Sunday, October 17, 2010

Ke Madinah Al Munawarah


Kamis, 14 Oktober 2010, kurang sebulan lagi bulan haji, saya putuskan untuk berziarah ke Madinah Al Munawarah. Jalur yang saya ambil adalah via Makkah ke Madinah. Sekitar pukul 12.00 baru berangkat dari Jeddah. Tidak seperti waktu Ramadhan, kali ini jumlah orang yang ingin berangkat ke Makkah sangat kurang, sehingga harus menunggu lama hingga mobilnya penuh, padahal kami cuma menggunakan mobil sedan dengan 4 penumpang. Apalagi para supir rebutan penumpang. Tidak seperti sebelumnya juga, supir memeriksa dulu iqamah dan passport setiap penumpang. Di antara penumpang cuma saya yang pakai passport dengan cap stempel visa perpanjangan tiap bulan, membuat supirnya agak ragu-ragu untuk membawa saya. Perjalanan menuju Makkah lancar hingga mendekati gerbang check point pemeriksaan dokumen. Area Makkah restricted buat non muslim. Lalu lintas jadi macet karena mobil berjalan pelan untuk diperiksa satu-satu. Saya lihat petugas juga cuma melongok ke mobil melihat jika ada yang nampak mencurigakan. Sebelum-sebelumnya tidak ketat seperti ini, walaupun tetap ada pemeriksaan. Beberapa mobil di depan kami meluncur tanpa ada pemeriksaan, petugasnya cuma melihat-lihat dari luar. Tetapi tiba giliran mobil kami, saya merasa petugas yang memperhatikan saya dari luar menghentikan mobil dan meminta semuanya mengeluarkan ID masing-masing. Wah deg-degan juga, sempat tidak dibolehin lewat, gimana? Alhamdulillah tanpa ada kata dari mulut si petugas, ID kami dikembalikan dan dibolehkan melanjutkan perjalanan. Malah 2 orang bapak yang dari Sudan di samping saya yang kelihatan paling lega, sambil terus berucap Alhamdulillah, bisa terus masuk ke Makkah.

Di Masjid Al Haram, tidak seramai waktu Ramadhan, kita bisa leluasa mencari tempat yang cocok dan sebisa mungkin tidak ada yang menghalangi pandangan kita ke Ka’bah. Alhamdulillah saya sempat untuk setidaknya menyentuh Ka’bah dan sholat 2 rakaat di Hijr Ismail. Hijr Ismail adalah tempat di mana Nabi Ismail a.s dan ibunya Siti Hajar di makamkan. Persis di dekat Ka’bah. Untuk mendekati Hajar Aswad masih sulit, karena orang-orang berdesak-desakan dan malah sikut-sikutan di sisi Hajar Aswad.

Setelah sholat Ashar, saya ke tempat bus Saptco ngetem tidak jauh dari Masjid Al Haram, lurus dari arah pintu 79 King Fahd Gate. Saptco adalah perusahaan bus yang menyediakan perjalanan darat ke seluruh wilayah Saudi Arabia hingga ke beberapa Negara teluk dan timur tengah lainnya. Untuk tiket Makkah ke Madinah Al Munawarah biayanya 55 SR. Busnya kira-kira mirip dengan bus Primajasa Bandung-Jakarta. Bus Saptco ini punya jadwal keberangkatan yang teratur, setiap 2 jam bus berangkat. Walaupun masih belum penuh. Seragam supirnya pun kayak pilot pesawat komersil. Bus yang saya tumpangi ini, supirnya orang Indonesia. Bus meninggalkan Makkah Sekitar pukul 16.30. Perjalanan sekitar 5 setengah jam. Selama perjalanan dalam bus saya ketemu dengan orang Indonesia, nama mas Alex Mahesa. Muslim walau namanya gak muslim. Asli dari Rembang, Jawa Tengah. Baru sekitar 1 setengah tahun di Saudi, tapi udah bisa bercakap-cakap dengan bahasa Arab. Kata mas Alex, dia sering disangkain orang filipin, karena berkulit lebih terang dibanding rata-rata orang Indonesia dan mata sedikit sipit. Mas Alex bekerja di restaurant. Beliau ini ditransfer, dipindahkan, atau dimutasi dari Makkah ke Madinah, gara-gara sempat bertengkar dengan rekan kerjanya yang orang Mesir. Dia yang dipindahkan, karena atasan mereka juga orang Mesir hehehe… Sepanjang perjalanan ke Madinah, pemandangannya adalah dataran yang luas dengan pasir dan batu kerikil serta bukit-bukit batu yang berpasir nampak dari kejauhan. Ketika matahari telah tenggelam, diluar keliatan benar-benar gelap tidak ada tanda-tanda kehidupan. Setelah sempat berhenti di tengah perjalanan untuk istirahat, akhirnya kami tiba di Madinah Al Munawarah sekitar pukul 22.30. Dari terminal Saptco, saya dan mas Alex naik taksi 10 SR untuk ke Masjid Nabawi. Saya juga baru tau, kalau masjid Nabawi di Madinah dikenal juga sebagai Al Haram. Sebenarnya dari terminal ini, jaraknya sudah cukup dekat, cuma karena belum tau makanya kami memlilih naik taksi. Lagian mas Alex karena baru pindahan ke Madinah makanya saya bantuin bawa barang bawaannya, yang lumayan juga beratnya. Mas Alex akan dijemput oleh temannya sekitar pukul 02.00, dan mereka janjian ketemu di Masjid Nabawi. Ketika kami tiba di Masjid Nabawi, pintu Masjid sudah di tutup. Tapi masih banyak orang yang berkeliaran di halaman Masjid yang sangat luas dan lantainya sedang dibersihkan. Disini kami melihat banyak sekali Jamaah Haji Indonesia dari kloter awal yang mulai diberangkatkan sekitar 3 hari yang lalu. Berkenalan dengan bapak yang ketua kloter dari Jepara, yang sedang keliling mencari jamaah kloternya yang sudah 2 hari gak pulang-pulang, mungkin tersesat dan tidak tahu jalan kembali ke penginapan. Kami yang sudah lapar, berkeliling mencari-cari tempat makan hingga ketemu warung Indonesia, si Doel Anak Madinah, dengan menu andalan bakso goyang lidah. Warung Indonesia tetapi sebagian besar pelayannya orang Bangladesh, yang bisa bahasa Indonesia dikit-dikit.


Dihalaman Masjid banyak orang yang tidur, karena sudah jam 02.30 dan mas Alex sudah dijemput temannya, saya yang sudah ngantuk berat juga tertidur, melantai seperti yang lain. Diliatin oleh jamaah haji Indonesia yang masih mondar-mandir. Mungkin mereka berpikir, pasti orang ini abis diusir ama majikannya, makanya sekarang jadi gelandangan di sini… hahahaha…

Pukul 04.00 azan berkumandang, dan pintu-pintu masjid mulai dibuka. Seperti halnya di Masjid Al Haram Makkah, azan dikumandangkan sejam sebelum azan subuh. Saya terbangun, pergi wudhu dan segera cari posisi yang nyaman di dalam Masjid. Masih terkantuk-kantuk menunggu waktu sholat subuh. Setelah sholat subuh, keluar untuk cari sarapan, disinilah saya melihat sudah banyak jamah haji yang berkumpul di Madinah dari berbagai Negara. Indonesia, Malaysia, Thailand, Bangladesh, India, Pakistan, Afghanistan, Turki, dan Negara-negara Arab. Dan setiap rombongan menggunakan beraneka warna seragam untuk menandai kelompok rombongan mereka. Rombongan yang paling dominan tentu saja dari Indonesia. Bahkan untuk setiap kloter dari provinsi yang berbeda menggunakan seragam yang beda pula. Dari semua seragam yang ada, 3 ternorak adalah dari kontingen Jawa Barat dengan seragam berwarna pink terang, kontingen Malaysia dengan seragam ungu sambil bawa-bawa bendera segala, dan masih dari kontingen Malaysia yang pakai blero persis yang dipake polisi lalu lintas di Indonesia. Hampir semua kontingen menggunakan kacu dengan tulisan nama rombongannya atau biro travelnya. Sehingga saya berpikir rombongan jamaah haji ini mirip rombongan jambore pramuka di Cibubur.


Disekitar Masjid, para pedagang kaki lima mulai teriak-teriak “Murah.. murah… 5 riyal saja”, para pedagang berbahasa Indonesia menjajakan dagangannya, karena pelanggan utamanya tentu saja jamaah Indonesia. Yang sudah terkenal tukang belanja. Baru datang 3 hari sudah mulai belanja habis-habisan, malah ada yang nanya-nanya tempat pengiriman barang ke Indonesia. Ingin borong sajadah dan macam-macam barang lainnya, yang bisa saja made in Tanah Abang. Yang lucu, ada pedagang Arab yang sudah setengah kesal menjelaskan kalau harganya 10 riyal (dalam bahasa Indonesia), tetapi si pelanggan tetap bertanya. Ternyata pelanggannya adalah jamaah asal Thailand, yang mirip dengan orang Indonesia… hahaha…

Jamaah haji Indonesia sebenarnya menikmati pelayanan selama haji yang lebih baik di bandingkan jamaah haji dengan Negara lain. Hotel dan penginapan mereka dekat dengan Masjid Nabawi. Disediakan shuttle bus yang mengantar keliling kota Madinah. Bandingkan dengan jamaah Afghanistan yang letak penginapan mereka sangat jauh sehingga mereka memilih tidur disekitaran Masjid untuk bisa mengikuti setiap sholat jamaah. Untuk berziarah keliling Madinah pun mereka urunan untuk menyewa minibus. Sosok pria-pria Afghan sangat mencolok dengan badan mereka yang tinggi tegap, dan wajah yang keras yang menggambarkan betapa keras pula kehidupan yang mereka jalani di negeri asalnya Afghanistan. Tapi aura mereka juga kelihatan beda. Semangat untuk beribadah mereka terlihat begitu menggebu.

Pukul 08.00 saya kembali masuk ke Masjid Nabawi, kali ini saya berjalan terus masuk ke dalam menuju tempat di mana Nabi Muhammad SAW di makamkan. Banyak Jamaah yang melakukan sholat 2 rakaat dan saya pun melakukannya. Saya membaca sholawat atas Nabi SAW sebanyak-banyaknya, hingga merasa haru ketika berada dekat dengan makamnya Nabi SAW.

Di Madinah Al Munawarah bukan cuma Masjid Nabawi yang perlu dikunjungi tapi juga beberapa tempat yang sangat penting dalam sejarah agama Islam. Di depan Masjid banyak yang menawari untuk ziarah hanya dengan membayar 10 riyal. Menggunakan mini bus, kita di bawa ke tempat bersejarah di sekitar Madinah. Yang pertama kami di bawa ke Padang Uhud, untuk berziarah ke makam para syuhada yang gugur di perang Uhud.


Selanjutnya ke Masjid Qiblatayn, atau Masjid 2 kiblat. Di masjid inilah Nabi SAW diperintahkan untuk mengubah qiblat (arah saat melaksanakan sholat), yang semula mengarah ke Masjid Al Aqsa di Jerusalem, Palestina, menjadi ke arah Ka’bah di Masjid Al Haram Makkah.

Selanjutnya ke Masjid Quba. Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW ketika tiba di Madinah setelah berhijrah dari Makkah. Di Al Qur’an disebutkan bahwa, masjid pertama ini didirikan diatas fondasi keimanan dan kesungguhan hati. Di Masjid ini Nabi bermalam sekitar 20 hari menunggu Ali bin Abi Thalib r.a menyusulnya dari Makkah untuk kemudian bersama-sama masuk ke Madinah. Rumah Ali bin Abi Thalib r.a juga berada di belakang Masjid ini. Dalam sebuah hadits, disebutkan bahwa setidaknya sekali dalam seminggu, Nabi SAW menyempatkan ke masjid Quba, dengan jalan kaki atau dengan naik unta, untuk sholat 2 rakaat di Masjid ini. Sholat 2 rakaat di Masjid Quba nilai pahalanya sama dengan pahala umroh.


Kembali ke Jeddah setelah sholat Jum’at dan mampir makan bakso Solo depan Masjid. Kali ini bus langsung Madinah- Jeddah dengan harga tiket 55 SR. Perjalanan juga sekitar 5 setengah jam. Hampir sama dengan lama waktu Makkah-Madinah.

Today’s MVP (Most Valuable Prayer) in Masjid Nabawi Madinah Al Muwarah.



Wassalam,


Takbir