Wednesday, January 21, 2009

Biaya Hidup di Russia (Nizhny Novgorod)


Surat Ijin yang diperlukan dan biayanya.

1. Passport yang masa berlakunya lebih lama dari ijin Visa yang diminta. Kalau belum punya, bisa diurus di kantor imigrasi terdekat. Tahun 2007 saya pake calo :) bayar sekitar 600 ribu. Kalau ngurus sendiri, paling cuma habis 200 ribu, tapi mesti ngantri dan sehari ngurus belum tentu kelar (tergantung rame tidaknya kantor imigrasi). Surat yang diperlukan, fotokopi KTP, fotokopi Kartu Keluarga, fotokopi Ijazah terakhir, dan foto berwarna 4x6 (4-8 buah). Seminggu jadi, tinggal datang ke kantor Imigrasi untuk wawancara alasan pengajuan Visa, difoto, dan diambil sidik jarinya.

2. Visa. Pengurusan visa dilakukan di kedutaan Russia yang beralamat di Kuningan Jl. H.R. Rasuna Said (depan RS. MMC) Jakarta Selatan, yang diperlukan antara lain: Passport, Letter of Invitation, dan foto berwarna 3x4 dengan background putih (4 buah). Untuk Visa 3 bulan, sediakan uang dalam pecahan USD, $75 untuk normal time (7 hari) atau $150 untuk pengurusan Visa express (2 hari).

3. Immigration Card begitu tiba di Bandara. Tidak ada biaya untuk ini.

4. Local Registration. Ini perlu dilakukan setiap kali kita berpindah tempat di Russia. Ketika tiba pertama kali dan mesti nginap di hotel misalnya, local registration akan dilakukan oleh pihak hotel. Jika sudah pindah ke apartemen atau alamat tetap lainnya, maka kita minta untuk didaftarkan oleh si pemilik apartemen. Si pemilik apartemen cukup datang ke Kantor Pos, mengisi sebuah form yang berisi data kita dan data pemilik dengan melampirkan fotokopi passport, Visa, dan immigration card. Untuk registrasi selama 3 bulan, waktu itu saya ngasih sekitar 300 ruble ke pemilik apartemen.
Total=IDR 600K + USD 150 + RUB 300 ~ IDR 2750K

Tambahan biaya nginep di hotel sekitar RUB 3500 atau IDR 1500K sehari. Persiapkan untuk 2-3 hari saja.

Semua surat-surat di atas harus di bawa kemanapun kita pergi. Kalo bisa nempel di badan hehehe…. Soalnya ada kejadian apes yang menimpa teman yang juga dari Indonesia di kota lain, yang kehilangan laptop dan passport!!! Ceritanya dia ninggalin tas dalam mobil untuk nyari mesin ATM, dan begitu dia kembali, tasnya sudah raib berikut laptop dan passport-nya. Akhirnya dia harus dipulangkan ke Indonesia.

Biaya Hidup.

1. Apartemen. Biaya sewa apartemen per bulan berbeda-beda untuk setiap kota di Russia. Yang paling mahal tentunya adalah Moscow. Harga sewa di sana yang standar berkisar 20000 – 35000 ruble, dan yang lebih mahal lagi? Banyak. Yang paling mahal kedua adalah Saints Petersburg, harga sewa berkisar 20000-25000 ruble. Untuk kota-kota yang lain bisa dapat yang lebih murah dari itu. Di kota Nizhny Novgorod, harga sewa untuk full furnished single room saya bayar 15000 ruble. Untuk pengurusan apartemen, kita mesti lewat agen (tanyakan ke orang lokal atau teman kantor) yang akan mencarikan apartemen sesuai lokasi dan spesifikasi yang kita inginkan. Untuk ini kita harus bayar one time agent fee sebesar harga sewa apartemen perbulan. Agen ini yang akan mengurus segala perijinan sewa-menyewa dengan pemilik apartemen.

2. Biaya listrik perbulan sekitar 1000 ruble. Ini untuk area Nizhny. Perbedaan tariff listrik untuk area lain saya kurang tau.

3. Ongkos taksi di sini mahal. Apalagi di kota Moscow. Kalo gak perlu dan mendesak amat ini menjadi opsi terakhir saja. Kecuali kalo uang tidak jadi masalah bagi anda. Jadi, sebaiknya tanyakan dan mulailah menghapal nomer bus yang melewati tempat tinggal dan kantor. Pertama tiba di Moscow saya mendarat di bandara Sheremetyovo dan harus transit ke Bandara Vnukovo, karena belum tau apakah ada bus transit atau tidak, terpaksa saya naik taksi. Dan untuk perjalanan kurang dari satu setengah sejam, saya di-charge 250 Euro (3,7 juta rupiah!!!). Untungnya biaya ini diganti oleh kantor. Sebagai perbandingan, saya pernah dari Balikpapan menuju Samarinda, nyewa Kijang Innova dan Cuma bayar 250 ribu rupiah untuk perjalanan selama 2 setengah jam. Harga bensin di Russia sekitar 25 ruble per liter.

4. Ongkos bus 11 ruble. Bagi yang tinggal di Moscow ada pilihan transportasi lain yaitu Metro atau subway-nya kota Moscow. Saya kira biaya transport massal ini bisa diabaikan, asal jangan lupa bayar aja hehehe…

5. Persiapan bekal makanan yang perlu di bawa dari tanah air saya kira ga perlu banyak-banyak amat, karena hampir semuanya sudah ada di supermarket di sini. Jadi gak perlu bawa Indomie satu kardus, duuuhh ya ampuuunn… Yang perlu di bawa ya kira2 buat bekal 1-2 minggu pertama aja. Beras ada, sebungkus (1 kilo) harganya sekitar 50 ruble. Sayuran juga banyak. Beli aja yang sudah dalam kemasan dan isinya campur-campur. Sampai bumbu dapurpun sudah lengkap, kalo saya selama di sini make yang mereknya Vegeta. Rasanya udah kayak bumbu royco deh pokoknya. Sebaiknya sih belajar kata Russia untuk barang-barang tersebut. Mie Instant dan Ikan asin juga ada loh. Yang gak ada, atau mungkin belum saya temukan adalah kecap manis. Di sini kemasan yang ada tulisan Ketchup nya itu ternyata saos tomat, waktu itu saya beli empat dengan kemasan yang berbeda, ternyata isinya sama semua wek wek wek… Kalau mau beli daging halal, cari aja di mesjid-mesjid kota Anda, Insya Allah ada. Belanja setiap minggu rata-rata saya habis sekitar 750 ruble.

6. Makan diluar atau di Kafe, di kota Nizhny sekitar 150 ruble cukup buat sekali makan. Menunya nasi/makaroni/roti, sup, ikan/ayam/daging, salad, dan jus. Cuma hati-hati aja dengan sup atau dagingnya, siapa tau isinya daging si ‘ngepet babi’ huik huik huik. Sup khas Russia yang saya kenal ada 2, Borsch (isinya irisan labu siam, buncis, potongan ayam dengan kuah berwarna merah) dan Sirni (sup kentang dengan kuah keju).

7. Ongkos entertainment dan lain-lain saya gak tau deh. Soalnya saya gak make. Lebih suka tiduran kalo libur. Ya paling, jalan-jalan liat-liat pusat kota, bayar ongkos bus doang.

Jadi, ringkasan biaya hidup selama sebulan: Apartemen (RUB 15000) + Listrik (RUB 1000) + Makan di luar (22 x 150 = RUB 3300) + Belanja mingguan (4x1000= RUB 4000) + Ongkos Bus (RUB 700) = RUB 24000 ~ IDR 9600K.

Nilai Tuker Rupiah ketika tulisan ini dibuat:
1 Euro ~ IDR 15000
1 RUB ~ IDR 400

Kalo ada biaya tambahan lainnya nanti saya update di sini. Mudah-mudahan sih gak ada lagi.

Link buat translate English to Russian : www.lingvo.ru

Ketika suhu sempat mencapai -20 derajat celcius...


Wassalam

Takbir

Sunday, January 18, 2009

Nizhny Novgorod, Russia (5 Jalan-jalan)

Суббота, 17 Яанваря 2009, niat dari 2 minggu lalu untuk jalan-jalan ke pusat kota Nizhny, akhirnya jadi juga. Mumpung suhu lagi agak hangat, sekitar -4C hingga 0C. Seminggu sebelumnya rata-rata -15C hingga -13C, malah sempat drop hingga -24C. Dan teman menginfokan bahwa akhir bulan ini temperature akan kembali drop dibawah -10C. Suhu segitu, cukup 30 detik di luar sudah membuat telinga saya mati rasa (kalo disentuh takutnya patah lagi hehehe…), ujung jari rasanya sakit banget kayak abis ketimpa almari, napas pake hidung sudah seperti menghirup inhaler berkekuatan 10X lipat (upil saya kadang-kadang ada darahnya.. huhuhu…), telapak kaki rasanya kesemutan kayak abis jongkok semaleman main domino, pokoknya bagi saya itu bukan dingin lagi tapi siksaan.

Untuk menuju ke sana dari arah Gagarina Avenue, ada beberapa bus yang melewati route tersebut salah satunya bus nomer 43. Petunjuk si Daniel, saya tinggal turun di perempatan yang pertama saja, dan mulai jalan dari situ sekalian lihat-lihat area pertokoannya Nizhny. Perempatan yang dimaksud adalah Lyadova Square (Пл. Лядова). Dari situ saya cukup berjalan 10 menit untuk mencapai Gorkova Square (Пл. Горъкова). Di Gorkova Square ada sebuah taman dengan sebuah patung di tengahnya yang menjadi simbol taman tersebut. Setelah menyeberangi taman, saya berjalan menuju Pokrovskaya (Покровская), area pertokoan juga yang jalannya dikhususkan buat pejalan kaki atau pedestrian area. Awalnya saya agak canggung motret sana sini, tapi begitu saya liat orang Russia sendiri pada narsis foto-foto akhirnya saya jalan terus eh motret terussss.... Di ujung jalan Pokrovskaya adalah Minina Square dimana Kremlin-nya Nizhny berada. Di ujung jalan kita belok kiri dan di situ ada under pass untuk nyebrang jalan dan langsung berada di depan Kremlin wall. Sesuai saran Daniel, saya ambil arah kiri menyusuri dinding kremlin. Di ujung dinding saya bisa melihat pertemuan dua sungai besar yang melewati kota Nizhny, yaitu Sungai Oka dan Volga yang sudah tertutup salju. Mungkin sungainya dah beku kali, pikir saya, soalnya di tivi lagi banyak liputan acara mancing di sungai yang lagi beku.

Selanjutnya biar gambar hasil jepretan saya yang bercerita...

Gorkovski Park

Pokrovskaya




Polisi muda berkeling dan saya liat tiap kelompok terdiri dari 3 orang. Jadi ingat calon polisi di Indonesia yang berjaga di setiap lampu merah :)


Setelah berhasil nyegat cewek yang lagi lewat dan dengan bahasa Tarzan minta bantuan untuk dipotret akhirnya bisa mejeng lagi depan sabuah patung di Porkovskaya Square. Sepanjang jalan ini banyak patung yang dipajang di tepi jalan atau sebagai aksesoris depan toko.

Nizhny’s Kremlin Wall



Gedung pemerintahan kota Nizhny yang berada di dalam dinding Kremlin.

Patung simbol kota Nizhny ini bisa kita lihat juga kalo searching tentang Nizhny di wikipedia :)

Beberapa kendaraan perang dan senjata berat Russia juga di pajang di dalam dinding Kremlin

TiaraaaPppp... !!!!

Menahan dingin untuk difoto dalam dinding Kremlin dengan berlatar belakang sungai Oka dan Volga. Ada yang sedikit lucu di sini, bapak yang berbaik hati motret saya, malah bertanya, kalo yang ini sungai Volga, yang itu apa? (Dalam bahasa Russia tentunya, saya cuma menangkap beberapa kata yang familiar untuk mengerti pertanyaannya) Kebetulan tahu ya saya infoin aja kalo itu sungai Oka, Beliau pun mengangguk-angguk. Turis lokal berarti, tebakan saya.

Pertemuan antara sungai Oka dan Volga.


View kota Nizhny dari tepi luar dinding Kremlin

Bahkan Russia pun tidak bisa mengelak dari serangan Amerika Serikat yang satu ini

Capek jalan berkeliling, udara semakin dingin, dari tadi pengen kencing, saya pun segera pulang naik kambing... Brrrmm Brmmm ... eh salah Mbekk.. mbeeeekkkkk.... Heee... bohh.... Hahahahaha...

*** Btw... perhatikan backgorund-nya dong... saya emang pandai mengambil posisi yang baguskan???... Hwhehehe.....



Wassalam,

Tакбир

Thursday, January 15, 2009

Kenapa Saya Orang Indonesia ?

Tiap orang pasti sudah mahfum kalau kita lahir ke dunia, tidak dengan hak untuk memilih apakah kita ras kulit putih, hitam, atau berwarna lainnya. Apakah kita pria atau wanita. Apakah cantik, ganteng, atau biasa-biasa saja. Apakah kita lahir dari keluarga kaya, berkedudukan, terhormat, ataukah dari keluarga miskin yang buat memikirkan makan sehari-hari saja serasa mahasiswa tingkat akhir dikejar tenggat skripsi. Di manakah kita akan dilahirkan, apakah sebagai warga USA, Arab Saudi, UK, Eropa, Afrika, Gurun Sahara, Siberia, ataukah di sebuah lokasi yang tak terdeteksi di peta dalam wilayah Indonesia? Apa agama kita, defaultnya sih, ya sesuai agama orang tua kita. Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai keberadaan kita di dunia ini. Tapi, Tuhan menciptakan beberapa hal yang sama pada setiap Insan, yaitu kecenderungan untuk mencintai kebenaran, keadilan, dan kedamaian baik dengan hati atau perasaan ataupun pikiran. Tuhan berjanji bahwa kelak Dia akan menilai dan memberi ‘rewards’ kepada setiap manusia berdasarkan apa yang manusia itu telah lakukan selama kesempatannya hidup di dunia bukan berdasarkan rasnya, sukunya, kekayaannya, atau pangkat dan kedudukannya. Kalau tidak seperti itu, berarti Dia tidak pantas menyebut diri-Nya Maha Adil, Maha Bijaksana, dsb. Dalam konsep Islam, manusia dinilai oleh Allah SWT berdasarkan ketakwaannya kepada-Nya, dan sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain.

Tidak semua orang mungkin pernah bertanya mengapa saya diciptakan dengan keadaan seperti sekarang ini? Dan, saya mungkin salah seorang dari sekian banyak orang yang sering memikirkan hal ini. Tapi dalam tulisan ini saya membatasinya dengan pertanyaan kenapa saya orang Indonesia. Sebelum memikirkan dan akhirnya menyimpulkan jawabannya (yang tentu saja tiap orang punya pemahaman yang berbeda-beda), saya menggunakan metode ilmu Tawakkal. Tawakkal ada 3 tingkatannya: tidak protes dengan ketetapan-Nya, untuk kemudian ridho dengan ketetapan-Nya, dan akhirnya senang dengan ketetapan-Nya.

Pertama, kenapa saya orang Indonesia? Ini titik awal di mana saya tidak boleh protes, kalau Anda protes berarti Anda tidak bisa ke tingkat selanjutnya. Pertanyaan inipun sebenarnya sudah sangat kompleks karena di Indonesia sendiri terdiri dari begitu banyak suku bangsa. Dan saya terlahir dari ayah yang Bugis dan ibu yang Makassar. Tapi saya sendiri merasa lebih Makassar karena besar dalam lingkungan tersebut. Kalau mau bahas detail gak akan selesai-selesai tulisan ini, bisa-bisa nyaingin jumlah jilid Harry potter (dengan penjualan yang berbanding terbalik tentunya). Kenapa saya bukan orang Amerika Serikat, selalu menjadi warga kelas satu di manapun saya berada, yang kalau sedikit diperlakukan tidak layak di Negara lain, maka satu tim khusus akan segera diturunkan untuk menyelamatkan saya, dan presiden Negara tersebut akan kena ‘tegur’ dari presiden saya. Atau kenapa bukan di Kuwait, dari lahir hingga berumur 18 Tahun hidup saya di jamin oleh Negara, kalau nikah akan diberi pinjaman tanpa bunga untuk beli rumah, tanpa limit waktu jatuh tempo, dan bahkan tidak perlu memikirkan untuk mencari kerja, malah mikir nyari pekerja. Sekarang kenapa di Indonesia? Untuk dilahirkan saja perlu memperlihatkan kartu miskin, kalo gak punya harap maaf aja, petugas kami sibuk melayani yang lain. Untuk memikirkan hidup setelah lahir akan sama saja, sama payahnya. Jadi ingat bibi saya yang seorang bidan desa, ayah sang bayi tidak mampu membayar biaya persalinan karena beliau cuma petani buruh, sang ayah berinisiatif membayarnya dengan tiap hari datang ke rumah bibi saya untuk membersihkan halaman dan merawat kebun kecil yang ada di belakang rumahnya. Terenyuh bukan? Dan saya yakin kejadian seperti itu sangat banyak di seantero negeri tapi off record. Banyak orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat yang lebih tinggi bahkan ada juga yang tidak mampu menyekolahkannya sama sekali. Boro-boro biaya sekolah, untuk makan saja sulit, begitu mungkin protes mereka. Kemiskinan terasa begitu familiar bagi bangsa kita. Tapi Alhamdulillah, banyak yang mengeluh tapi masih lebih banyak lagi yang menyikapinya dengan sekedar tersenyum jika ditanya mengenai kehidupannya.

Di belahan dunia yang lain masih ada yang jauh lebih menderita dari bangsa kita sekarang ini. Banyak negara-negara yang masih jauh lebih miskin dari negara kita, misalnya saja Afghanistan, Somalia, dan Palestina. Untuk menjalankan pemerintahannya saja bisa di bilang 100 % adalah bantuan dana dari negara yang mau ‘berbaik hati’ menyalurkannya kepada mereka. Seorang kawan expat yang pernah kerja di Afghanistan, menyatakan kalo Afghanistan is extremely poor. Jadi di titik ini, kita sudah seharusnya ridho dengan ketetapan-Nya karena setidaknya bangsa kita masih ‘lebih baik’ dari beberapa negara yang ada.

Kalau di bandingkan dengan warga Kuwait tadi yang tidak perlu susah-susah cari kerja, kita warga negara Indonesia, begitu susah payah melamar ke sana kemari, yang itupun belum tentu surat lamaran kita kebaca. Saking banyaknya pelamar pekerjaan yang mungkin cuma menyediakan satu atau dua posisi lowong. Bagi yang berpendidikan lebih tinggi mungkin tidak akan sesulit itu, tapi bagaimana dengan yang cuma lulusan SMU? Atau yang paling kasian yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Saya yang (Alhamdulillah) sarjana aja pusing cari kerja apalagi sebagian besar saudara-saudara kita yang tidak berpendidikan sampai ke situ. Begitu banyak usaha yang kita upayakan dan keringat yang kita keluarkan untuk sekedar mendapatkan kehidupan yang layak. Begitu berhasil mendapatkan hasil -yang mungkin bagi warga Kuwait atau AS tidak ada artinya– kita merasakan senang luar biasa, setidaknya sudah merasa lebih beruntung dari saudara sebangsa yang lain. Dengan hasil itulah kita kemudian belajar bersyukur. Rasa syukur yang mungkin tidak atau belum tentu dimiliki oleh warga negara-negara kaya yang kehidupannya serba berkecukupan. Rasa syukur yang akan menambah kedekatan kita kepada yang Maha Pencipta. Dia akan senang jika pemberian-Nya ditanggapi dengan rasa syukur. Jadi belum tentu, negara yang kaya berarti Sang Pencipta lebih sayang kepada mereka. Tidak, selama mereka tidak bersyukur. Jadi, kondisi mana yang Anda pilih? Tentu saja, kaya dan bersyukur... hehehe..

Di tengah-tengah masyarakat dunia, suara Indonesia sepertinya tidak kedengaran. Buat apa didengerin, wong 1 rupiah itu sepersekian kali dari mata uang kita, itu mungkin pikir mereka. Ketika nonton berita di televisi, yang ada tentang demonstrasi anti Israel dan bencana gempa bumi di Manokwari, Papua. Itupun ditampilin gak sampai 30 detik saya kira. Yang sedikit menggembirakan ketika ada acara televisi tentang travelling, di situ ditampilkan keindahan Pulau Bali -lagi-lagi Bali, bukan berarti gak seneng Bali ya, cuma jadi percaya aja kalo orang luar itu lebih kenal Bali bukan Indonesia - dan acara itu lumayan lama, sekitar 15 menit, setidaknya melepas kerinduan dengan melihat wajah-wajah khas Indonesia. Bandingkan dengan berita mengenai pergantian presiden USA yang baru saja lewat. Hampir tiap hari saya lihat wajah Obama mejeng di TV. Acara Bush senior dan junior di atas kapal Perang AS sampai diliput hampir 10 menit. Menghadapi Indonesia, mungkin tidak ada satupun Negara yang merasakan gentar. Secara ukuran fisik kita kalah, kekuatan persenjataan apalagi, kemampuan diplomasi pejabat kita belum bisa diharapkan. Berita mengenai TKW yang dianiaya di negara-negara Arab, Hongkong, Taiwan, atau bahkan di tetangga sebelah Malaysia, Pemerintah kita kayaknya sudah lebih siap mengantarkan jenazah mereka pulang jika sudah mati daripada memperjuangkan apa yang menjadi hak mereka di sana. Sungguh tragis benar. Tapi di balik itu, apakah pernah kita mendengar bangsa kita memperlakukan bangsa lain dengan tidak semena-mena? Adakah bangsa atau negara yang tersinggung dengan perlakuan kita terhadap warga mereka? Saya kira tidak ada. Ngeliat bule berkunjung ke negara kita aja, kita seneng bukan main. Belum lagi kalo mereka menyapa dengan “Apa Kabar?”, “Terima Kasih...” cukup dua kata untuk menyenangkan hati orang Indonesia.

Sekarang pilihannya, menjadi negara kaya dan adidaya tapi dibenci banyak negara lainnya atau menjadi negara yang seperti Indonesia sekarang ini, tidak berdaya tapi tidak punya musuh. Kalau saya pribadi, lebih baik hidup sederhana tapi banyak kawan, daripada kaya raya tapi teman yang disekitar kita cuma dekat karena kekayaan kita saja. Yah, paling orang Indonesia benci dengan Negara USA (bukan benci secara orang per orang) karena sikap arogansinya. Dan saya rasa warga Amerika juga sudah mahfum dengan sikap warga kita terhadap pemerintah mereka, karena banyak di antara mereka sendiri yang tidak suka dengan gaya Cowboy pemerintahannya. Kira-kira di mana posisi G.W. Bush di akhirat nanti? Satu orang saja yang merasa teraniaya oleh saya dan mendoakan saya masuk neraka saya sudah takut dan mungkin sampai cium kaki orang itu minta maaf, apalagi kalau berjuta-juta orang yang mendoakan masuk neraka ya? Tapi lihatlah Bush, semakin dia dihujat semakin mantap niatnya dan gagah gayanya menginstruksikan untuk mengirimkan pasukannya ke Irak dan Afghanistan. Dan juga mungkin Israel menjadi negara yang paling tidak disukai oleh warga Indonesia. Untunglah, dalam kitab suci mereka bukan Tanah Jawa, Tanah Kalimantan, atau bagian Indonesia lainnya sebagai Tanah Perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Kalau iya, ngungsi ke mana kita?

Indonesia adalah bangsa yang mungkin paling lama dijajah oleh bangsa lain. Bangsa Belanda menguasai dan mengeksploitasi segala sumber daya yang dimiliki oleh negeri yang elok ini. Sekitar 350 tahun mereka menjajah kita yang dulunya bukanlah Indonesia, tapi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Maluku, Lombok dan Papua. Di semua pulau utama tersebut sebelum Belanda datang, di kuasai oleh raja-raja lokal dengan adat dan tata cara pemerintahannya sendiri. Ketika Belanda datang dan merampas kekuasaan mereka, disitulah mulai tumbuh satu rasa yang sama di antara para pemimpin lokal dan rakyat di seantero nusantara, merasa senasib sebagai bangsa terjajah. Dari situ pula lah terjalin tali silaturahmi yang mengikat anak-anak negeri kepulauan ini untuk bersama-sama mengadakan usaha-usaha memerdekakan bangsa ini dari penjajahan. Jadi, sekiranya Belanda tidak datang dan menjajah Nusantara, apakah akan ada negara yang bernama Indonesia? Saya kira kecil kemungkinannya. Praja STPDN aja sering berantem antar delegasi dari provinsi yang berbeda. Yang ada mungkin negara Jawa, Sunda, Batak, Aceh, Bali, Makassar, Dayak, Papua, dll. Kalau sampai begitu, jika berkunjung ke luar pulau kita mesti mengurus VISA dan segala ijin-ijin lainnya. Belum lagi bahasa yang berbeda-beda. Sekarang, apakah Anda senang dengan keberadaan Negara Indonesia dari ujung Aceh hingga Merauke? Tentu saja senang, punya negara kepulauan yang luas dengan berbagai keragamannya. Tapi bukan berarti kita senang pula sudah dijajah Belanda sekian lama. Kita cuma mengambil hikmah di balik sejarah tersebut.

Sekarang sebagai bangsa Indonesia kita punya banyak hal yang membuat kita merasa senang, diantaranya punya negara yang luas (walaupun sempat terjajah 350 tahun lebih), punya masyarakat yang sikapnya ramah-ramah, tidak ada negara yang memusuhi negara kita, dianugerahi kemerdekaan (walaupun secara ekonomi masih dijajah kayaknya). Saya bandingin dengan Russia, tempat saya mengadu peruntungan sekarang ini, cuaca pada musim dingin sangat dingin dan pada musim panas bisa sangat panas. Indonesia, sepanjang tahun seluruh tanahnya diterangi dan dihangatkan oleh cahaya matahari. Kayu dan batu pun jadi tanaman. Sampai di sini kayaknya kita cukup senang dengan ketetapan-Nya menjadikan kita di dunia sebagai orang Indonesia. Tinggal bagaimana kita mensyukuri semuanya dengan bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?



Wassalam

Takbir

Saturday, January 3, 2009

Nizhny Novgorod, Russia (4)

Malam pergantian tahun 2009 kemarin, cuma saya habiskan dengan tiduran dan nonton tv di apartemen. Tidak jauh beda dengan malam tahun baru yang sebelum-sebelumnya hehehe... Jadi ingat malam tahun baru 2008 lalu, saya malah stand by di kantor semaleman, huh kasian deh gue.. Begitu momen pergantian tahun tiba, taman yang ada di seberang apartemen pun jadi rame dengan kembang api, begitu pun bagian kota yang lain saya liat dari jendela apartemen juga rame dengan kembang api. Saya coba buka jendela, dan BrrRRrr... semriwingggg, setan dingin menyerang, dengan secepat kilat saya tutup lagi. Pesta kembang api itu berlangsung ampe jam 3 pagi loh, gak dingin apa tuh orang-orang.

Jumat, 2 Januari 2009, berhubung di Russia lagi libur nasional 1-10 januari, maka hari ini (telah saya rencanakan dan niatkan jauh-jauh hari sebelumnya) saya ingin melaksanakan sholat Jum’at di Masjid (mungkin satu-satunya) yang ada di kota Nizhniy Novgorod. Waktu baca di wikipedia, Masjid itu terletak di daerah СенаЯ (Senaya). Sebenarnya saya sudah sempat diantarkan oleh Daniel ke Mesjid itu, tapi waktu itu sudah malam dan diantar dengan mobil temannya. Tapi sekarang saya mesti pergi sendiri dengan bus. Daniel memberitahukan waktu itu, bus yang bisa saya tumpangi untuk menuju ke sana dari tempat tinggal saya adalah bus nomer 2.

Jam 11 pagi setelah sarapan dan mandi saya pun bersiap-siap untuk berangkat jumatan. Bersemangat karena ini pertama kalinya sholat jum'at di negeri orang, di mana muslim adalah minoritas. Hari ini suhu diluar drop lagi ke -10 derajat celcius dan salju turun dengan angin yang bertiup kencang membuat badan semakin menggigil, padahal 2 hari sebelumnya sempat ‘agak hangat’ dengan -3 derajat. Sudah hampir setengah jam saya menunggu di halte bus, tapi bus yang dimaksud tak kunjung muncul. Mana telinga udah mulai nyeri dan kaki juga ikut-ikutan kesemutan karena dingin. Di halte itu saya liat ada sekitar 4 orang pemuda yang ras-nya sama dengan saya (melayu) yang sepertinya ingin menuju ke tempat yang sama, saya rasa mereka adalah mahasiswa. Maklum dekat sini ada Hostel untuk mahasiswa asing. Mendengar percakapan mereka, saya yakin mereka berasal dari negeri jiran Malaysia. Ingin rasanya menyapa, dan mereka juga ngeliatin saya seperti ingin menyapa, tapi bus yang ditunggu keburu datang.

Beberapa hari yang lalu, ketika pulang dari kantor, di atas bus saya tiba-tiba disapa seorang pemuda asia, dia memperkenalkan diri, namanya Zahir dari Maldives (Maladewa) mahasiswa di Nizhniy University dia bilang. Saya pun balik memperkenalkan diri. Dia sedang balik menuju Hostelnya di Медицинская (Medicinskaya), daerah yang sama dengan saya. Dan dia bilang kemarinnya dia sempat tersesat, wekk wekk jadi pengen tawa... loh emang udah berapa lama di sini? Dia bilang udah 3 bulan. Nah saya aja yang baru sebulan gak pernah tersesat. Tapi mungkin aja sih, kaca bus tertutup embun yang membeku ...hehehe.. jadi gak jelas ngeliat keluar. Waktu itu dia nawarin gabung main futsal hari minggu kebetulan gedungnya sebelahan dengan apartemen saya, tapi saya cuma bilang terima kasih, saya sangat tertarik tetapi kaki saya baru saja sembuh dari terkilir juga gara-gara futsal.

Di atas bus menuju Masjid, saya segera merapat ke kaca sambil terus memperhatikan seberang jalan. Waktu ke sana pertama kali, saya sempat menandai sebuah gedung dental klinik tempat di mana saya harus turun dan kemudian jalan menuju ke Masjid. Sekitar 20 menit naik bus, akhirnya terlihat gedung yang di maksud dan sayapun turun di situ, dan betapa senangnya ketika melihat tidak jauh dari situ ada sebuah gedung berkubah dengan tanda bulan sabit di atasnya. Masjidnya tidak terlalu besar, ukurannya mungkin hampir sama dengan Masjid Al-Anwar dekat kosan saya dulu di Mampang XI, Jakarta. Dari luar saya mendengar suara ceramah (yang tentunya dalam bahasa Russia), saya pun buru-buru segera ke dalam, bukan maksud khawatir telat, tapi diluar dingin bener.. Hehehe....



Setelah melepas sepatu saya pun masuk ke ruang utama dan melihat jamaah jumat yang memenuhi ruangan. Perasaan senang ketika melihat ada juga orang Russia yang beragama Islam. Yang paling dominan adalah orang Tatar, dari penampilan bisa dibedakan dengan orang Russia yang benar-benar dari suku Russia. Mereka berambut hitam, mata sedikit sipit dan gak putih-putih amat seperti orang Russia yang putih ampe pipi dan telinganya merah hehehe... Ceramah jumat sepertinya membahas tentang situasi di Sektor Gaza, Palestina. Yang sekarang ini sedang digempur oleh Israel. Sang Khatib juga beberapa kali mengutip ayat-ayat tentang Bani Israil, untuk mengingatkan kita memang begitulah sifat bangsa Yahudi, bahwa betapa bencinya mereka pada kaum Muslim. Tiba saatnya sholat Jumat, 2 rakaat dengan bacaan dan gerakan yang sama dengan yang kita lakukan di Indonesia dan di semua bagian dunia yang lain. Itulah enaknya muslim, ibadahnya seragam di manapun kita berada. Setelah sholat, para jamaah saling berkeliling bejabat tangan sambil mengucapakan salam. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, kesempatan untuk saling bertukar salam dengan saudara Muslim di belahan bumi yang lain. Tak terbayangkan betapa syiar Islam yang dibawa Muhammad SAW dari tengah padang pasir bisa sampai di tengah-tengah benua yang tertutup salju ini.

Setelah jumatan saya pun bergegas kembali menuju halte bus (sambil dalam hati berniat untuk kembali jumat depan, Insya Allah). Menunggu bus nomer 2 tidak kunjung datang, saya lihat ada bus nomer 62 yang mendekat, kayaknya bus ini juga lewat Gagarina Avenue deh, saya liat stikernya ada tulisan Шербинкa (Sherbinka), wah saya yakin tujuan akhirnya sama dengan bus nomer 2, daripada lama-lama nunggu kedinginan lebih baik naik ini, sama aja saya pikir. Sayapun naik bus 62 itu. Tidak lama di atas bus, saya perhatikan bus ini berbelok ke arah lain yang beda dengan jalur saya tadi dengan bus nomer 2, dan semakin lama bus menuju daerah yang semakin asing bagi saya, Wakk.... sekarang saya yakin udah tersesat nih... sekejap teringat ketika saya ketawain si Zahir yang ngaku tersesat, kini saya yang kena balasannya. Mau nanya ke orang-orang yang di bus, melihat mereka rata-rata ibu-ibu dan nenek-nenek, saya yakin mereka gak ada yang ngerti apa yang saya tanyakan dan saya pun tidak akan ngerti apa yang mereka sampaikan, saya pun mengurungkan niat. Tapi apapun yang terjadi jangan takut dan panik dulu, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan, dan bernapaslah seperti biasa... Hahaha... gak penting. Di bus kebetulan ada peta jalur bus, kalo saya perhatikan memang bus ini pemberhentian terakhirnya adalah di Sherbinka, saya pun sedikit tenang, tetapi begitu melihat keluar daerahnya semakin asing aja, saya kembali khawatir. Setelah hampir 40 menit berlalu, berada dalam ketidakpastian (fuiihh bahasanya), bus berbelok keluar ke jalan yang lebih besar dan familiar saya liat, dan benar, ini Gagarina Avenue dan di pemberhentian berikutnya adalah tempat saya setiap hari turun kalau berangkat ngantor. Apartemen saya sebenarnya kelewat, tapi huff... senangnya, setidaknya saya sudah tau di mana saya berada. Tinggal nyebrang dan balik arah dengan bus yang saya kenali. Kali ini saya gak mau asal coba-coba aja, saya udah pengen cepat-cepat balik ke apartemen, lapar banget dan dari tadi nahan pipis wehehehe.... Hikmah dari kejadian ini, jangan sekali-kali ngejek orang karena kesialannya, niscaya anda akan mengalami kesialan yang sama.. Huhuhu....

Sedikit info:

http://www.doroga.tv/transport situs untuk melihat jalur-jalur bus yang ada di kota Nizhniy Novgorod, situs yang sangat bermanfaat saya kira.




Wassalam

Такбир

Friday, January 2, 2009

Minggu Malam 28 Desember 08

Minggu tengah malam, 28 Desember 2008, saya menerima sms dari teman kuliah dulu di STT Telkom Bandung. Tumben saya di sms nih, saya bilang. Setelah saya baca, tiba-tiba dada saya rasanya sesak. Sms itu memberitahukan bahwa seorang teman kuliah, tepatnya senior kami yang juga teman satu tim asisten praktikum dalam Laboratorium yang sama, telah meninggal dunia beberapa saat setelah melahirkan anaknya yang pertama. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Putrinya sendiri lahir dengan selamat. Info dari teman juga, persalinannya sendiri dilakukan dengan operasi caesar dan berlangsung lancar-lancar saja. Bahkan beliau masih sempat menyusui anaknya. Namun entah kenapa (saya juga belum jelas), Dokter tiba-tiba menyatakan kondisi sang ibu dalam keadaan kritis, hingga akhirnya nyawanya tidak dapat tertolong lagi. Minggu 28 desember 2008, sekitar pukul 21.00 WIB, sahabat kami Lidya Indriyani telah berpulang ke Rahmatullah, dipanggil lebih dulu oleh sang Maha Pencipta. Berkurang lagi satu orang baik di dunia ini.

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; Maka apabila Telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
(Al A’raaf : 34)

Padahal baru saja dalam bulan Desember 2008 ini juga di milis Laboratorium, rame-rame bahas tentang asisten jadul, sambil ejek-ejekan penampilan waktu kuliah dulu.

Teringat kembali memori tentang beliau. Kenal pertama kali waktu saya bergabung di Lab. Elka dan RL di STT Telkom Bandung. Beliau sendiri sudah saya tahu sebelumnya, salah satu mahasiswi (asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat) yang mempunyai nilai IPK terbaik untuk jurusan Teknik Elektro angkatan 2000. Menyelesaikan S1 dengan gelar cum laude dan juga S2 dengan gelar yang sama. Penilaian saya pribadi, beliau itu seorang muslimah yang taat dan rajin beribadah dan seorang pelajar yang tekun dan serius dalam mencari ilmu. Saya sempat ambil mata kuliah atas dan sekelas ama beliau, waktu itu ditegur sambil bercanda, “ kamu ngapain sih, ikut-ikutan ambil mata kuliah atas, gak hormat ama senior-seniormu? Huh.. junior yang gak sopan...” Hehehe saya cuma cengengesan aja waktu itu. Dan akhirnya kami mendapat nilai yang sama, A tentunya, hehehe... tambah cengengesan lagi. Dan yang paling berkesan adalah ketika kami bersama teman asisten praktikum yang lain, iseng-iseng baca feedback dari praktikan setelah praktikum dalam satu semester berakhir. Di feedback itu berisi tentang berbagai kriteria asisten “Ter-“ yang bebas dituliskan oleh para praktikan sesuai penilaian mereka terhadap kinerja atau bahkan penampilan asistennya. Dan kami mendapatkan ada satu praktikan yang menuliskan asisten tergendut itu adalah mbak Lidya... Hahaha... kami semuapun terbahak-bahak (menyetujui). Maklumlah rata-rata asisten Elka memang kurus kering, kurang gizi, dan penampilannya nampak tidak menarik sama sekali (hehe ngejek diri sendiri nih ceritanya). Waktu itu beliau cuma mesem-mesem aja, mau tidak mau menerima godaan dari teman-teman dan termasuk saya yang paling gencar ngejeknya...

Kadang saya bertanya, kenapa orang baik dan menurut saya (dan mungkin juga menurut orang lain) pantas mendapat umur yang panjang malah selalu lebih cepat meninggalnya? Mungkin karena Allah lebih sayang ama mereka, makanya Allah panggil mereka lebih cepat. Ketika sang kekasih hati memanggil tentulah kita tidak akan menolaknya.

Dengan tulus saya doakan semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan dan mengampuni segala kekhilafan Almarhumah serta menempatkannya ditempat yang lebih baik di sisi-Nya. Dan untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah SWT juga memberikan ketabahan, kesabaran, dan keridhaan dalam menerima putusan-Nya. Amin.

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.
(Al Fajr : 27-30)



Wallahualam Bissawab.

Takbir