Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

Saturday, July 16, 2011

Makkah - Batas Haram

Makkah mempunyai status istimewa. Di dalamnya terdapat Ka’bah, titik kiblat di mana semua Muslim di seluruh dunia menghadapkan wajahnya ketika sholat. Wilayah Makkah adalah wilayah Haram. Wilayah dimana di dalamnya Allah swt melarang perkelahian, tidak boleh ada pertumpahan darah, dilarang memburu binatang, dilarang mencabut tanaman, dilarang memungut barang yang jatuh yang bukan miliknya. Semuanya dilarang kecuali hal-hal tersebut bisa membahayakan orang-orang yang ada di dalamnya. Orang yang melakukan tindakan kriminal dan dapat dibuktikan, boleh dihukum di wilayah Haram.

Apakah wilayah Haram itu hanya di dalam dan sekitar Ka’bah dan Masjidil Haram saja? Batas Haram adalah batas Wilayah Makkah. Bervariasi dari berbagai arah, diukur dari Ka’bah sebagai pusatnya. Batas barat dan timurnya sekitar 22 kilometer, batas utara 13 kilometer dan batas selatan 16 kilometer. Total batu atau gerbang untuk menandai batas Haram tersebut saat ini berjumlah 1104 buah di sekeliling wilayah Makkah, yang mencakup area seluas 550 kilometer persegi. Menurut beberapa riwayat, batas Haram yang pertama diletakkan oleh Nabi Ibrahim a.s yang ditunjukkan oleh malaikat Jibril. Setelah penaklukan Makkah pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriah (630 M), Nabi Muhammad saw memerintahkan Tamim bin Asad Khazai untuk memperbaharui penanda batas Haram. Ada sekitar 943 tanda batas haram ketika itu. Sejak itupula wilayah Haram menjadi terlarang dimasuki oleh non muslim (coba liat At-Taubah:28).

Ketika berada dalam wilayah ini, kita dianjurkan untuk tidak melakukan perbuatan yang salah sekecil apapun. Bahkan terlintas dipikiran untuk berbuat salahpun jangan. Karena setiap perbuatan salah akan langsung dibalas oleh Allah swt saat itu juga. Makanya setiap kali saya memasuki atau mendekati wilayah Makkah, sering terbawa perasaan deg-degan. Campur aduk perasaan senang, cemas, dan takut. Ketika melihat sesuatu yang aneh saya langsung mengingatkan diri untuk tidak berkomentar atau berpikir macam-macam. Ntar kualat. Makanya saya lebih senang pergi sendirian ke Makkah, kalau bareng teman suka ga nyadar ngomong ngelantur.
Ada beberapa cerita menarik berkaitan wilayah Haram ini. Tante saya yang baru saja melaksanakan haji pada 2010 kemarin bercerita, ketika dia pertama kali tiba di penginapan di Makkah. Di kamarnya sudah ada beberapa yang tiba duluan dari kloter awal. Salah satunya ada seorang nenek yang sedang nyuci pakaiannya. Tante saya ini yang emang terkenal tukang komentar, langsung ngomen, “kasian ibu ya, cuciannya banyak bener”. Itu dia ucapkan tanpa maksud mengejek atau apa. Namun, ketika dia sendiri membuka kopernya yang baru tiba, ternyata bungkusan bekal ikan teri yang dia bawa tumpah. Mengotori semua pakaiannya dikoper itu yang rata-rata warna putih. Dia langsung sadar kalau sudah dalam wilayah Haram, mestinya dia berhenti komentar macam-macam. Habis itu dia minta maaf ke nenek tadi, Istighfar banyak-banyak, sambil nyuci tentunya. Perlu empat kali cuci katanya hingga bersih dan baunya hilang, hehehehe…

Seorang kawan yang juga kerja di Jeddah, yang sudah sering banget mondar-mandir Umroh ke Masjidil Haram. Pernah juga mengalami hal yang unik. Karena dia ke sana dengan dua anaknya yang masih kecil, dia sering bawa stroller, atau kereta bayi. Sebelum-sebelumnya ketika memasuki Masjidil Haram, dia cukup menaruh sandal di dalam stroller dan meninggalkan stroller di luar mesjid. Dan selama ini aman-aman saja. Ketika melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah dan kemudian sa’i atau berjalan tujuh kali mondar-mandir dari Safa ke Marwah, dia menyewa kursi roda yang banyak ditawarkan disekitar ka’bah, daripada kecapean gendong anaknya. Setelah selesai, dia berniat mengembalikan kursi roda itu. Dia keliling nyariin si empunya, tapi gak ketemu-ketemu. Akhirnya karena udah kecapean dan udah siap-siap mau pulang, kursi roda dia tinggal begitu saja. Berharap si empunya bisa nemuin sendiri kursi rodanya. Ketika dia keluar nyari stroller-nya, malah tidak ketemu-ketemu. Strollernya hilang, tapi sandal yang semula ada di dalam stroller ada ditinggalkan ditempat stroller tersebut sebelumnya diletakkan. Langsung dia ingat kalau baru saja ninggalin kursi roda yang dia sewa disembarangan tempat.

Yang pernah saya alami sendiri, ketika itu hari kamis. Saya agak telat tiba di Masjidil Haram. Sudah selesai azan dzuhur. Saya segera berwudhu dan dengan tergesa-gesa berjalan memasuki Masjidil Haram, dengan tidak lupa membuka alas kaki. Banyak orang yang juga sama tergesa-gesanya dengan saya. Ketika berjalan memasuki Mesjid, mata saya melihat makhluk halus alias cewek Arab nan jelita. Saking cantik jelitanya, mata saya terus melihatnya dan tidak sadar wajah berpaling leher berputar mengikuti si cewek sambil kaki berjalan terus ke depan. Dan tiba-tiba, plek… apa nih lengket-lengket? Wadow, saya nginjak kotoran burung. Di sekitar Masjidil Haram memang banyak burung merpati, yang sampai ada yang saya lihat bersarang di dalam Mesjid. Selama ini saya tidak pernah melihat kotoran merpati ini di lantai Mesjid, padahal mereka terbang bebas ke sana kemari, bertengger di palang dan tiang kipas angin Mesjid. Entah karena petugas kebersihannya yang super gesit bersihin atau emang burungnya yang tau diri ga buang kotoran sembarangan dalam Mesjid. Mana kotoran yang saya injak gede bener, lebih kayak ee’ ayam jago dibandingkan ee’ merpati. Yang anehnya di sekitar situ sangat ramai orang lalu-lalang. Kok hanya saya yang kena? Akhirnya sambil ngedumel, ngutukin si merpati kebelet ee’ itu, saya kembali ke tempat wudhu sambil terpincang-pincang, agar kotorannya ga belepotan di lantai. Mana sholat dzuhur udah mulai lagi. Setelah buru-buru bersihin kaki dan kembali berwudhu, tiba-tiba perut saya rasanya melilit, ga tahan kebelet pengen boker, bukannya segera berlari kembali ke Mesjid ngejar sholat jamaah, malah lari ke toilet buat buang ee’. Kok tiba-tiba kena mencret sih? Sambil meratapi nasib kena mencret di dalam toilet, saya akhirnya menyelesaikan hajat hingga tetes terakhir, dan ketika melangkah keluar pintu toilet, terdengar salam. Sholat dzuhur berjamaah telah selesai. Gara-gara awalnya buru-buru, sampai lupa sekejap kalau saya berada di wilayah Haram.

Itu hanya beberapa contoh ‘ringan’, mungkin anda atau kenalan anda yang pernah ke Makkah juga mempunyai cerita-cerita menarik dan unik. Mungkin kita berpikir ini semua hanya kebetulan, tapi setiap kebetulan tersebut punya sebab yang jelas. Hingga secara sadar kita paham, kenapa kita mengalami kebetulan-kebetulan tersebut. Di dalam wilayah Haram, keburukan akan dibalas dengan keburukan yang setimpal dengan tunai, walau sebesar zarrah*



Wallahu alam,
Takbir

*Zarrah: orang Arab menggunakan kata ini untuk menjelaskan sesuatu yang sangat-sangat kecil atau bisa dibilang sesuatu yang paling kecil ukurannya.

Thursday, January 27, 2011

Agama Terakhir


Perjalanan ke Iran ini, secara langsung saya jadi lebih mengenal dan tertarik mencari tahu tentang agama bangsa Persia sebelum Islam, yaitu Zoroaster. Dan secara tidak langsung membandingkannya dengan agama yang saya anut, Islam.


Pendeta Zoroaster disebut Magi sehingga kadang pengikut Zoroaster disebut juga Magism. Dijamannya Nabi Muhammad SAW, orang Arab menyebutnya Majusi. Seperti yang disebutkan juga dalam Al Qur’an. Ajaran Zoroaster tergambar dalam symbol agama mereka yang disebut Fravahar. Bentangan sayap yang terdiri dari 3 baris, bermakna bahwa seseorang harus terbang ke arah yang lebih tinggi dengan berlandaskan pada: perkataan yang baik, pikiran/niat yang baik, dan perbuatan yang baik. Ajaran Zoroaster berprinsip dualisme, yang jahat dan yang baik. Pikiran yang bersih melawan pikiran yang kotor. Ucapan dan perbuatan yang baik melawan ucapan dan perbuatan yang buruk. Dalam beribadah mereka harus berorientasi pada cahaya. Dan pada jaman dahulu satu-satunya sumber cahaya yang bisa mereka jaga secara terus menerus adalah Api. Para Zoroastrian beribadah dengan berkumpul disekitar api sambil membaca kitab suci mereka yang disebut Avesta. Trus bagaimana dengan para penganut Zoroaster masa kini jika ingin beribadah di rumah? Mereka akan menyalakan lilin atau bohlam, yang penting tetap berorientasi pada sumber cahaya. Teringat kisah Nabi Ibrahim as mencari Tuhan yang diceritakan dalam Al Qur’an. Ketika dia melihat Matahari dengan cahayanya yang sangat terang, Ibrahim as mengatakan bahwa inilah Tuhanku. Tetapi ketika matahari terbenam, dia kemudian mengatakan bahwa Tuhan tidak mungkin menghilang. Kemudian dia melihat bulan dengan cahayanya yang menerangi malam, ini dia Tuhanku, pikir Ibrahim as. Tetapi bulan juga ikut terbenam. Kemudian Ibrahim as berkesimpulan bahwa Tuhan yang dia mesti sembah adalah Tuhan yang menciptakan keduanya, matahari dan bulan, yang menciptakan dunia dan segala isinya, sumber dari segala sumber cahaya.

Sebelum Tuhan memutuskan untuk menurunkan agama yang terakhir (Islam), saya berpikir bahwa Dia juga memberi kesempatan sebelumnya kepada seluruh umat manusia untuk mencoba mencari sendiri siapa Tuhan mereka, bagaimana cara mereka menyembah, mengatur ajaran moral dan tata kehidupan mereka, berdasarkan pada akal pikiran dan hati nurani yang telah dianugrahkan oleh Tuhan kepada manusia. Karena pada dasarnya, tanpa ajaran agama juga, manusia sudah memiliki modal dasar sifat baik dan kasih sayang antar sesama yang pada saat bersamaan juga terdapat sifat tamak, rakus, dan sifat buruk lainnya. Agama-agama yang lahir lebih awal, seperti Zoroaster, Hindu, dan Budha, melandaskan ajaran mereka dan bersumber pada sifat-sifat yang baik yang sudah ada pada diri manusia. Mengajarkan kebijaksanaan dalam bertingkah laku terhadap sesama dan lingkungan alam sekitar. Tetapi akal pikiran manusia itu ada batasnya, ketika ajaran ini terbentur dengan pertanyaan bagaimana cara menyembah Tuhan, bagaimana wujud Tuhan, dan yang lebih penting lagi apa yang akan terjadi pada diri kita setelah mati, maka semua agama tersebut akan memberikan interpretasi yang berbeda-beda sesuai dengan ajaran dan interpretasi (kemampuan akal) pemimpin agama mereka. Di Al Qur’an sering disebutkan, bahwa mereka menyembah sesuai dengan prasangka-prasangka mereka belaka tanpa melalui sebuah keterangan yang nyata.
"Gar nahan guiy ayan an gah bavad, gar ayan guiy nahan an gah bavad
Gar beham juiy chu bichun ast uw, an gah az har dou birun ast uw"

"Kalau engkau mengatakan bahwa Dia itu tersembunyi, maka Dia sesungguhnya mahanyata
Kalau engkau katakan bahwa Dia itu nyata, sesungguhnya Dia mahagaib
Tapi bila engkau cari Dia diantara keduanya, Diapun tiada dalam keduanya, karena tiada yang menyerupai-Nya" 
Syair Atthar, (dicatut dari buku Pelangi di Persia, karya Dina S. Soleiman, hal. 57)


Para penganut Zoroaster ketika meninggal, mayat mereka tidak dikuburkan, karena mereka menganggap mayat yang membusuk akan mengotori tanah. Tidak ditenggelamkan karena akan mengotori air. Tidak pula dibakar karena akan mengotori kesucian api. Jadi mereka akan membawa mayat yang meninggal ke atas bukit. Dan mendirikan menara untuk meletakkan mayat-mayat tersebut untuk disantap oleh burung pemakan bangkai. Para pemeluk agama budha tibet malah dengan sengaja mencincang mayat untuk diserahkan dan disantap oleh burung pemakan bangkai. Menara tersebut biasanya ada dua, menara untuk meletakkan jenazah laki-laki dewasa dipisahkan dengan jenazah wanita dan anak-anak. Menara tersebut di kenal sebagai Menara Kesunyian, Tower of Silence. Orang Iran menyebutnya Dakhmeh. Di puncak menara digali sebuah lubang yang cukup dalam untuk meletakkan mayat. Ketika si penjaga menara meletakkan jenazah di dalam lubang di atas menara, dia kemudian mengamati burung-burung pemakan bangkai menyantap mayat tersebut. Jika yang disantap oleh si burung adalah bola mata kanan si jenazah, maka arwah jenazah tersebut dikatakan masuk surga, tetapi jika yang disantap duluan adalah bola mata kirinya, maka si penjaga menara akan memberitahukan kepada keluarga yang ditinggalkan agar menyediakan makanan bagi para orang miskin dan minta didoakan supaya si arwah bisa dihindarkan dari siksa neraka. Kini praktik tersebut sudah dilarang oleh Departemen Kesehatan Iran, karena sisa-sisa mayat bisa menyebarkan wabah penyakit. Jenazah penganut Zoroaster yang meninggal, agar tetap tidak mengotori tanah, sesuai ajaran Zoroaster, kemudian dihancurkan dengan cairan asam. Pemakaman zoroaster mirip dengan pemakaman biasa, hanya saja di dalamnya tidak ada jenazah, cuma tumpukan batu dan ditandai dengan nisan. Lain lagi dengan penganut Budha yang mempercayai bahwa setelah mati kita akan ber-reinkarnasi sesuai dengan perbuatan kita semasa di kehidupan yang sekarang. Jika, kita banyak berbuat baik, maka dikehidupan berikutnya kita akan hidup dengan kondisi yang lebih baik dari kehidupan sekarang. Misalnya dikehidupan sekarang kita adalah seorang miskin, maka dikehidupan selanjutnya kita bisa saja menjadi seorang raja. Sebaliknya jika kita banyak berbuat buruk maka dikehidupan selanjutnya kita bisa menjadi binatang. Proses reinkarnasi tersebut terus berulang, dan akan berakhir hingga kita mencapai tingkat kebaikan tertinggi sesuai ajaran Budha.



Beberapa kesamaan atau tepatnya kemiripan ajaran Zoroaster dengan Yahudi, Kristen dan juga Islam antara lain, adanya doktrin tentang kehidupan setelah mati, adanya hari pembalasan, adanya pahala dan penghukuman berdasarkan keadilan, adanya surga, neraka, dan daerah abu-abu tanpa kesenangan dan kesedihan tempat buat orang yang amal timbangannya seimbang buat pencucian jiwa sebelum ditentukan masuk ke surga atau neraka, adanya sosok setan sebagai simbol kejahatan yang berlawanan dengan Tuhan, adanya keyakinan mengenai hari kiamat, dan yang paling menarik bahwa akan datangnya juru selamat. Mengenai kedatangan juru selamat ini, diramalkan oleh para pendeta Magi, waktunya akan tiba ketika seberkas cahaya terang dilangit yang dapat dilihat jelas dengan mata telanjang, terjadi ketika susunan planet-planet berada dalam garis lurus. Oleh karena itu, para pendeta Magi juga sebagai ahli astronomi yang andal di masa itu. Mereka terus menerus mengamati susunan planet dan bintang disebuah kuil khusus, menunggu ramalan itu tiba. Dan dalam kepercayaan umat kristen, berkas cahaya itu terjadi ketika Yesus (nabi Isa as menurut umat Islam) dilahirkan. Berkas cahaya itu terlihat dilangit selama 70 hari. Ketika para pendeta Magi melihat cahaya itu dari arah barat, sesuai dengan tanda-tanda ramalan mereka, kemudian segera mengirim 3 orang pendeta Magi, untuk mengikuti arah cahaya itu. Mereka melakukan perjalanan selama berminggu-minggu ke arah barat yang kemudian menuntun mereka ke arah Jerusalem dan mendapati cahaya itu tepat berada di atas sebuah kandang domba, di mana mereka menemukan Bunda Maria (Siti Maryam) baru saja melahirkan Yesus (Isa as). Cahaya yang kemudian lebih dikenal sebagai Star of Betlehem.


Mundur beberapa abad sebelum kelahiran Yesus kristus. Ketika kerajaan Yahudi di Jerussalem ditaklukkan oleh kerajaan Babilonia dan semua rakyatnya dipaksa pindah ke daerah Mesopotamia, pusat kekuasaan Babilonia dan dijadikan budak. Dan menurut sejarah di masa itu pulalah kitab Taurat umat Yahudi mulai dituliskan dan disusun dalam sebuah kitab. Masa dimana mereka hidup terkungkung, terbelenggu oleh penguasa yang tidak menyukai dan memperbudak mereka. Hingga akhirnya Babilonia ditaklukkan oleh raja Persia yang pertama dan pendiri dinasti Achaemanid, Cyrus the great. Cyrus yang sangat menghargai kebebasan memeluk agama, di anggap sebagai pembebas umat Yahudi. Cyrus bahkan membolehkan umat Yahudi kembali ke Jerusalem dan membangun kembali kuil Sulaeman yang dihancurkan dan dijarah oleh bangsa Babilonia yang berkuasa sebelumnya. Tidak heran jika, di dalam kitab taurat atau perjanjian lama, Cyrus disebutkan juga sebagai messiah atau penyelamat yang dikirim Tuhan buat umat Yahudi yang tertindas di Babilonia. Sang Raja Persia adalah bukti nyata penyelamatan Tuhan yang maha pengasih, yang akhirnya memaafkan hambanya, mengakhiri penderitaan mereka dalam pengasingan, dan membebaskan mereka dari sungai Babilonia untuk melakukan perjalanan panjang kembali ke Zion. Tapi, bukan itu saja. Cyrus yang menurut umat Yahudi sang pelayan Yahweh, telah dikirim untuk “menegakkan keadilan bagi bangsa mereka … Dia tidak akan gagal … sebelum dia berhasil menegakkan keadilan dimuka bumi”. Ada juga warga Iran, yang saat ini adalah mayoritas muslim, berpendapat bahwa Cyrus adalah tokoh yang sama yang digambarkan dalam Al Qur’an sebagai Nabi Zulkarnaen yang memerangi Ya’juj dan Ma’juj. Dari sini bisa kita lihat bahwa sebenarnya Yahudi dan Persia punya ikatan sejarah yang sangat dekat. Tapi ironisnya sekarang ini, Israel, negara Yahudi modern, dan Iran sebagai keturunan bangsa Persia, adalah dua musuh bebuyutan yang paling panas saat ini, saling memusuhi dan berseteru, saling mengarahkan persenjataan mereka ke arah satu sama lain.


Agama Islam diturunkan ketika tingkat kemampuan berpikir manusia, oleh Tuhan yang maha mengetahui diputuskan sudah cukup matang, mampu menangkap pesan-pesan dan ajaran yang diturunkan melalui rasulnya yang terakhir, Muhammad saw. Melalui rasul-Nya, Allah mengajarkan apa-apa yang tidak diketahui manusia dan yang tidak mampu dijangkau oleh nalar manusia, terutama tentang apa yang terjadi setelah kita mati, hingga akhir jaman sekalipun. Itulah sebabnya, mukjizat dari rasul yang terakhir adalah ‘cuma’ Kitab suci saja. Dalam kitab suci ini Tuhan menjelaskan semua apa yang tidak diketahui. Turunnya agama ini kadang dikatakan sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang baik tetapi tidak tahu akan ditempatkan dimana sesudah mati, dan dikatakan sebagai peringatan bagi orang-orang yang suka berbuat buruk, karena ancaman atas perbuatan buruknya kelak adalah neraka. Islam dengan gamblang menjelaskan kehidupan setelah mati. Sesuatu yang sebelumnya manusia tidak mengetahuinya. Karena tidak ada manusia yang hidup lagi setelah mati, sehingga pengetahuan manusia tidak sampai ke sana. Dalam Islam, Tuhan tidak pernah menyebutkan atau menjelaskan wujud-Nya bagaimana, karena sudah tahu akal pikiran yang Dia berikan kepada manusia tidak mampu menangkap wujud-Nya Dia seperti apa. Dia cuma menyebutkan sifat-sifatNya agar kita, manusia, bisa tahu, bagaimana cara Dia menetapkan dan memutuskan sesuatu. Mengajarkan kita, bahwa fisik bukan hal yang paling penting, tetapi karakter dan sifat yang perlu kita perbaiki terus menerus. Dikatakan bahwa Tuhan telah lebih dulu menciptakan surga dan neraka, menetapkan aturan siapa-siapa saja yang akan menghuni kedua tempat tersebut, sebelum menciptakan manusia. Manusia diberi modal akal pikiran dan hati nurani serta kesempatan hingga batas waktu yang ditentukan, untuk berbuat terserah apa saja yang dia mau, dengan konsekuensi yang mesti mereka terima, sesuai amal perbuatan selama hidup di dunia, setelah mati nanti. Seandainya semua manusia dibumi beriman dan bertaqwa kepada-Nya, maka tidak ada yang berubah terhadap status-Nya. Dia tetaplah Tuhan penguasa semesta alam. Kemuliaan-Nya, Kebesaran-Nya tidak bertambah, karena Dia memang sudah Mahamulia, Mahabesar. Sebaliknya, seandainya semua manusia dan makhluk yang ada di dunia durhaka kepada-Nya, maka hal itupun tidak mengurangi kemuliaan-Nya, karena Dia tidak butuh apa-apa dari makhluk yang diciptakan-Nya. Apalagi sampai turun ke bumi untuk menebus dosa-dosa manusia. Sungguh ide yang sangat merendahkan posisi-Nya sebagai Tuhan yang maha Agung. Dia yang Maha Kuasa, cukup membinasakan umat yang sudah keterlaluan berbuat dosa dan kemudian Dia ganti dengan umat yang mau beriman kepada-Nya, seperti yang telah Dia contohkan pada umat-umat sebelumnya yang diceritakan dalam kitab suci. Dia yang maha Pengasih sangat menghargai setiap perbuatan baik yang dilakukan manusia, sesuai dengan tuntunan yang diajarkan melalui nabi-Nya, yang semata-mata ditujukan untuk mencari keridhaan-Nya. Dia yang maha Penyayang selalu bersedia menghapus segala dosa dan menerima tobat setiap makhluk-Nya. Surga-Nya sangat luas, mampu menampung seluruh manusia dari awal hingga akhir jaman.
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" (2:256).

[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.


Wassalam,

Takbir

Thursday, January 15, 2009

Kenapa Saya Orang Indonesia ?

Tiap orang pasti sudah mahfum kalau kita lahir ke dunia, tidak dengan hak untuk memilih apakah kita ras kulit putih, hitam, atau berwarna lainnya. Apakah kita pria atau wanita. Apakah cantik, ganteng, atau biasa-biasa saja. Apakah kita lahir dari keluarga kaya, berkedudukan, terhormat, ataukah dari keluarga miskin yang buat memikirkan makan sehari-hari saja serasa mahasiswa tingkat akhir dikejar tenggat skripsi. Di manakah kita akan dilahirkan, apakah sebagai warga USA, Arab Saudi, UK, Eropa, Afrika, Gurun Sahara, Siberia, ataukah di sebuah lokasi yang tak terdeteksi di peta dalam wilayah Indonesia? Apa agama kita, defaultnya sih, ya sesuai agama orang tua kita. Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai keberadaan kita di dunia ini. Tapi, Tuhan menciptakan beberapa hal yang sama pada setiap Insan, yaitu kecenderungan untuk mencintai kebenaran, keadilan, dan kedamaian baik dengan hati atau perasaan ataupun pikiran. Tuhan berjanji bahwa kelak Dia akan menilai dan memberi ‘rewards’ kepada setiap manusia berdasarkan apa yang manusia itu telah lakukan selama kesempatannya hidup di dunia bukan berdasarkan rasnya, sukunya, kekayaannya, atau pangkat dan kedudukannya. Kalau tidak seperti itu, berarti Dia tidak pantas menyebut diri-Nya Maha Adil, Maha Bijaksana, dsb. Dalam konsep Islam, manusia dinilai oleh Allah SWT berdasarkan ketakwaannya kepada-Nya, dan sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain.

Tidak semua orang mungkin pernah bertanya mengapa saya diciptakan dengan keadaan seperti sekarang ini? Dan, saya mungkin salah seorang dari sekian banyak orang yang sering memikirkan hal ini. Tapi dalam tulisan ini saya membatasinya dengan pertanyaan kenapa saya orang Indonesia. Sebelum memikirkan dan akhirnya menyimpulkan jawabannya (yang tentu saja tiap orang punya pemahaman yang berbeda-beda), saya menggunakan metode ilmu Tawakkal. Tawakkal ada 3 tingkatannya: tidak protes dengan ketetapan-Nya, untuk kemudian ridho dengan ketetapan-Nya, dan akhirnya senang dengan ketetapan-Nya.

Pertama, kenapa saya orang Indonesia? Ini titik awal di mana saya tidak boleh protes, kalau Anda protes berarti Anda tidak bisa ke tingkat selanjutnya. Pertanyaan inipun sebenarnya sudah sangat kompleks karena di Indonesia sendiri terdiri dari begitu banyak suku bangsa. Dan saya terlahir dari ayah yang Bugis dan ibu yang Makassar. Tapi saya sendiri merasa lebih Makassar karena besar dalam lingkungan tersebut. Kalau mau bahas detail gak akan selesai-selesai tulisan ini, bisa-bisa nyaingin jumlah jilid Harry potter (dengan penjualan yang berbanding terbalik tentunya). Kenapa saya bukan orang Amerika Serikat, selalu menjadi warga kelas satu di manapun saya berada, yang kalau sedikit diperlakukan tidak layak di Negara lain, maka satu tim khusus akan segera diturunkan untuk menyelamatkan saya, dan presiden Negara tersebut akan kena ‘tegur’ dari presiden saya. Atau kenapa bukan di Kuwait, dari lahir hingga berumur 18 Tahun hidup saya di jamin oleh Negara, kalau nikah akan diberi pinjaman tanpa bunga untuk beli rumah, tanpa limit waktu jatuh tempo, dan bahkan tidak perlu memikirkan untuk mencari kerja, malah mikir nyari pekerja. Sekarang kenapa di Indonesia? Untuk dilahirkan saja perlu memperlihatkan kartu miskin, kalo gak punya harap maaf aja, petugas kami sibuk melayani yang lain. Untuk memikirkan hidup setelah lahir akan sama saja, sama payahnya. Jadi ingat bibi saya yang seorang bidan desa, ayah sang bayi tidak mampu membayar biaya persalinan karena beliau cuma petani buruh, sang ayah berinisiatif membayarnya dengan tiap hari datang ke rumah bibi saya untuk membersihkan halaman dan merawat kebun kecil yang ada di belakang rumahnya. Terenyuh bukan? Dan saya yakin kejadian seperti itu sangat banyak di seantero negeri tapi off record. Banyak orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat yang lebih tinggi bahkan ada juga yang tidak mampu menyekolahkannya sama sekali. Boro-boro biaya sekolah, untuk makan saja sulit, begitu mungkin protes mereka. Kemiskinan terasa begitu familiar bagi bangsa kita. Tapi Alhamdulillah, banyak yang mengeluh tapi masih lebih banyak lagi yang menyikapinya dengan sekedar tersenyum jika ditanya mengenai kehidupannya.

Di belahan dunia yang lain masih ada yang jauh lebih menderita dari bangsa kita sekarang ini. Banyak negara-negara yang masih jauh lebih miskin dari negara kita, misalnya saja Afghanistan, Somalia, dan Palestina. Untuk menjalankan pemerintahannya saja bisa di bilang 100 % adalah bantuan dana dari negara yang mau ‘berbaik hati’ menyalurkannya kepada mereka. Seorang kawan expat yang pernah kerja di Afghanistan, menyatakan kalo Afghanistan is extremely poor. Jadi di titik ini, kita sudah seharusnya ridho dengan ketetapan-Nya karena setidaknya bangsa kita masih ‘lebih baik’ dari beberapa negara yang ada.

Kalau di bandingkan dengan warga Kuwait tadi yang tidak perlu susah-susah cari kerja, kita warga negara Indonesia, begitu susah payah melamar ke sana kemari, yang itupun belum tentu surat lamaran kita kebaca. Saking banyaknya pelamar pekerjaan yang mungkin cuma menyediakan satu atau dua posisi lowong. Bagi yang berpendidikan lebih tinggi mungkin tidak akan sesulit itu, tapi bagaimana dengan yang cuma lulusan SMU? Atau yang paling kasian yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Saya yang (Alhamdulillah) sarjana aja pusing cari kerja apalagi sebagian besar saudara-saudara kita yang tidak berpendidikan sampai ke situ. Begitu banyak usaha yang kita upayakan dan keringat yang kita keluarkan untuk sekedar mendapatkan kehidupan yang layak. Begitu berhasil mendapatkan hasil -yang mungkin bagi warga Kuwait atau AS tidak ada artinya– kita merasakan senang luar biasa, setidaknya sudah merasa lebih beruntung dari saudara sebangsa yang lain. Dengan hasil itulah kita kemudian belajar bersyukur. Rasa syukur yang mungkin tidak atau belum tentu dimiliki oleh warga negara-negara kaya yang kehidupannya serba berkecukupan. Rasa syukur yang akan menambah kedekatan kita kepada yang Maha Pencipta. Dia akan senang jika pemberian-Nya ditanggapi dengan rasa syukur. Jadi belum tentu, negara yang kaya berarti Sang Pencipta lebih sayang kepada mereka. Tidak, selama mereka tidak bersyukur. Jadi, kondisi mana yang Anda pilih? Tentu saja, kaya dan bersyukur... hehehe..

Di tengah-tengah masyarakat dunia, suara Indonesia sepertinya tidak kedengaran. Buat apa didengerin, wong 1 rupiah itu sepersekian kali dari mata uang kita, itu mungkin pikir mereka. Ketika nonton berita di televisi, yang ada tentang demonstrasi anti Israel dan bencana gempa bumi di Manokwari, Papua. Itupun ditampilin gak sampai 30 detik saya kira. Yang sedikit menggembirakan ketika ada acara televisi tentang travelling, di situ ditampilkan keindahan Pulau Bali -lagi-lagi Bali, bukan berarti gak seneng Bali ya, cuma jadi percaya aja kalo orang luar itu lebih kenal Bali bukan Indonesia - dan acara itu lumayan lama, sekitar 15 menit, setidaknya melepas kerinduan dengan melihat wajah-wajah khas Indonesia. Bandingkan dengan berita mengenai pergantian presiden USA yang baru saja lewat. Hampir tiap hari saya lihat wajah Obama mejeng di TV. Acara Bush senior dan junior di atas kapal Perang AS sampai diliput hampir 10 menit. Menghadapi Indonesia, mungkin tidak ada satupun Negara yang merasakan gentar. Secara ukuran fisik kita kalah, kekuatan persenjataan apalagi, kemampuan diplomasi pejabat kita belum bisa diharapkan. Berita mengenai TKW yang dianiaya di negara-negara Arab, Hongkong, Taiwan, atau bahkan di tetangga sebelah Malaysia, Pemerintah kita kayaknya sudah lebih siap mengantarkan jenazah mereka pulang jika sudah mati daripada memperjuangkan apa yang menjadi hak mereka di sana. Sungguh tragis benar. Tapi di balik itu, apakah pernah kita mendengar bangsa kita memperlakukan bangsa lain dengan tidak semena-mena? Adakah bangsa atau negara yang tersinggung dengan perlakuan kita terhadap warga mereka? Saya kira tidak ada. Ngeliat bule berkunjung ke negara kita aja, kita seneng bukan main. Belum lagi kalo mereka menyapa dengan “Apa Kabar?”, “Terima Kasih...” cukup dua kata untuk menyenangkan hati orang Indonesia.

Sekarang pilihannya, menjadi negara kaya dan adidaya tapi dibenci banyak negara lainnya atau menjadi negara yang seperti Indonesia sekarang ini, tidak berdaya tapi tidak punya musuh. Kalau saya pribadi, lebih baik hidup sederhana tapi banyak kawan, daripada kaya raya tapi teman yang disekitar kita cuma dekat karena kekayaan kita saja. Yah, paling orang Indonesia benci dengan Negara USA (bukan benci secara orang per orang) karena sikap arogansinya. Dan saya rasa warga Amerika juga sudah mahfum dengan sikap warga kita terhadap pemerintah mereka, karena banyak di antara mereka sendiri yang tidak suka dengan gaya Cowboy pemerintahannya. Kira-kira di mana posisi G.W. Bush di akhirat nanti? Satu orang saja yang merasa teraniaya oleh saya dan mendoakan saya masuk neraka saya sudah takut dan mungkin sampai cium kaki orang itu minta maaf, apalagi kalau berjuta-juta orang yang mendoakan masuk neraka ya? Tapi lihatlah Bush, semakin dia dihujat semakin mantap niatnya dan gagah gayanya menginstruksikan untuk mengirimkan pasukannya ke Irak dan Afghanistan. Dan juga mungkin Israel menjadi negara yang paling tidak disukai oleh warga Indonesia. Untunglah, dalam kitab suci mereka bukan Tanah Jawa, Tanah Kalimantan, atau bagian Indonesia lainnya sebagai Tanah Perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Kalau iya, ngungsi ke mana kita?

Indonesia adalah bangsa yang mungkin paling lama dijajah oleh bangsa lain. Bangsa Belanda menguasai dan mengeksploitasi segala sumber daya yang dimiliki oleh negeri yang elok ini. Sekitar 350 tahun mereka menjajah kita yang dulunya bukanlah Indonesia, tapi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Maluku, Lombok dan Papua. Di semua pulau utama tersebut sebelum Belanda datang, di kuasai oleh raja-raja lokal dengan adat dan tata cara pemerintahannya sendiri. Ketika Belanda datang dan merampas kekuasaan mereka, disitulah mulai tumbuh satu rasa yang sama di antara para pemimpin lokal dan rakyat di seantero nusantara, merasa senasib sebagai bangsa terjajah. Dari situ pula lah terjalin tali silaturahmi yang mengikat anak-anak negeri kepulauan ini untuk bersama-sama mengadakan usaha-usaha memerdekakan bangsa ini dari penjajahan. Jadi, sekiranya Belanda tidak datang dan menjajah Nusantara, apakah akan ada negara yang bernama Indonesia? Saya kira kecil kemungkinannya. Praja STPDN aja sering berantem antar delegasi dari provinsi yang berbeda. Yang ada mungkin negara Jawa, Sunda, Batak, Aceh, Bali, Makassar, Dayak, Papua, dll. Kalau sampai begitu, jika berkunjung ke luar pulau kita mesti mengurus VISA dan segala ijin-ijin lainnya. Belum lagi bahasa yang berbeda-beda. Sekarang, apakah Anda senang dengan keberadaan Negara Indonesia dari ujung Aceh hingga Merauke? Tentu saja senang, punya negara kepulauan yang luas dengan berbagai keragamannya. Tapi bukan berarti kita senang pula sudah dijajah Belanda sekian lama. Kita cuma mengambil hikmah di balik sejarah tersebut.

Sekarang sebagai bangsa Indonesia kita punya banyak hal yang membuat kita merasa senang, diantaranya punya negara yang luas (walaupun sempat terjajah 350 tahun lebih), punya masyarakat yang sikapnya ramah-ramah, tidak ada negara yang memusuhi negara kita, dianugerahi kemerdekaan (walaupun secara ekonomi masih dijajah kayaknya). Saya bandingin dengan Russia, tempat saya mengadu peruntungan sekarang ini, cuaca pada musim dingin sangat dingin dan pada musim panas bisa sangat panas. Indonesia, sepanjang tahun seluruh tanahnya diterangi dan dihangatkan oleh cahaya matahari. Kayu dan batu pun jadi tanaman. Sampai di sini kayaknya kita cukup senang dengan ketetapan-Nya menjadikan kita di dunia sebagai orang Indonesia. Tinggal bagaimana kita mensyukuri semuanya dengan bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?



Wassalam

Takbir

Friday, January 2, 2009

Minggu Malam 28 Desember 08

Minggu tengah malam, 28 Desember 2008, saya menerima sms dari teman kuliah dulu di STT Telkom Bandung. Tumben saya di sms nih, saya bilang. Setelah saya baca, tiba-tiba dada saya rasanya sesak. Sms itu memberitahukan bahwa seorang teman kuliah, tepatnya senior kami yang juga teman satu tim asisten praktikum dalam Laboratorium yang sama, telah meninggal dunia beberapa saat setelah melahirkan anaknya yang pertama. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Putrinya sendiri lahir dengan selamat. Info dari teman juga, persalinannya sendiri dilakukan dengan operasi caesar dan berlangsung lancar-lancar saja. Bahkan beliau masih sempat menyusui anaknya. Namun entah kenapa (saya juga belum jelas), Dokter tiba-tiba menyatakan kondisi sang ibu dalam keadaan kritis, hingga akhirnya nyawanya tidak dapat tertolong lagi. Minggu 28 desember 2008, sekitar pukul 21.00 WIB, sahabat kami Lidya Indriyani telah berpulang ke Rahmatullah, dipanggil lebih dulu oleh sang Maha Pencipta. Berkurang lagi satu orang baik di dunia ini.

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; Maka apabila Telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
(Al A’raaf : 34)

Padahal baru saja dalam bulan Desember 2008 ini juga di milis Laboratorium, rame-rame bahas tentang asisten jadul, sambil ejek-ejekan penampilan waktu kuliah dulu.

Teringat kembali memori tentang beliau. Kenal pertama kali waktu saya bergabung di Lab. Elka dan RL di STT Telkom Bandung. Beliau sendiri sudah saya tahu sebelumnya, salah satu mahasiswi (asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat) yang mempunyai nilai IPK terbaik untuk jurusan Teknik Elektro angkatan 2000. Menyelesaikan S1 dengan gelar cum laude dan juga S2 dengan gelar yang sama. Penilaian saya pribadi, beliau itu seorang muslimah yang taat dan rajin beribadah dan seorang pelajar yang tekun dan serius dalam mencari ilmu. Saya sempat ambil mata kuliah atas dan sekelas ama beliau, waktu itu ditegur sambil bercanda, “ kamu ngapain sih, ikut-ikutan ambil mata kuliah atas, gak hormat ama senior-seniormu? Huh.. junior yang gak sopan...” Hehehe saya cuma cengengesan aja waktu itu. Dan akhirnya kami mendapat nilai yang sama, A tentunya, hehehe... tambah cengengesan lagi. Dan yang paling berkesan adalah ketika kami bersama teman asisten praktikum yang lain, iseng-iseng baca feedback dari praktikan setelah praktikum dalam satu semester berakhir. Di feedback itu berisi tentang berbagai kriteria asisten “Ter-“ yang bebas dituliskan oleh para praktikan sesuai penilaian mereka terhadap kinerja atau bahkan penampilan asistennya. Dan kami mendapatkan ada satu praktikan yang menuliskan asisten tergendut itu adalah mbak Lidya... Hahaha... kami semuapun terbahak-bahak (menyetujui). Maklumlah rata-rata asisten Elka memang kurus kering, kurang gizi, dan penampilannya nampak tidak menarik sama sekali (hehe ngejek diri sendiri nih ceritanya). Waktu itu beliau cuma mesem-mesem aja, mau tidak mau menerima godaan dari teman-teman dan termasuk saya yang paling gencar ngejeknya...

Kadang saya bertanya, kenapa orang baik dan menurut saya (dan mungkin juga menurut orang lain) pantas mendapat umur yang panjang malah selalu lebih cepat meninggalnya? Mungkin karena Allah lebih sayang ama mereka, makanya Allah panggil mereka lebih cepat. Ketika sang kekasih hati memanggil tentulah kita tidak akan menolaknya.

Dengan tulus saya doakan semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan dan mengampuni segala kekhilafan Almarhumah serta menempatkannya ditempat yang lebih baik di sisi-Nya. Dan untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah SWT juga memberikan ketabahan, kesabaran, dan keridhaan dalam menerima putusan-Nya. Amin.

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.
(Al Fajr : 27-30)



Wallahualam Bissawab.

Takbir

Wednesday, June 25, 2008

5 Waktu

Setiap orang punya waktu yang sama yang harus dimanfaatkan. 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan 12 bulan dalam setahun. Waktu tersebut dimanfaatkan berbeda-beda oleh setiap orang, yang pemanfaatannya terutama ditentukan oleh profesi atau pekerjaan orang tersebut dalam mencari nafkah. Petani banyak menghabiskan waktu bekerja di ladang, pedagang banyak menghabiskan waktu di pasar, pegawai banyak menghabiskan waktu di kantor, pelajar banyak menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu, pengangguran banyak menghabiskan waktu mencari lowongan, mengirim lamaran, menunggu panggilan, dan akan lebih parah jika meratapi diri karena wawancara kerja gagal terus. Tapi yang paling parah lagi narapidana, menghabiskan semua waktunya di dalam penjara sambil meratapi kekeliruannya.

Di sepanjang waktu yang digunakan tersebut, setiap orang pasti pernah mengalami suatu waktu di mana dia berada di titik terendah. Titik terendah di mana kita merasa tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa, tidak ada apa-apanya, atau yang paling gawat merasa tidak berguna sama sekali. Nah, pada titik inilah setiap orang kemudian akan menyisihkan waktunya untuk bertanya pada dirinya sendiri, bertanya atau curhat kepada orang lain, atau bahkan kepada “sesuatu yang lain” yang dia anggap bisa menghilangkan kegundahannya. Untuk hal-hal yang bersifat keduniaan mungkin kita bisa menanyakannya kepada orang lain. Tapi untuk hal-hal yang sifatnya ghaib? mungkin kita mesti nanya kepada “sesuatu yang lain” tersebut. Untuk yang terakhir ini, dari zaman dulu, setiap orang atau setiap kaum, punya cara tersendiri untuk bertanya atau berkomunikasi dengan “sesuatu yang lain” tersebut. Dari cara yang paling purba dengan menyendiri di gua-gua berharap dapat wangsit atau dengan cara yang paling canggih sekarang dengan cukup mengirimkan SMS yang akan dibalas oleh orang-orang tertentu yang merasa banyak tahu tentang hal-hal ghaib.

Supaya bisa lebih dekat berkomunikasi atau mungkin ingin lebih disenangi oleh sesuatu yang lain tersebut, setiap kaum juga punya cara dan kebiasaan yang berbeda-beda. Ada kaum yang mencoba berkomunikasi dengan sesuatu yang lain tersebut dengan membawa sesembahan sambil berharap “sesuatu yang lain” tersebut mau menjawab dan memberi apa yang mereka harapkan. Ada juga kaum yang mengorbankan dan mengharamkan hal-hal yang sebenarnya dia butuhkan dan inginkan untuk menarik perhatian “sesuatu yang lain” tersebut. Misalnya tidak mau makan daging atau tidak mau menikah padahal keduanya sangat dia butuhkan dan sangat enak tentunya. Ada juga yang tidak mau memotong bulu-bulu yang tumbuh ditubuhnya, mulai dari rambut, kumis, janggut, bulu hidung, ampe bulu ketek, yang terasa sangat tidak enak dan sangat jorok tentunya. Semuanya itu mereka lakukan setelah ‘merasa’ mendapatkan wangsit atau petunjuk dari sesuatu yang lain tersebut.

Umat muslim diajari oleh sesuatu yang lain tersebut bagaimana caranya untuk berkomunikasi dengan-Nya melalui perantaraan rangkaian para Nabi dan Rasul yang ditutup oleh Muhammad SAW. Muhammad sebelum mendapatkan wahyu dan perintah dari-Nya, juga sering berusaha untuk mencari tahu hal-hal yang meresahkan hatinya setelah melihat kelakuan dan kebiasaan kaumnya yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Beliau juga kemudian banyak menghabiskan waktunya dengan merenung di sebuah gua untuk menghilangkan kegundahannya. Yang kemudian sesuatu yang lain tersebut memilihnya untuk Dia ajarkan bagaimana caranya untuk bisa berkomunikasi dengan-Nya, untuk kemudian Dia perintahkan kepada Muhammad SAW supaya mengajarkannya kepada kaumnya dan seluruh umat manusia. Cara Muhammad SAW itulah yang kemudian diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh umat Islam sedunia. Cara berkomunikasi itu disebut sholat. Sholat yang berupa rangkaian doa dan gerakan penyembahan tersebut diwajibkan kepada setiap muslim untuk mengerjakannya minimal lima kali sehari pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Rangkaian tata cara sholat atau yang biasa disebut rukun sholat tersebut adalah sama dan seragam di bagian bumi manapun muslim berada. Orang-orang muslim harus bersyukur karena kemanapun mereka bepergian, dan bertemu dengan kaum muslim dari bangsa yang berbeda, yang menggunakan bahasa keseharian yang berbeda, akan tetap bisa melaksanakan sholat secara bersama-sama. Jika di Indonesia kita sholat menghadap ke arah barat, maka muslim yang di benua eropa atau afrika sholat menghadap ke timur atau selatan. Jika dalam waktu yang bersamaan muslim sholat semuanya akan menghadap pada satu titik yang sama, yaitu Ka’bah yang ada di dalam Masjidil Haram di Makkah. Semua itu setidaknya bisa menjadi pegangan dan fakta yang penting yang bisa menjelaskan bahwa Islam itu benar-benar ajaran buat semua manusia. Dalam Islam, sholat adalah tiangnya agama. Jika tidak mengerjakan sholat, maka segala amal kebaikan yang telah dilakukan oleh orang tersebut tidak akan dihitung diakhirat nanti. Segala amal kebaikannya cuma akan dibalas didunia saja.

Sholat wajib dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan yaitu 5 kali sehari. Melaksanakan sholat bukan cuma berarti wajib lapor kepada Allah swt tetapi juga sebagai sebuah kesempatan yang diberikan oleh-Nya untuk kita mencurahkan segala persoalan dan permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sholat juga bisa menjadi semacam pengingat buat kita untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik yang dilarang oleh Allah swt. Baru saja kita menghadap Allah, kok sudah berani untuk melanggar perintah-Nya lagi? Kalau ada orang yang seperti itu berarti dia belum mendirikan sholat tetapi baru sebatas melaksanakan saja.
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ (Al-Ankaabut : 45)

Sholat itu penyerahan diri
Sholat itu meditasi
Sholat itu refleksi
Sholat itu introspeksi
Sholat itu interaksi
Sholat itu mengungkapkan isi hati
Sholat itu pemberi motivasi
Sholat itu pembersih jasmani dan rohani
Sholat itu pembuka dan penutup hari
Sholat itu menghidupkan jiwa yang mati
Sholat itu bercengkrama dengan Ilahi

Sebuah pertanyaan enteng bagi kita, tapi lebih bermakna teguran bagi yang wajib mendirikannya.
Sudahkah Anda Sholat ?
-Wassalam-

Takbir

Di suatu subuh di Masjid Al-Anwar Buncit 8 Mampang XI Jakarta Selatan