Setelah naik kereta selama sehari penuh dari Kazan , akhirnya saya tiba juga di kota
Volgograd pada
sore hari pukul 16.00. Di stasiun sudah menunggu Stanislav atau dipanggil Stash,
saya kenal dari CouchSurfing, yang bersedia menampung saya di apartemennya
selama 2 hari di Volgograd .
Stash yang memang asli dari Volgograd
dan punya pengetahuan yang memadai tentang sejarah kotanya, menjadi tempat
numpang tinggal dan bertanya banyak hal. Selama 2 hari di Volgograd saya benar-benar bergantung kepada Stash yang
bersedia mengantar saya ke mana-mana dan menjadi tour guide. Stash baru saja
menikah dan tinggal bersama Istrinya Anatasiya atau dipanggil Nastya. Pasangan muda
ini benar-benar welcome. Mereka menikah di Thailand pada bulan Maret yang lalu.
Satu hal lagi yang menguntungkan buat saya, pasangan ini sedikit beda mungkin dengan
kebanyakan orang Rusia lainnya, mereka semi vegetarian dengan hanya makan Ikan
dan yang paling penting tidak mengkonsumsi alkohol. Nastya memasak Ikan yang
sangat lezat buat saya selama tinggal di tempat mereka.
Sebuah bangunan dengan ruangan besar yang didinding diukir nama-nama tentara soviet yang berjasa besar dalam perang Stalingrad dan mendapat medali pahlawan.
Patung Mamaev Kurgan
Tsaritsa adalah nama pertama yang diberikan pada kota ini ketika Kekaisaran Rusia pertama kali mendirikan benteng kayu disini pada abad ke-16 dan merupakan batas selatan wilayah Rusia pada masa itu. Tsaritsa juga nama sungai utama yang mengalir menuju Volga. Tsaritsa artinya Ratu, atau istrinya Tsar. Saat Komunis berkuasa dan segala sesuatu yang berbau Tsar dan keluarganya dihilangkan, nama kota berganti menjadi Stalingrad atau Kota Stalin. Diambil dari nama pemimpin Komunis Soviet, Joseph Stalin. Setelah Stalin meninggal, nama kota diganti dan dipilihlah Volgograd, sesuai nama sungai Volga yang membelah kota. Volgograd adalah kota yang panjangnya sekitar 50 KM di sepanjang sungai Volga. Volgograd seluruhnya adalah kota baru yang direkonstruksi setelah hancur lebur lebur pada Perang Dunia ke-2.
Sniper Soviet yang tekenal selama perang Stalingrad adalah Vasily Zaytsev. Targetnya adalah para petinggi pasukan Nazi Jerman. Menyebabkan pasukan Nazi harus mempromosikan komandan hampir setiap minggunya. Vasily Zaytsev menjadi tokoh utama dalam Film yang berjudul Enemy of the Gates, yang berlatar belakang perang Stalingrad.
Patung Vasily Zaitsev di monumen relief menuju ke atas bukit Mamaev Kurgan
Makam Vasily Zaysev di lokasi area sekitar patung Mamaev Kurgan
Pasukan Jerman menginvasi Stalingrad pada agustus tahun 1942. Pasukan Jerman mengawali dengan memborbardir kota dengan pesawat dan artileri. Di awal perang, Pasukan Jerman telah berhasil menguasai 90 persen wilayah kota di tepi barat sungai Volga. Mendesak tentara merah yang bertahan hingga hanya 200 meter dari tepi sungai. Walaupun begitu, pasukan Nazi tidak mampu menaklukkan perlawan tentara soviet. Reruntuhan kota akibat bombardir pesawat Jerman justru menjadi benteng pertahanan yang kokoh bagi tentara soviet dan menjadi hambatan bagi pasukan tank Jerman untuk memasuki kota karena akan menjadi sasaran empuk sergapan tentara soviet. Puncak bukit Mamaev Kurgan menjadi lokasi pertempuran sengit dimana kedua pihak bertempur untuk merebut lokasi strategis tersebut. Tepi timur sungai masih berada dalam kendali pasukan soviet dan menjadi base untuk mengirimkan pasukan dan logistik ke tepi barat yang menjadi medan tempur kedua belah pihak.
Museum Panorama berada di tepi sungai Volga di samping sebuah bangunan yang tersisa setelah perang Stalingrad.
Menjelang sore, Stash mengajak dan mengantarkan saya ke tempat yang terbaik menurut dia di Volgograd. Pekuburan Rossochkaya terletak sekitar 20 menit ke arah luar kota Volgograd menjadi tempat peristirahatan terakhir pasukan kedua belah pihak. Taman makam pasukan Soviet dan Nazi saling berdampingan dan hanya dipisahkan oleh jalan raya. Lokasi taman makam ini begitu sunyi, terletak di tengah-tengah padang rumput dan hanya ada ladang gandum disekitarnya. Ada sekitar 1 juta tentara Soviet Rusia dan sekitar 250 ribu pasukan Nazi Jerman yang tewas selama perang Stalingrad. Dari beberapa batu nisan yang menuliskan identitas tentara-tentara tersebut, ternyata mereka masih sangat muda, rata-rata kelahiran 1920 yang artinya mereka berumur 20-an ketika harus saling berhadapan satu sama lain. Kata Stash, kedua pihak (tentara Soviet Rusia dan Nazi Jerman) tidak saling kenal, tidak punya dendam dan tidak ada alasan pribadi yang menjadikan mereka harus saling berperang. Mereka harus saling bunuh hanya karena pemimpin mereka waktu itu, Joseph Stalin dan Adolf Hitler, memiliki ambisi kekuasaan yang sama tetapi terbentur oleh ideologi yang berbeda. Di Rossochkaya, manusia korban ambisi tersebut kini beristirahat berdampingan dengan damai.
Tugu makam pasukan Soviet Rusia di Rossochkaya. Makam para tentara yang tidak teridentifikasi
Di sebelah jalan adalah makam tentara Nazi Jerman. Nisan berbentuk kubus yang bertuliskan nama-nama tentara Jerman yang tewas dalam perang Stalingrad.
Malamnya, Stash dan Nastya mengajak saya makan di sebuah restoran pancake yang paling lezat di Volgograd, bersama teman mereka yang bernama Yevgeny atau dipanggil Zhenya dan Nastya. Seperti kata Stash, Nastya adalah nama perempuan yang paling populer di Rusia. Setelah itu, kami berjalan-jalan di sekitar kota di tepi sungai Volga. Dan menjelang tengah malam, kami pergi ke stasiun Underground Tram. Yang kata Stash, Tram yang punya jalur di bawah tanah hanya ada di Volgograd. Naik Tram tengah malam menjelang tutup menjadi pengalaman unik juga, sampai ibu kondekturnya juga ketawa karena kami naik sampai stasiun terakhir untuk kemudian naik lagi dengan Tram yang sama, kembali ke stasiun semula. Kami baru pulang sekitar pukul 1 dinihari, padahal di awal pagi saya harus ke terminal bus untuk melanjutkan perjalanan ke Elista.
Di atas Tram bawah tanah Volgograd, menjelang tengah malam
Wassalam,
Beberapa
saat setelah tiba di apartemen Stash dan mandi. Mereka langsung mengajak saya untuk jalan-jalan ke
Monumen utama peringatan perang dunia ke-2, Mamaev Kurgan. Berlokasi di atas
bukit, yang dari atas situ kita bisa melihat kota Volgograd dan seberang sungai
Volga. Kota utama Volgagrad berada di tepi barat sungai Volga. Sebuah patung
besar, dengan sosok wanita yang memegang pedang, yang tingginya melebihi patung
Liberty di New York, dan merupakan patung tunggal tertinggi di dunia. Mamaev
Kurgan saya terjemahkan sebagai Panggilan Ibu Pertiwi.
Sebuah bangunan dengan ruangan besar yang didinding diukir nama-nama tentara soviet yang berjasa besar dalam perang Stalingrad dan mendapat medali pahlawan.
Patung Mamaev Kurgan
Tsaritsa adalah nama pertama yang diberikan pada kota ini ketika Kekaisaran Rusia pertama kali mendirikan benteng kayu disini pada abad ke-16 dan merupakan batas selatan wilayah Rusia pada masa itu. Tsaritsa juga nama sungai utama yang mengalir menuju Volga. Tsaritsa artinya Ratu, atau istrinya Tsar. Saat Komunis berkuasa dan segala sesuatu yang berbau Tsar dan keluarganya dihilangkan, nama kota berganti menjadi Stalingrad atau Kota Stalin. Diambil dari nama pemimpin Komunis Soviet, Joseph Stalin. Setelah Stalin meninggal, nama kota diganti dan dipilihlah Volgograd, sesuai nama sungai Volga yang membelah kota. Volgograd adalah kota yang panjangnya sekitar 50 KM di sepanjang sungai Volga. Volgograd seluruhnya adalah kota baru yang direkonstruksi setelah hancur lebur lebur pada Perang Dunia ke-2.
Jika anda pernah
belajar tentang Perang Dunia ke-2, maka pasti tahu tentang pertempuran Stalingrad.
Stalingrad mendapat label kota pahlawan di Rusia, karena dikota inilah
perlawanan mati-matian diberikan pasukan merah soviet terhadap pasukan Nazi
Jerman. Lokasi pertempuran paling berdarah dan brutal pada Perang Dunia ke-2 di
front timur antara Nazi Jerman dan Soviet Rusia. Gerak maju pasukan Nazi ke
wilayah Rusia terhenti di kota ini. Pasukan Nazi berencana dengan menguasai
kota ini, maka koneksi antara wilayah utara dan selatan Rusia yang dihubungkan
melalui jalur Sungai Volga akan terputus. Menyadari hal ini, dan dengan alasan
nama kota adalah nama pemimpin tertinggi Soviet waktu itu, maka pasukan merah Soviet
dikerahkan ke kota ini untuk bertempur mati-matian.
Sniper Soviet yang tekenal selama perang Stalingrad adalah Vasily Zaytsev. Targetnya adalah para petinggi pasukan Nazi Jerman. Menyebabkan pasukan Nazi harus mempromosikan komandan hampir setiap minggunya. Vasily Zaytsev menjadi tokoh utama dalam Film yang berjudul Enemy of the Gates, yang berlatar belakang perang Stalingrad.
Patung Vasily Zaitsev di monumen relief menuju ke atas bukit Mamaev Kurgan
Makam Vasily Zaysev di lokasi area sekitar patung Mamaev Kurgan
Pasukan Jerman menginvasi Stalingrad pada agustus tahun 1942. Pasukan Jerman mengawali dengan memborbardir kota dengan pesawat dan artileri. Di awal perang, Pasukan Jerman telah berhasil menguasai 90 persen wilayah kota di tepi barat sungai Volga. Mendesak tentara merah yang bertahan hingga hanya 200 meter dari tepi sungai. Walaupun begitu, pasukan Nazi tidak mampu menaklukkan perlawan tentara soviet. Reruntuhan kota akibat bombardir pesawat Jerman justru menjadi benteng pertahanan yang kokoh bagi tentara soviet dan menjadi hambatan bagi pasukan tank Jerman untuk memasuki kota karena akan menjadi sasaran empuk sergapan tentara soviet. Puncak bukit Mamaev Kurgan menjadi lokasi pertempuran sengit dimana kedua pihak bertempur untuk merebut lokasi strategis tersebut. Tepi timur sungai masih berada dalam kendali pasukan soviet dan menjadi base untuk mengirimkan pasukan dan logistik ke tepi barat yang menjadi medan tempur kedua belah pihak.
Nazi Jerman yang
terkenal dengan strategi Blietzkrieg atau serangan kilat tidak mengantisipasi
perlawanan luar biasa dari tentara Soviet dan menjadikan perang dalam (reruntuhan)
kota menjadi berkepanjangan. Letak geografis Stalingrad yang berada jauh ke
dalam wilayah Rusia, menjadi hambatan tersendiri bagi pengiriman logistik
pertempuran bagi pasukan Jerman. Titik balik pertempuran terjadi ketika memasuki
musim dingin akhir tahun 1942. Pasukan soviet yang lebih siap dengan cuaca
dingin yang ekstrem mulai mampu mendesak pasukan Nazi Jerman. Selain itu pula,
saat Rusia yakin bahwa Jepang tidak akan menginvasi wilayah mereka di timur,
karena Jepang sedang sibuk dalam Perang Pasifik dengan Amerika Serikat, maka
pasukan Siberia Rusia dikerahkan ke Stalingrad. Pasukan Siberia ini adalah
pasukan terbaik dan paling terlatih yang dimiliki Soviet Rusia masa itu. Pasukan
yang lebih berpengalaman telah dikirim ke timur jauh untuk menghadapi ancaman
invasi Jepang, sejak perang Rusia-Jepang meletus pada tahun 1905. Dukungan
pasukan terlatih dari Siberia dan suplai tentara yang tak habis-habis dari
berbagai wilayah Rusia lainnya akhirnya mampu mengalahkan pasukan Nazi Jerman
yang secara resmi menyerah pada Februari 1943. Kemenangan Rusia di Stalingrad
sekaligus menjadi titik balik Perang Dunia ke-2, di mana sejak pertempuran
Stalingrad, pasukan Soviet Rusia mendesak pasukan Nazi Jerman hingga akhirnya
Soviet berhasil menguasai Berlin pada 9 Mei 1945, mendahului pasukan sekutu
Amerika dan Inggris dari arah barat. Itulah mengapa kemudian Berlin menjadi
ibukota Jerman Timur yang Komunis hingga runtuhnya tembok Berlin pada 1989.
Di kota Volgograd
terdapat Museum Panorama, yang berisi terutama tentang sejarah Perang
Stalingrad. Berbagai barang peninggalan dan senjata yang digunakan, baik dari
tentara Soviet maupun Nazi, dipajang disini. Dan di lantai 2 terdapat panorama
360 derajat yang berupa miniatur memperlihatkan kondisi kota Stalingrad yang
hancur lebur saat Perang Dunia ke-2 dilihat dari atas bukit Mamaev Kurgan
berlokasi saat ini.
Museum Panorama berada di tepi sungai Volga di samping sebuah bangunan yang tersisa setelah perang Stalingrad.
Menjelang sore, Stash mengajak dan mengantarkan saya ke tempat yang terbaik menurut dia di Volgograd. Pekuburan Rossochkaya terletak sekitar 20 menit ke arah luar kota Volgograd menjadi tempat peristirahatan terakhir pasukan kedua belah pihak. Taman makam pasukan Soviet dan Nazi saling berdampingan dan hanya dipisahkan oleh jalan raya. Lokasi taman makam ini begitu sunyi, terletak di tengah-tengah padang rumput dan hanya ada ladang gandum disekitarnya. Ada sekitar 1 juta tentara Soviet Rusia dan sekitar 250 ribu pasukan Nazi Jerman yang tewas selama perang Stalingrad. Dari beberapa batu nisan yang menuliskan identitas tentara-tentara tersebut, ternyata mereka masih sangat muda, rata-rata kelahiran 1920 yang artinya mereka berumur 20-an ketika harus saling berhadapan satu sama lain. Kata Stash, kedua pihak (tentara Soviet Rusia dan Nazi Jerman) tidak saling kenal, tidak punya dendam dan tidak ada alasan pribadi yang menjadikan mereka harus saling berperang. Mereka harus saling bunuh hanya karena pemimpin mereka waktu itu, Joseph Stalin dan Adolf Hitler, memiliki ambisi kekuasaan yang sama tetapi terbentur oleh ideologi yang berbeda. Di Rossochkaya, manusia korban ambisi tersebut kini beristirahat berdampingan dengan damai.
Tugu makam pasukan Soviet Rusia di Rossochkaya. Makam para tentara yang tidak teridentifikasi
Di sebelah jalan adalah makam tentara Nazi Jerman. Nisan berbentuk kubus yang bertuliskan nama-nama tentara Jerman yang tewas dalam perang Stalingrad.
Malamnya, Stash dan Nastya mengajak saya makan di sebuah restoran pancake yang paling lezat di Volgograd, bersama teman mereka yang bernama Yevgeny atau dipanggil Zhenya dan Nastya. Seperti kata Stash, Nastya adalah nama perempuan yang paling populer di Rusia. Setelah itu, kami berjalan-jalan di sekitar kota di tepi sungai Volga. Dan menjelang tengah malam, kami pergi ke stasiun Underground Tram. Yang kata Stash, Tram yang punya jalur di bawah tanah hanya ada di Volgograd. Naik Tram tengah malam menjelang tutup menjadi pengalaman unik juga, sampai ibu kondekturnya juga ketawa karena kami naik sampai stasiun terakhir untuk kemudian naik lagi dengan Tram yang sama, kembali ke stasiun semula. Kami baru pulang sekitar pukul 1 dinihari, padahal di awal pagi saya harus ke terminal bus untuk melanjutkan perjalanan ke Elista.
Di atas Tram bawah tanah Volgograd, menjelang tengah malam
Wassalam,
Takbir
1 comment:
Terimakasih mas atas ceritanya, makin ngebet buat jalan" ke Russia :)
Post a Comment