Thursday, June 16, 2011
Turki Trip - Goreme (Cappadocia)
Menuju Goreme, berangkat dari Harem Otogar di sisi Asia Istanbul pukul 22.30. Perlu diketahui bahwa jadwal keberangkatan bis Istanbul-Goreme, semuanya berangkat malam pukul 21.00 hingga 22.30 setiap harinya. Tiket busnya 50 TL. Jaringan bus di Turki sangat bagus, on time dan nyaman. Perjalanan Istanbul-Goreme memakan waktu 10 jam. Karena perjalanannya malam hari, dan juga capek keliling seharian di Istanbul, saya tertidur lelap hingga bus berhenti di sebuah rest area yang di depannya adalah sebuah danau pada waktu subuh. Perjalanan masih 3 jam lagi, tetapi karena sudah terang kita lebih bisa melihat pemandangan sekitar. Di sebelah kanan danau dan di sebelah kiri padang rumput yang luas. Pemandangan yang kiri kanannya hijau, memanjakan mata. Padang rumput, sejauh mata memandang rumput melulu. Lupakan itu padang pasir.
Pukul 07.30 pagi, bus berhenti di terminal kota Nevsehir. Dari sini kami pindah naik Shuttle bus yang udah disediakan oleh perusahaan bus untuk membawa kami ke Goreme. Perlu sekitar 30 menit lagi buat sampai di Goreme. Di sepanjang jalan menuju Goreme ini, kita bisa melihat deretan fairy chimney yang terkenal di kawasan Kappadokia (Cappadocia) ini. Goreme adalah kota kecil dengan terminal bus sebagai pusatnya, di sekitar terminal bus berkumpul penginapan, hotel, hostel/guest house atau di turki dikenal juga dengan nama pansion untuk pengenapan yang lebih murah. Tiba di Goreme, saya langsung menuju hostel yang sudah saya cari tahu di internet sebelumnya. Tapi ternyata sudah tidak ada kamar yang kosong. Di sekitarnya juga sama. Setelah nanya satu-satu, berjalan ke sana ke mari bawa backpack, akhirnya dapat juga hostel di ujung jalan, Gumus Cave Hostel, 40 TL per malam untuk single room. Dinding gunung batu dibentuk dijadiin kamar. Di dalam kamar dingin banget, kayak di gua. Cocok dengan nama hostelnya. Dinginnya bikin saya ngantuk banget apalagi capek setelah perjalanan jauh. Sayapun tertidur hingga pukul 03.00.
Setelah beristirahat, hari ini saya keliling di sekitar kota Goreme. Sedikit diluar kota Goreme, kita bisa berjalan menuju Open Air Museum. Museum ini berupa komplek gereja-gereja kecil atau chapel yang dibuat di dinding gunung yang dipahat yang dibentuk sedemikian rupa. Kappadokia menjadi tempat menyebarnya ajaran kristen di awal-awal kemunculannya. Tercatat sejak abad ke-2 masehi, umat Kristen pertama sudah ada di wilayah ini.Ketika itu ajaran kristen belum diterima oleh penguasa Romawi saat itu. Untuk menghindari pengejaran dan penindasan Romawi, umat Kristen awal di Kappadokia banyak membuat kota bawah tanah sebagai tempat persembunyian. Di Wilayah Kappadokia terdapat lebih dari 1000 gereja dan chapel yang dibuat didinding gunung ataupun di bawah tanah. Di masa itu, dinding gunung masih jauh lebih mudah untuk dipahat dan dijadikan rumah tinggal. Semua chapel-chapel yang ada, langit-langit dan dindingnya dipenuhi mosaic yang berupa gambar-gambar tentang Kristus, Bunda Maria, Para Rasul Kristen, serta rangkaian cerita yang mungkin bisa dimengerti oleh pengunjung yang beragama Kristen. Di beberapa chapel, terutama yang di Open Air Museum Goreme, dilarang untuk dipotret.
Pahatan bekas rumah di dinding batu atau gunung
Bagian dalam Tokali Church. Akhirnya dibolehkan ngambil satu gambar oleh petugas, setelah turis-turis lain pergi
Open Air Museum (15 TL), berupa komplek gereja dengan biaranya yang sudah dipisahkan juga biara khusus buat suster. Tiap gereja juga dinamain beda, ada St. Basil, St. Barbara, St. Onuphorius, St. Chaterine, Gereja Apel, Gereja Sandal (terdapat jejak kaki dibawah Mihrabnya), Dark Church, serta ruang-ruang pelengkap lainnya semisal dapur dan ruang rapat. Semua ruangan tersebut dipahat di dinding batu cadas di sisi gunung.
Esok paginya saya ikut tur, Green Tour, 70 TL. Berangkat pukul 9.30, kami di bawa ke kota bawah tanah yang jaraknya sekitar 35 KM di luar Goreme. Setelah itu kami menuju Ihlara Valley untuk makan siang sekalian berhiking ria sepanjang lembah yang berupa celah di antara dua gunung. Celah ini terbentuk berabad-abad yang lalu akibat letusan gunung Hasan yang merupakan salah satu dari 3 gunung besar yang ada di wilayah Kappadokia. Di dinding sepanjang lembah juga banyak terdapat chapel-chapel seperti yang ada di Open Air Museum, dengan mosaic tentang kekristenan di langit-langit dan dindingnya. Kalau di Istanbul kita melihat dekorasi interior dalam mesjid yang mirip-mirip, nah di Kappadokia ini, kita disuguhi dengan chapel-chapel yang mirip-mirip.
Underground city
Mount Hasan di kejauhan
Makan siang di Belisirma, Ihlara Valley
Trekking 3 Kilometer di Ihlara Valley
Dari Ihlara Valley kami melewati tempat yang bernama Yaprakhisar, yang katanya pernah menjadi lokasi syuting film Star Wars
Castle Church (Selime Kalesi)
Di seberang jalan di depan Castle Church terdapat sebuah makam. Kata guidenya, makam itu dikenal sebagai makam Sultan. Ada yang bilang itu makamnya Alp Arslan, Sultan Seljuk yang mengalahkan pasukan Byzantium di Anatolia. Benarkah itu makam Alp Arslan? setengah tidak percaya bertanya pada guidenya, dia cuma bilang, kamu tahu makam orang-orang besar terdahulu kadang ada di mana-mana. Contohnya makam Bunda Maria, yang dikatakan ada di Jerusalem, tapi ada juga yang mengklaim makamnya ada di Turki.
Ini dia group tour kami di Cappadocia, berpose dengan latar Yaprakhisar
Wassalam,
Takbir
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Kak, itu ikut green tour minta di booking in sama pihak hostel kakak tinggal atau booking sendiri?
makasih.
Saya booking di hostel tempat saya nginap. Bayar turnya juga ke pihak hostel
Post a Comment