Klub sepakbola Manchester United (MU) pernah akan mengunjungi Jakarta pada tahun 2009 seandainya saja tidak ada kejadian ledakan bom di Hotel Marriot Kuningan yang berujung pada batalnya kunjungan klub MU. Saya ingat betapa hebohnya para penggemar bola membeli tiket untuk menyaksikan MU bertanding di senayan, dan lebih heboh lagi ketika akhirnya tidak jadi datang, heboh minta uang tiket dikembalikan. Untung waktu itu tidak kebagian tiket, bisa ikutan heboh juga.
Sekarang saya malah mendapatkan kesempatan nonton MU bermain di Bangkok. Hari pertandingan MU di Bangkok bertepatan dengan hari adik dan tante saya pulang ke Indonesia. Paginya antar mereka ke Bandara Suvarnabhumi dan setelah itu bergegas ke Siam Paragon untuk mengecek dan membeli tiket jika masih ada. Di Thailand ada perusahaan penyedia tiket segala acara, konser musik, pertandingan olahraga dan juga tiket perjalanan. Konter mereka salah satunya ada di lantai 5 mall Siam Paragon, dekat loket tiket bioskop. Paling pojok sebelah kiri.
Pertandingannya dimulai pukul 20.00 dan masih punya waktu istirahat sebentar sebelum berangkat ke stadion. Apalagi saat ini sudah bulan puasa, harus hemat energi.
Lokasi Stadion Rajamanggala dari tempat tinggal saya lumayan jauh. Harus naik airport link dan turun di stasiun Ramkamhaeng. Ketika akan berangkat dari Phayathai saja sudah sangat banyak orang yang berpakaian seragam merah MU. Sebagian besar penumpang airport link sepertinya punya tujuan yang sama dengan saya. Karena belum pernah ke Stadion Rajamanggala dan tidak tahu pastinya bagaimana menuju ke sana, jadi lebih tenang. Tinggal ikuti rombongan saja.
Setelah baca-baca review tentang bagaimana menuju ke sana, dan semuanya mengingatkan agar berangkat setidaknya 4 jam sebelum pertandingan, karena akses menuju ke Stadion akan macet total.
Setiba di stasiun Ramkamhaeng, begitu turun dan keluar dari stasiun, sudah berjejer puluhan tukang ojek yang siap panen, karena begitu banyaknya pendukung MU yang datang. Seorang polisi terlihat malah yang mengatur antrian tukang ojek. Karena polisinya mungkin sadar jalanan macet dan jumlah bus kota tidak bisa mengangkut semua penonton yang mau ke Stadion. Manfaatkan semua sumber daya transportasi yang ada, termasuk ojek motor. Sampai-sampai satu ojek ngangkut dua penumpang. Saya juga ikut naik ojek yang sama dengan orang lain. Baru kali ini saya naik ojek bonceng tiga. Saya duduk paling belakang dan tidak dapat pijakan kaki. Abang tukang ojeknya ngebut, mengambil jalur lain yang sepertinya lebih sepi kendaraan, tetapi sempat berjalan melawan arus kendaraan yang lain. Melaju dengan kecepatan tinggi sambil bonceng tiga saya berpegangan sekuatnya, khawatir jika motornya tersandung batu kecil saja, saya bisa terpelanting. Belum lagi kaki pegel berusaha nahan supaya sendal ga copot. Selangkangan rasanya pegel banget setelah sekitar lima belas menitan naik motor bonceng tiga, sambil kebut-kebutan dengan kaki menggantung tanpa pijakan.
Tiba sekitar pukul lima sore dan segera mencari tempat penukaran voucher dengan tiket aslinya. Setelah bertanya pada petugasnya, sayapun bisa menukar dengan tiket aslinya. Suasana stadion sudah sangat meriah dan memerah oleh pendukung MU. Suasananya mirip di GBK senayan jika Timnas PSSI bertanding. Thailand juga negeri penggila bola sama seperti Indonesia. Untuk menghabiskan waktu saya berkeliling melihat para pendukung MU. Bukan cuma warga lokal tapi juga banyak warga asing yang datang.
Di luar komplek stadion banyak penjual makanan tepi jalan, dan ternyata banyak pedagang makanan halal. Saya jadi tidak perlu repot mencari makanan untuk berbuka puasa. Warga lokal banyak yang datang ke komplek stadion bukan untuk nonton bola, tapi sekedar makan dan duduk di atas rumput.
Setelah buka puasa saya bertanya arah mesjid terdekat kepada dua gadis Thai berjilbab. Awalnya mereka terlihat agak enggan ketika saya sapa, tetapi ketika tahu saya menanyakan lokasi mesjid, mereka dengan semangat menunjukkan arahnya. Dari gerbang utama komplek Stadion, menyeberang jalan dan cari jalan 53 atau soi 53 (soi ha sib sam), mesjidnya ada di situ. Saya perhatikan di area sekitar komplek Stadion Rajamanggala ini memang banyak wanita yang berjilbab, baru saya ketahui ternyata komunitas muslim di Ramkamhaeng ini cukup besar, bahkan Islamic Center Thailand ada di area ini.
Sehabis sholat dengan tergesa-gesa kembali menuju Stadion. Kick off akan dimulai setengah jam lagi. Antrian penonton memasuki stadion terlihat masih sangat banyak. Bahkan mesti antri berdesak-desakan. Masuk melalui sektor barat (W) sesuai tiket, dan ketika memasuki stadion di pintu W5, ternyata di situ ada ruangan tempat sholat (Muslim Prayer Room). Wah hebat juga nih, di dalam GBK senayan aja nggak di sediain tempat sholat. Di Thailand, di mana muslimnya minoritas malah disediain.
Tiket yang saya beli ternyata ada di level 3, lantai paling atas. Hmmm... pantas aja tadi perasaan tidak enak ketika melihat disekitar stadion banyak penjual teropong, tenyata ini toh maksudnya. Tiket saya juga free seat, siapa cepat dia dapat. Kursi hampir semuanya penuh, untung tidak butuh lama untuk menemukan kursi yang masih kosong.
Antusias penonton bola di Thailand sama persis dengan Indonesia. Tapi mereka terlihat lebih teratur. Di Indonesia penonton masih suka liar. Penonton yang merokok di dalam stadion juga tidak terlihat.
Secara desain, stadion GBK senayan masih lebih bagus menurut saya dibandingkan stadion Rajamanggala. Tetapi di Rajamanggala, semua kursi penontonya sudah plastik dan bisa terlipat sendiri, tidak seperti halnya di GBK yang 75 persen adalah bangku kayu. Keunggulan GBK mungkin yang paling terasa adalah aksesnya jauh lebih mudah, dibandingkan Rajamanggala yang lokasinya jauh, tidak banyak tranportasi publik yang memadai ditambah lagi dikelilingi jalur macet.
Pertandingan sendiri berlangsung menarik, rasanya senang sekali bisa secara langsung melihat para pemain MU bermain, terutama pemain senior Ryan Giggs yang paling sering mendapat tepuk tangan riuh dari penonton setiap kali dia mendapat bola atau mengambil tendangan sudut. Sayangnya MU yang didominasi pemain muda, malah kalah 0-1 oleh tim tuan rumah.
Dari kejauhan terlihat pendukung MU dari Indonesia membentangkan spanduk bertuliskan "We'll wait in INDONESIA".
Selesai pertandingan penonton berjalan keluar dengan teratur dan sudah saya duga jalanan depan komplek stadion macet total. Saya memutuskan untuk nongkrong dulu sambil makan jajanan dan buah yang masih ada di sekitar situ. Menunggu beberapa saat sepertinya jalanan bakal macet dalam waktu lama, akhirnya menawar ojek yang lewat untuk mengantar ke stasiun Ramkamhaeng, takut kemaleman dan airport link nya sudah tidak ada untuk kembali ke tengah kota Bangkok.
Salam,
Takbir
No comments:
Post a Comment