dijual dan diproduksi massal oleh Toyota Motor Corps.
Setelah perang dunia ke-2, pimpinan Toyota Motor beralih ke Eiji Toyoda. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan jumlah produksi tanpa mengurangi kualitasnya. Sebagai gambaran, General Motors di Amerika Serikat memiliki kemampuan produksi 8 kali dibandingkan Toyota Motor. Eiji Toyoda berkolaborasi dengan Taichi Ohno, seorang yang sangat berpengalaman di Industri mesin textil Toyoda, berhasil menciptakan Toyota Production System atau yang banyak dikenal sebagai Toyota Way. Inti dari sistem produksi Toyota adalah bagaimana mempercepat proses produksi dengan lebih efektif dan mengurangi sampah produksi. Sistem produksi Toyota berdasarkan pada 2 sistem yangdiperkenalkan oleh pendahulunya. Jidoka system yang diterapkan oleh Sakichi Toyoda pada mesin-mesin tekstil ciptaannya, Jidoka yang berarti sistem automatisasi dibawah pengawasan manusia. Sistem (mesin produksi) bekerja secara otomatis tetapi jika masalah muncul, maka sistem akan berhenti bekerja untuk mencegah cacat produksi. Disinilah fungsi pengawas diperlukan untuk memperbaiki sistem dan mencegah masalah yang sama terulang kembali. Yang kedua, konsep Just in Time adalah sistem yang diperkenalkan oleh Kiichiro Toyoda, dimana sistem produksi hanya memproduksi apa yang diminta, apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan dan dimana dibutuhkan. Lebih lengkap tentang Toyota Production System silakan baca di sini. Toyota Motors tidak hanya berhasil mengejar dalam kuantitas produksinya dari pabrikan mobil Eropa dan Amerika Serikat, tetapi menjadi perusahaan yang paling cepat pulih ketika terjadi krisis global minyak pada pertengahan 70-an. System produksi Toyota kemudian diadopsi oleh pabrikan mobil dunia lainnya dan juga berbagai industri lainnya, terutama di Jepang sendiri.
Mesin-mesin dan Mobil hasil produksi Toyota dari masa ke masa di pajang di sini
Mobil masa depan rekaan Toyota Motors, i Unit
Bangunan bata merah yang dijadikan Museum ini adalah test plant atau semacam bengkel uji coba yang didirikan oleh Sakichi Toyoda. Disinilah dia mencurahkan pikiran dan kreatifitasnya untuk menciptakan mesin tenun otomatis pertama di dunia. Dan dari sini pula, Kiichiro membuka bengkel pembuatan prototype mobil Toyota yang pertama.
Mungkin hal yang paling penting yang bisa ditularkan Toyota kepada kita (dan kita harus pelajari dari mereka) bukan hanya bagaimana menciptakan mobil buatan dalam negeri Indonesia, tapi semangat belajar dan kreatif, semangat menciptakan dan menghasilkan sesuatu.
Wassalam,
Takbir
JR Nagoya Stasiun
Untuk berkeliling kota Nagoya, saya kira sehari cukup. Me-guru adalah bus dengan jalur khusus sightseeing kota Nagoya. Berangkat setiap 30 menit hingga sejam sekali. Bisa naik di Halte bus nomer 8 di depan Stasiun JR Nagoya. Disarankan beli 1 day pass, 500 yen, yang bisa dibeli di atas bus di supirnya. Peta jalur bus disediakan di atas bus atau bisa didapatkan di hostel atau pusat informasi turis. Peta kota gratis juga bisa diminta di pusat Informasi turis di dalam stasiun JR Nagoya.
Kastil Nagoya menjadi tempat yang pertama yang saya singgahi. Kastil yang juga menjadi simbol kota ini dibangun pada masa awal pemerintahan Tokugawa. Tokugawa membangun kastil Nagoya sebagai pertahanan dari serangan kelompok atau klan yang menentang kekuasaan Tokugawa dari arah selatan Edo (Tokyo), yaitu dari wilayah Osaka dan sekitarnya. Pembangunan kastil ini dimulai pada tahun 1610 atas Tokugawa Ieyasu. Dia memerintahkan agar semua Daimyo atau tuan tanah yang loyal kepada Tokugawa untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan kastil. Di fondasi kastil yang berupa batu yang disusun, terdapat beberapa batu dengan simbol yang ditorehkan oleh masing-masing daimyo, untuk menghindari perselisihan mengenai siapa saja yang telah berkontribusi pada pembangunan kastil. Batu utuh terbesar yang dijadikan fondasi kastil diberikan oleh Sato Kiyomasa. Menurut cerita, batu tersebut ditarik oleh puluhan orang dengan Kiyomasa berdiri di atasnya memberikan aba-aba.
Ikon lumba-lumba emas yang dipasang di atap Kastil Nagoya. Ikon ini banyak terlihat digunakan disekitar kota Nagoya, seperti lambang restoran atau toko kue.
Ketika kekuasaan Tokugawa berakhir dan beralih ke periode Meiji pada 1868, banyak kastil peninggalan Tokugawa yang dihancurkan. Tapi Kastil Nagoya diselamatkan dan dijadikan harta warisan budaya Jepang. Hingga pada perang dunia kedua, Nagoya yang merupakan basis industri pesawat tempur Kekaisaran Jepang waktu itu, menjadi target pemboman pesawat tempur AS. Kastil Nagoya tak luput dari serangan dan bangunan utama habis terbakar akibat bom. Kastil yang bisa kita lihat sekarang ini mulai direkonstruksi kembali pada tahun 1957 diatas fondasi batu aslinya. Di dalam kastil sekarang sekaligus dijadikan museum yang menyimpan beberapa sisa peninggalan masa Tokugawa yang sempat diselamatkan. Di dalamnya yang terdiri dari 5 tingkat dibuat diorama untuk memperlihatkan kehidupan masyarakat di sekitar Kastil Nagoya masa lampau.
Dari Kastil Nagoya saya menuju ke sekitar taman kota, menara televisi Nagoya dan beberapa bangunan dengan desain unik disekitarnya.
Toyota yang sekarang kita kenal sebagai pabrikan mobil awalnya bermula dari sebuah pabrik pembuat mesin tenun, namanya semula adalah Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. Didirikan oleh Sakichi Toyoda. Terobosan Sakichi Toyoda adalah dengan menciptakan mesin tenun pertama di dunia yang sepenuhnya otomatis yang dikenal sebagai type G, pada tahun 1924. Sakichi termotivasi membuat mesin tenun ini semenjak kecil, dimana dia sering melihat ibunya menghabiskan banyak waktu di peralatan tenun tradisionalnya tetapi hasilnya sangat sedikit. Berkat penemuan mesin tekstil ini dan berbagai inovasi lainnya, menjadikan Jepang sebagai pengekspor tekstil masa itu. Hingga kinipun Toyota Industries masih menciptakan mesin-mesin tenun dan tekstil yang lebih canggih tentunya.
Mesin tenun otomatis pertama, Type G, yang menjadi puncak hasil karya Sakichi Toyoda
Circular loom yang menjadi ikon kreatifitas Toyota dan juga Ikon Museum ini
Perkembangan mesin tenun Toyota hingga jaman modern sekarang ini
Putra sulung Sakichi Toyoda, Kiichiro Toyoda mewarisi kreatifitas dan kemampuan inovasi ayahnya. Sakichi menularkan semangat belajar dan kreatif, semangat untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Dari awal bekerja di perusahaan produksi mesin tenun menjadikan Kiichiro belajar bagaimana memproduksi mesin secara massal atau dalam jumlah banyak. Masa itu, publik Jepang mulai mewacanakan mobil produksi dalam negeri, tapi masih sedikit pemilik pabrik dan industri yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk memulainya. Pasar mobil jepang dikuasai oleh mobil-mobil produk Amerika Serikat, Ford dan General Motor. Ketika terjadi gempa bumi hebat di wilayah Kanto (Tokyo dan sekitarnya) pada tahun 1923, keberadaan kendaraan bermotor khususnya mobil dalam proses evakuasi dan transportasi menjadi terasa begitu penting. Pada tahun 1929, Kiichiro mendapat kesempatan berkeliling ke Eropa dan Amerika Utara untuk melihat proses produksi mesin mobil. Sekembalinya ke Jepang, Kiichiro memulai penelitian pembuatan mesin mobil berbahan bakar bensin dan kemudian membuka departemen automobile di perusahaan mesin tenun, Toyoda Automatic Loom Works Ltd. Pada tahun 1935, prototype A1 berhasil diciptakan. Setahun kemudian mobil pertama Toyoda Type AA diproduksi, Kiichiro mendirikan perusahaan produksi mobil dan menggunakan nama Toyota Motor Co, Ltd. Logo Toyota dipilih melalui kontes berhadiah, logo awal Toyota kombinasi huruf katakana (トヨタ) yang terdiri dari 8 goresan yang dipercaya sebagai pertanda kemakmuran dan kemajuan.Kiichiro Toyoda, tidak cuma memikirkan bagaimana menciptakan kendaraan yang berkualitas, tetapi juga bagaimana menciptakan jaringan dealer penjualan mobil dan bengkel service untuk produknya. Dalam jangka waktu hanya 4 tahun, Toyota sudah menciptakan jaringannya di seluruh Jepang.
Beberapa catatan Kiichiro ketika berkunjung ke beberapa pusat Industri di Eropa
Mobil penumpang Type AA, yang pertama dijual dan diproduksi massal oleh Toyota Motor Corps.
Setelah perang dunia ke-2, pimpinan Toyota Motor beralih ke Eiji Toyoda. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan jumlah produksi tanpa mengurangi kualitasnya. Sebagai gambaran, General Motors di Amerika Serikat memiliki kemampuan produksi 8 kali dibandingkan Toyota Motor. Eiji Toyoda berkolaborasi dengan Taichi Ohno, seorang yang sangat berpengalaman di Industri mesin textil Toyoda, berhasil menciptakan Toyota Production System atau yang banyak dikenal sebagai Toyota Way. Inti dari sistem produksi Toyota adalah bagaimana mempercepat proses produksi dengan lebih efektif dan mengurangi sampah produksi. Sistem produksi Toyota berdasarkan pada 2 sistem yangdiperkenalkan oleh pendahulunya. Jidoka system yang diterapkan oleh Sakichi Toyoda pada mesin-mesin tekstil ciptaannya, Jidoka yang berarti sistem automatisasi dibawah pengawasan manusia. Sistem (mesin produksi) bekerja secara otomatis tetapi jika masalah muncul, maka sistem akan berhenti bekerja untuk mencegah cacat produksi. Disinilah fungsi pengawas diperlukan untuk memperbaiki sistem dan mencegah masalah yang sama terulang kembali. Yang kedua, konsep Just in Time adalah sistem yang diperkenalkan oleh Kiichiro Toyoda, dimana sistem produksi hanya memproduksi apa yang diminta, apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan dan dimana dibutuhkan. Lebih lengkap tentang Toyota Production System silakan baca di sini. Toyota Motors tidak hanya berhasil mengejar dalam kuantitas produksinya dari pabrikan mobil Eropa dan Amerika Serikat, tetapi menjadi perusahaan yang paling cepat pulih ketika terjadi krisis global minyak pada pertengahan 70-an. System produksi Toyota kemudian diadopsi oleh pabrikan mobil dunia lainnya dan juga berbagai industri lainnya, terutama di Jepang sendiri.
Mesin-mesin dan Mobil hasil produksi Toyota dari masa ke masa di pajang di sini
Mobil masa depan rekaan Toyota Motors, i Unit
Bangunan bata merah yang dijadikan Museum ini adalah test plant atau semacam bengkel uji coba yang didirikan oleh Sakichi Toyoda. Disinilah dia mencurahkan pikiran dan kreatifitasnya untuk menciptakan mesin tenun otomatis pertama di dunia. Dan dari sini pula, Kiichiro membuka bengkel pembuatan prototype mobil Toyota yang pertama.
Mungkin hal yang paling penting yang bisa ditularkan Toyota kepada kita (dan kita harus pelajari dari mereka) bukan hanya bagaimana menciptakan mobil buatan dalam negeri Indonesia, tapi semangat belajar dan kreatif, semangat menciptakan dan menghasilkan sesuatu.
Wassalam,
Takbir
2 comments:
Halo pak Takbir, sy Cecil yg kmrin nanya.. Sy mau nanya lagi... Lokasi pabrik Shinkansen yg bisa di kunjungi dmn ya ?
Trus pabrik toyota apa beda lokasi ya ama museum toyota di nagoya ?
Trus apa bener ya pak klo kunjungan ke pabrik toyota gratiss ? Makasi ya pak...
Pabrik Toyota ada di kota yang namanya Toyota juga. Sekitar 1 jam dari Nagoya. Bagaimana menuju ke sana saya tidak tahu karena belum pernah. Mungkin bisa ditanyakan saat berkunjung ke Museum Toyota.
Museum Automobile Toyota tidak jauh dari Stasiun Nagoya. Di lalui oleh bus turis Me-guru.
Biaya masuk museum 1000 yen, tapi kalau Pelajar mungkin bisa dapat potongan harga. Silakan cek di sini
http://www.toyota.co.jp/Museum/english/visit/admission/
Mengenai kunjungan ke pabrik Toyota gratis atau tidak saya kurang tahu. Sebaiknya juga persiapkan surat keterangan dari kampus yang menjelaskan kunjungan anda (dalam bahasa Inggris atau bahasa Jepang lebih bagus lagi).
Untuk pabrik Shinkansen lokasi tepatnya saya juga tidak tahu.
Post a Comment