Holi 2014 jatuh pada hari senin, 17 maret. Libur akhir pekan
yang panjang dimanfaatkan oleh banyak orang India untuk mudik merayakan Holi
bersama sanak saudara. Hari jumat, kantor ternyata merayakan Holi untuk para
karyawan. Karena tidak tahu, saya hari itu pakai kemeja putih ke kantor. Kata
teman sih, tidak usah khawatir, tepung warna itu mudah dihilangkan. Kami
berkumpul di ruang pantry mengelilingi meja yang sudah disediakan dengan tepung
warna-warni. Tidak lama, ada seorang yang bicara sebentar kemudian berteriak
happy Holiii… dan dimulailah mereka saling mengusapkan tepung warna ke wajah,
rambut hingga baju, kemudian saling berpelukan, cipika cipiki. Seperti umat
muslim merayakan hari raya Ied. Saya pun tidak bisa lolos, karena tepung warna
itu dihamburkan ke udara. Beberapa teman juga mengusapkan tepung warna itu ke
jidat saya. Setiba di kamar hotel, kemeja putih langsung saya rendam, dan
untungnya warna-warna itu tidak berbekas sama sekali setelah dicuci.
Hari Holi, saya coba keluar sekitar jam 12 siang. Jalanan
sekitar hotel yang senantiasa macet, hari ini agak begitu lengang. Berlalu
lalang orang dengan pakaian dan wajah kotor penuh warna. Anak-anak muda
berboncengan tiga dengan pakaian yang sudah kotor penuh warna, berteriak-teriak
menyapa siapa saja yang ada di tepi jalan. Jadi ingat pemandangan anak SMU
lulus Ujian Akhir.
Salah seorang teman sudah mewanti-wanti, agar tidak usah
keluar pada hari senin, saat hari Holi. Setelah jam dua siang baru keluar.
Karena orang-orang di jalanan akan saling mengusapkan tepung warna. Bahkan
kepada orang yang tidak dikenal sekalipun. Anak kecil dengan senapan air
berwarnanya siap menembak siapa saja yang lewat depan rumahnya. Para remaja
perempuan tidak begitu banyak terlihat turun ke jalan. Mereka lebih banyak di
dalam rumah. Dan dari atas atap rumah melempari orang yang lewat dengan balon
yang sudah diisi dengan air warna. Pokoknya pejalan kaki harus waspada serangan
tiba-tiba. Jika kita meminta untuk tidak di semprot air atau diusapin warna
mereka juga tidak akan melakukannya. Tapi tetap saja saya tidak bisa lolos, ada
beberapa yang tetap mengusapkan warna ke jidat dan rambut saya.
Orang-orang yang
melihat saya membawa kamera malah berebutan minta difotoin. Anak kecil hingga
orang tua minta difoto.
Beberapa jalanan diblok dan dijaga Polisi. Orang yang merayakan Holi berjoget di tengah jalan di siang hari dengan musik lagu India berirama disko. Banyak di antara mereka yang ternyata mabuk. Saya jadi tidak berani mendekat. Sedang berdiri, tiba-tiba sekelompok pemuda langsung memeluk dan mengucapkan Holi. Saya cuma senyum kecut melihat pundak jadi warna merah jambu. Mungkin karena pengaruh mabuk juga, orang-orang yang joget dijalanan tersebut pada kencing di sembarang tempat di tepi jalan.
Beberapa warga dan anak kecil yang tidak ikutan saling
mewarnai berdiri menonton di tepi jalan. Kemudian saya tahu mereka warga muslim. Ketika masuk
waktu zuhur, saya masuk ke masjid dekat situ, sekalian untuk membersihkan muka
dari warna-warni. Warnanya tidak hilang begitu saja. Seorang bapak tua
berjanggut putih lebat mendekati saya, yang kira-kira mengatakan sholat saya
tidak akan sah kalau tidak bersih dari warna-warna tersebut. Kemudian dia
meminta seorang pemuda untuk mengambilkan saya sabun. Warnanya baru hilang
setelah menggosok dengan sabun beberapa kali.
Bukan hanya manusia lewat yang di serang tepung warna. Sapi
dan anjing juga tidak luput dari serangan warna.
Takbir
1 comment:
Wah Rame dan Seru. Meski tinggal di India, saya nggak pernha merayakan Holi. Cuman lihat dari balkoni saja.
Post a Comment