Garis Batas
Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah
Penulis: Agustinus Wibowo
(ISBN: 978-979-22-6884-3)
Saya punya angan-angan untuk melakukan
perjalanan ke Asia Tengah, tepatnya ke negara-negara pecahan Uni
Soviet yang berakhiran Stan. Mengatur itinerary dan menghitung
budgetnya. Mencari informasi bagaimana mendapatkan visa dan
sebagainya. Dan ternyata tidak mudah karena setiap negara tersebut
mempunyai aturan yang berbeda terutama soal visa turis. Belum lagi
menyediakan waktu yang tepat untuk melakukan perjalanannya.
Hingga saya mengetahui terbitnya buku
ini, yang ditulis oleh Agustinus Wibowo. Senang sekali bisa membaca
buku perjalanan tentang negara yang ingin saya datangi dan ditulis
pula oleh penulis yang gaya menulisnya saya sukai seperti Agustinus
ini. Saya langsung suka gaya menulisnya di buku pertamanya, Selimut Debu, tentang petualangannya di Afghanistan.
Negara-negara Asia Tengah yang dimaksud
di sini adalah, Tajikistan, Kirghizstan, Kazakhstan, Uzbekistan dan
Turkmenistan. Akhiran -stan berasal dari bahasa persia yang berarti
tempat, rumah atau negara. Jadi Tajikistan misalnya, berarti
tempatnya atau rumahnya atau negaranya orang Tajik. Wilayah Asia
Tengah pernah dikuasai oleh Kekaisaran Rusia. Rusifikasi atau usaha
penyebaran budaya, kebiasaan dan bahasa Rusia di wilayah ini juga
gencar dilakukan. Hingga saat ini pun bahasa Rusia menjadi salah satu
bahasa pengantar di wilayah ini, selain bahasa lokal masing-masing. Dahulu kala, ini adalah tanah legendaris bernama Turkistan, negerinya bangsa Turki, umat muslim dengan peninggalan kota-kota Jalur Sutra. Wilayah Asia Tengah yang luas menyulitkan kekaisaran Rusia melakukan
kontrol penuh. Apalagi wilayah ini dihuni oleh mayoritas Muslim yang
berideologi berbeda dengan Kekaisaran Rusia yang menganut Kristen
Orthodoks. Kekaisaran Rusia kemudian melakukan politik memecah belah
dengan sebelumnya melakukan penelitian sosial budaya di wilayah
tersebut. Usaha ini untuk mencegah mereka bersatu melawan Rusia.
Para ahli etnografi dikirim ke wilayah ini, dengan tujuan menemukan perbedaan untuk memecah belah masyarakatnya. Kemudian lahirlah definisi bangsa-bangsa baru. Ada kaum nomad Kirgiz dan Kazakh. Ada pengembara padang pasir Turkmen. Bangsa menetap yang berbahasa Turki didefinisikan sebagai Uzbek, yang berbicara bahasa Persia sebagai Tajik. Nama-nama bangsa itu memang sudah ada sebelumnya, tetapi kini garis batas pembeda bangsa-bangsa resmi dikukuhkan. Manusia dan wilayah dikotak-kotakkan berdasarkan etnis dan bahasa.
Setelah membaca buku Garis Batas ini,
sedikit mampu meredam keinginan saya untuk melakukan perjalanan ke
sana. Karena banyak hal yang ingin saya ketahui sudah diceritakan
dengan sangat baik oleh Agustinus yang seakan berbaur dengan penduduk
setempat. Dalam buku ini dia menceritakan bagaimana dia melintasi perbatasan menuju Tajikistan dari Afghanistan. Menyaksikan begitu bedanya kedua negara ini. Negara yang satu sangat ketat melaksanakan syariat Islam sedangkan yang lain begitu sekuler dengan peninggalan budaya Rusia yang sangat kental. Tajikistan yang merupakan negeri stan yang paling melarat diantara yang lain seketika terlihat begitu maju dibandingkan Afghanistan. Menyaksikan kemajuan Kazakhstan yang pesat sekaligus merasakan tingginya biaya hidup dibanding negara-negara stan di sekitarnya. Dikeroyok dan dipalak polisi di Kirgizstan. Digrebek polisi di Ferghana, Uzbekistan, karena secara tak sengaja menginap di rumah prostitusi. Memasuki negeri Utopia, Turkmenistan, di mana upah pekerja yang rendah namun biaya hidup juga sangat murah bahkan bisa dibilang gratis. Berkat seorang pemimpin agung yang sosoknya dielu-elukan dan ada di setiap sudut Turkmenistan. Semua cerita dirangkai dengan sangat bagus dan menarik di buku ini.
Wassalam,
Takbir
No comments:
Post a Comment