Showing posts with label Russia Trip. Show all posts
Showing posts with label Russia Trip. Show all posts

Wednesday, June 6, 2012

Catatan Sekilas Perjalanan di Rusia

Warga Rusia yang saya temui, apapun etniknya, selalu bangga dengan beberapa hal akan Negara mereka. Yang paling sering mereka banggakan adalah Rusia merupakan Negara dengan daratan terluas di dunia. Negara dengan kekuatan militer mandiri, bahkan pengekspor perlengkapan militer. AK-47 atau Avtomat Kalashnikov yang pertama kali diperkenalkan tahun 1947 adalah senjata tempur yang paling disukai para tentara, perompak, pemberontak bersenjata dan teroris, karena desainnya yang sederhana dan anti macet. Kekuatan militer menjadi salah satu faktor kunci yang membuat Rusia punya posisi penting di percaturan politik dunia. Tetapi warga Rusia juga menghadapi beberapa masalah dan kendala, yang menjadi tantangan buat Negara Rusia ke depan.

Rusia yang dulunya bagian dari Uni Soviet pernah menjadi pusat komunis dunia. Negara komunis sosialis dengan sistem kolektifitas yang tinggi. Sistem kolektifitas dimana kekayaan dan subsidi negara dibagi sama rata kepada seluruh rakyat, rakyat yang malas maupun yang rajin. Rakyat hanya menunggu pembagian jatah dari negara. Setelah Soviet kolaps, Rusia secara perlahan mulai beralih menjadi negara demokratis kapitalis. Rakyat harus mengusahakan kesejahteraannya sendiri. Banyak rakyat Soviet yang tidak siap menghadapi hal ini. Sistem kapitalis yang masih dini di Rusia menjadikan jurang yang lebar antara si kaya dan si miskin. Si kaya menuduh si miskin pemalas, dan si miskin menuduh si kaya sebagai perampok. Orang-orang kaya atau yang baru kaya di Rusia kelihatan mencolok terlihat dari gaya hidupnya yang glamor dan terkesan pamer.
Negara Rusia yang luas adalah negara yang kaya raya akan sumber alam. Ketika melakukan perjalanan dari utara ke selatan Rusia, sejauh mata memandang tanah ditutupi oleh rumput yang hijau, ladang gandum dan hutan pinus. Indikasi tanahnya sangat subur. Gazprom adalah perusahaan gas alam Rusia yang mensuplai eropa timur hingga ke eropa barat. Bahkan Jepang sedang mempelajari kerja sama pembuatan pipa gas dari Rusia ke Jepang sebagai alternatif sumber energi Jepang sejak kejadian gempa bumi dan Tsunami Maret 2011, yang merusak fasilitas nuklir mereka di Fukushima. Belum lagi banyaknya tambang minyak dan kekayaan alam lainnya. Tapi kekayaan itu semua hanya dikuasai oleh segelintir orang, rakyat Rusia kebanyakan masih jauh tertinggal taraf hidupnya dari negara-negara Eropa Barat. Biaya hidup di Rusia bergerak mengikuti biaya hidup di Eropa tapi penghasilan rakyatnya tidak. Tidak seimbangnya biaya hidup dan penghasilan menjadi salah satu faktor yang membuat aparat Rusia masih terkenal korup. Sekarang ini Rusia dipimpin oleh Vladimir Putin yang dianggap memimpin Rusia terlalu otoriter. Putin adalah mantan KGB atau inteligen Rusia, pemerintahan Rusia saat ini dikuasai oleh lingkaran KGB. Media Rusia sangat ketat dikontrol oleh Kremlin (pemerintah). Orang-orang yang dekat dengan Kremlin akan mendukung Putin, karena hidup mereka sudah enak dan aman selama hubungan mereka baik dengan Kremlin terutama Putin. Masyarakat kelas menengah Rusia, terutama dari kalangan profesional, menginginkan perubahan. Perubahan yang tidak melibatkan Putin tentunya. Tapi ternyata sebagian besar masyarakat Rusia masih memilih Putin pada pemilu yang lalu. Salah satunya karena tidak ada tokoh alternatif yang menjanjikan, yang dianggap punya kemampuan membawa perubahan di Rusia. Itu sekilas kondisi dalam negeri Rusia saat ini yang saya ketahui, tidak perlu saya komentari lebih jauh karena negara kita juga tidak lebih bagus kondisinya dibandingkan Rusia. Yang katanya Negara kaya raya tapi rakyatnya masih banyak yang sengsara.

Selama perjalanan saya juga mengalami dan mengamati hal-hal yang menambah bumbu cerita perjalanan saya kali ini di Rusia. Saya ceritakan disini supaya bisa menjadi sedikit pertimbangan dan perhatian buat yang berencana traveling ke Rusia. Seperti perlunya belajar huruf Cyrillic sebelum ke Rusia. Petunjuk nama jalan, stasiun Metro dan apalagi tiket kereta semuanya dalam bahasa Rusia dengan huruf cyrillic. Sebagian besar museum di Rusia tidak membolehkan kita memotret di dalam. Kalaupun ingin memotret harus membayar tiket tambahan untuk kamera. Jadi, saat membeli tiket di kasir tanyakan juga apakah boleh memotret di dalam atau tidak.

Di kota-kota besar Rusia, tram atau dalam bahasa Rusianya disebut tramvay yang menggunakan kabel listrik, merupakan sarana transportasi dalam kota yang banyak digunakan selain bus kota. Dari sisi transportasi sangat bagus, sayangnya kabel-kabel listrik dipasang di mana-mana, melintang di atas jalan bahkan di pasang di gedung-gedung yang menjadi tujuan wisata. Katedral Kazanskiy dan Katedral Saint Isaac pun tak luput dari cantolan kabel-kabel. Saat kita akan mengambil gambar atau motret, jadinya sangat terganggu dengan kabel-kabel yang melintang ke mana-mana tersebut.
Hati-hati dengan scam yang saya kira ada di mana saja, di lokasi utama berkumpulnya para turis mancanegara. Ketika saya di Saint Peterburg, saat sedang berjalan di sekitar Nevskiy yang merupakan jalan utama di kota itu, saya awalnya tidak sadar sedang diikuti sekelompok copet. Saya menggendong tas punggung yang isinya kamera. Saya merasakan seperti disenggol dari belakang, tapi saya cuma terus berjalan dengan sedikit melambat. Pria yang ada di belakang saya kemudian berjalan melewati saya, dan berbelok untuk menghilangkan kecurigaan saya. Saya terus berjalan hingga saya kembali merasakan tas saya seperti gespernya ada yang mau buka, sayapun kembali melambatkan langkah dan melihat pria yang sudah berbelok tadi ternyata ada lagi di belakang saya. Dia kembali melakukan hal yang sama, berjalan melewati saya dan pura-pura masuk ke sebuah toko. Di situ saya berhenti melihat tas saya yang mulai terbuka dan untungnya belum ada yang hilang. Saya berbalik memperhatikan pria tadi yang sepertinya pura-pura ngobrol yang tentu saja dengan gerombolannya, kemudian saya menyeberangi Nevskiy mengambil jalan sebelahnya sambil berdiri memperhatikan orang-orang yang mengikuti saya tadi. Saya keluarkan kamera sambil mengarahkan ke mereka (dari seberang jalan) dan mereka mungkin sadar saya sudah tahu diikuti, mereka kemudian berjalan menjauh. Setelah itu saya tidak pernah keluar bawa tas punggung lagi, lebih aman taruh diloker hostel dan bawa tas kamera yang lebih kecil yang bisa ditaruh didepan.

Dan ketika malam berkeliling motret di Saint Peterburg, ada 2 pria yang menyapa saya menanyakan apakah jarak jalan kaki ke seberang Benteng Peter dan Paul cukup jauh. Saya jawab iya. Dan kemudian lanjut bertanya dalam bahasa Rusia yang masih bisa saya jawab. Lalu mereka minta dipotret, saya langsung jepret saja. Dan kemudian salah satu diantara mereka minta kamera saya, agar dia yang motret saya dengan temannya, tapi saya menolak, saya bilang ga usah. Tapi dia malah ngotot, saya bilang ga usah lalu berjalan menjauhi mereka tanpa peduli mereka manggil-manggil saya brat (artinya: saudara laki-laki dalam bahasa Rusia). Sory brat, saya cari aman saja, modus kalian sudah tercium. Saya jadi waspada soalnya tadi siang hampir kena copet.

Di Moscow dan beberapa kota besar di Rusia, masih ada semacam kelompok rasis yang dikenal sebagai skin head atau kelompok gundul pacul. Mereka suka menyerang pendatang yang non-slavic, terutama orang Asia yang bertampang Mongoloid. Yang saya dengar, bahwa mereka membenci orang Mongol karena pernah menguasai dan menghancurkan beberapa wilayah Rusia, dan juga menodai kemurnian darah etnik Rusia. Mereka juga menyerang warga pendatang pencari kerja yang berasal dari pecahan Soviet di Kaukasus atau Asia Tengah. Rusia memberikan visa free selama 3 bulan bagi warga negara dari bekas pecahan Soviet. Kebijakan ini pula yang membuat banyaknya pencari kerja ilegal yang berasal dari negara bekas pecahan Soviet datang membanjiri kota-kota besar di Rusia. Pekerja ilegal yang mau dibayar lebih murah membuat kesempatan kerja buat warga Rusia jadi lebih sulit. Hal ini dijadikan alasan oleh kelompok gundul pacul yang rasis untuk menyerang bahkan membunuh etnik pendatang tersebut. Sekaligus sebagai desakan kepada pemerintah mereka untuk membatasi jumlah pekerja ilegal dari negara ex-Soviet. Tapi, pekerja ilegal adalah sapi perahan pejabat korup. Gundul pacul rasis versus pejabat korup, korbannya warga pendatang.

Pemuda gundul pacul yang setengah mabuk, bahkan di siang hari ini, biasanya berkumpul di taman-taman yang sepi. Jadi hindarilah berjalan sendirian di tempat yang sepi, dan jika melihat sekumpulan pemuda gundul atau bahkan sekumpulan pemuda Rusia yang kelihatan norak ngobrol sambil teriak-teriak, sebaiknya segera hindari dan ambil jalur lain. Orang rasis dan mabuk tidak punya pikiran jernih. Saya sempat ngobrol dengan empat orang pemuda, turis dari Jerman, mereka sangat ingin melihat kota Moscow di malam hari, tapi takut juga bertemu dan diserang oleh pemabuk. Yang berkulit putih saja takut, apalagi saya yang berkulit sawo busuk. Di pagi hari, saya perhatikan terutama di Saint Peterburg, botol-botol bir yang sengaja dipecahkan (mungkin dibanting), berserakan di pinggir jalan.

Saya tidak akan berani lagi keluar malam sendirian tanpa ditemani orang lokal di Rusia. Karena waktu malam atau menjelang malam, maka akan semakin banyak terlihat pria Rusia yang sedang mabuk atau hampir mabuk.  Berbeda dengan orang Jepang yang juga pemabuk tapi tidak reseh, kalau mabuk tinggal tidur di trotoar atau di mana saja dan tidak mengganggu orang lain. Orang Rusia jika mabuk bisa jadi berbahaya, mereka bisa berubah jadi agresif. Ketika di Nizhniy Novgorod, sekitar pukul 23.00 saya terpaksa keluar beli makanan di McD yang buka 24 jam di depan stasiun. Saya ngantri di belakang pasangan Rusia di luar McD drive-thru. Tiba-tiba di belakang saya ada 2 pemuda gundul yang mabuk yang ikut antri. Mereka berusaha memancing respon saya dengan meniup tengkuk saya, bau alkohol terasa sekali dari napasnya. Berusaha menyapa dalam bahasa Rusia, kemudian mencoba dalam bahasa Inggris, tapi saya tetap diam tidak merespon. Saya sedikit khawatir juga, jika pasangan Rusia yang didepan saya sudah pergi, apakah mereka akan menyerang saya? mengingat di situ tidak ada orang lain lagi kecuali dua pemuda mabuk yang tidak berhenti ngoceh. Dan sepertinya hendak memegang saya. Ketika pasangan Rusia di depan saya pergi, saya sudah bersiap-siap ambil langkah seribu jika ternyata diapa-apain. Tapi kedua pemuda tadi setelah itu malah diam, tidak ngoceh lagi. Saya coba lirik ke belakang, ternyata ada petugas Polisi yang patroli malam juga ikut antri di McD drive-thru. Huff.. untunglah. Setelah pesanan saya diberikan, dengan bersegera saya kembali ke Hostel.

Kalau misalnya anda tersesat atau bingung mencari tempat yang ingin dikunjungi, tidak perlu segan untuk bertanya. Tapi lihat-lihat juga kepada siapa kita bertanya. Pilih-pilihlah orang yang kira-kira bisa membantu atau setidaknya tidak akan iseng kepada kita. Biasanya saya bertanya kepada penjaga toko, penjual minuman tepi jalan, petugas kebersihan, pasangan yang berjalan-jalan dengan anak mereka, atau kalau tidak ada pilihan lain bertanya kepada petugas keamanan, cuma kepada petugas keamanan sedikit malas karena mereka kadang malah nanyain balik passport kita. Tapi jangan terlalu berharap mereka bisa bahasa Inggris dan membalas anda dengan senyuman. Orang Rusia umumnya akan membantu, tapi tanpa senyum. Setiap membeli tiket kereta api, saya perhatikan ibu-ibu petugas loket memang mahal senyum kepada siapa saja termasuk orang Rusia sendiri.
Saya berada di Kazan pada tanggal 9 Mei, hari perayaan kemenangan, jatuhnya Berlin ke tangan pasukan merah Soviet. Tetapi hari itu, pesawat penumpang jenis Sukhoi jatuh di Indonesia ketika sedang melakukan uji coba. Berita yang memilukan ditengah perayaan hari kemenangan. Di perjalanan saya ke kota-kota Rusia selanjutnya, setiap kali orang tahu saya dari Indonesia, tema pembicaraan beralih tentang kecelakaan Sukhoi tersebut. Dari berita-berita awal yang saya baca, dikatakan bahwa ada penumpang yang masih mengaktifkan ponselnya bahkan ketika pesawat sudah mengudara. Saya berpikir harusnya pesawat buatan Rusia lebih siap dengan kondisi seperti itu. Soalnya, beberapa kali saya naik pesawat dengan penumpang warga Rusia, mereka memang agak bebal tidak mematikan ponsel di atas pesawat. Dan pramugarinya pun tidak menegur. Ketika terbang dari Makhachkala kembali ke Moscow, dengan Gazprom Airlines yang saya juga baru tau ada airline ini, saya melihat bahwa katroknya penumpang penerbangan domestik di Indonesia, masih lebih katrok penumpang di penerbangan saya kali ini. Ketika akan duduk di kursi sesuai nomor di boarding pass, ternyata sudah ada yang duduk di kursi itu. Sayapun bertanya pada pramugari, sang pramugari kemudian meminta boarding pass penumpang yang duduk di tempat saya itu untuk mengecek nomor kursinya, ternyata kursinya dia juga sudah ada orang lain yang menempati. Dicek lagi boarding pass orang lain itu, ternyata situasinya sama, kursinya dia ditempati orang yang lain lagi. Akhirnya, sang pramugari yang bingung menyuruh saya untuk duduk di kursi mana saja yang masih kosong. Itu juga terjadi pada beberapa penumpang di belakang saya. Ketika pesawat hendak take off, di sebelah kiri saya seorang penumpang pria masih bercuap-cuap di ponsel dan saya lebih terkejut lagi ketika ibu muda di samping saya hapenya berdering dan dengan santai dia angkat dan ngobrol. Selesai ngobrol, saya perhatikan benar kalau hapenya tidak dimatikan sama sekali, langsung diumpankan ke anaknya yang masih balita yang sedang rewel untuk dijadikan mainan. Ketika pesawat take off dan akan mendarat, pikiran saya benar-benar horor gara-gara tingkah laku penumpang di sekitar saya, Sukhoi yang masih baru saja bisa jatuh apalagi pesawat yang sudah tua ini. Banyak-banyak menyebut nama Tuhan saja supaya tenang. Dan seperti halnya di penerbangan-penerbangan sebelumnya bersama warga Rusia, ketika pesawat berhasil mendarat para penumpang bertepuk tangan dengan meriah. Seperti selesai menonton pertunjukan sirkus.



Wassalam,
Takbir

Wednesday, May 23, 2012

Islam di Rusia

Mesjid Nizhniy Novgorod

Ketika etnik Rusia masih beragama pagan, Islam sudah masuk ke Kaukasus. Gelombang ekspansi di awal perkembangan Islam telah mencapai Kaukasus di masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan. Pasukan muslim pernah menguasai kerajaan di wilayah Kaukasus seperti Georgia dan Armenia. Suku-suku yang lain diwilayah Kaukasus tetap tidak tertaklukkan oleh pasukan Islam. Suku-suku tersebut tetap independen dan saling bertikai satu sama lain. Islam masuk dan diterima kemudian oleh suku-suku di Kaukasus, terutama di Dagestan dan Chechnya melalui para ulama sufi. Hingga hampir semua suku di Kaukasus beralih ke Islam, kecuali Georgia dan Armenia yang pengaruh Kristen Byzantium sudah begitu tertanam kuat.

Pengaruh Islam melalui penaklukan mencapai wilayah Asia Tengah, tetapi tidak sampai menaklukkan wilayah Volga. Bagaimana sampai penduduk Volga Bulgar, yang mendiami wilayah Kazan atau Tatarstan sekarang ini, memeluk agama Islam belum bisa saya ketahui dengan pasti. Tapi muslim Volga mengikuti mazhab Hanafi, mazhab yang mayoritas dianut muslim Asia Tengah. Jadi penyebarannya kemungkinan besar dari pengaruh muslim di Asia Tengah. Catatan sejarah yang paling banyak digunakan sebagai referensi adalah catatan Ahmad Ibn Fadlan, seorang utusan Khalifah Baghdad ke Volga Bulgar atas permintaan penguasa Volga Bulgar. Ibn Fadlan berangkat dari Baghdad dengan misi untuk membantu mendirikan benteng dan mengajarkan hukum Islam dengan membawa serta beberapa Qadi atau hakim yang mengerti hukum Islam. Ibn Fadlan tercatat tiba pada tahun 922, dan ketika dia tiba penduduk Volga Bulgar sudah muslim. Terdapat mata uang Dirham bercap nama Khalifah Baghdad dengan angka tahun 902. Jadi kemungkinan mereka menganut Islam sebelum tahun tersebut.

Sedikit detail dari catatan perjalanan Ibn Fadlan: ”Ketika kami berjarak 2 hari dari Bulgar, raja mengirimkan utusannya bersama anak-anak dan saudara mereka untuk menyambut kami. Kami dijamu dengan roti, daging dan jelai (padi-padian yang bijinya keras) yang menyenangkan kami. Ketika kami berjarak 2 farsah (11.5 KM), sang raja menemui kami secara langsung. Ketika dia melihat kami, dia turun dari kudanya dan mengucap terima kasih kepada Allah atas kekuasaan dan kebesaran-Nya. Tanpa kami sangka dia memperlihatkan mata uang Dirham yang dia simpan di kantong lengannya. Dia lalu memberikan tembakau kepada kami”. Sumber: http://www.kroraina.com/fadlan/volga_b.txt

Kalau penduduk Kaukasus terlihat lebih mirip orang Turki dan Iran, penduduk Kazan atau Tatarstan sangat mirip dengan penduduk etnik Rusia. Bagi saya, sangat sulit membedakannya. Mereka berkulit putih, berambut coklat pirang dan bermata biru seperti etnik Rusia. Di Rusia mereka disebut orang Tatar. Saya ketawa ketika Sergey, pengurus Hostel I&I di Kazan tempat saya menginap, bilang kalau nama saya dan nama mahasiswa Malaysia yang datang bersama saya mirip dengan nama-nama orang Tatar. Tatar atau Tartar sebenarnya nama salah satu suku Mongol yang berasal dari area China Utara. Karena Mongol pernah berkuasa di sebagian besar wilayah Rusia, lalu menjadikan Kazan sebagai pusat pemerintahan dan penguasa Mongol Golden Horde, Berke Khan (cucu Jengis khan dari putera pertamanya Jochi) menganut Islam, maka penduduk Kazan yang Muslim identik sebagai orang Tatar bagi orang Rusia. Saat ini ada beberapa gerakan yang ingin mengembalikan identitas muslim Kazan sebagai orang Volga Bulgar, bukan orang Tatar.

Muslimah Kazan
Muslimah di Chegem, Balkaria, Kaukasus
Rombongan muslimah Makhachkala sehabis mengikuti acara walimah di Mesjid Besar Makhachkala, Dagestan

Mesjid di sekitar pemukiman Tatar di Kazan

Mesjid Jami Saint Peterburg


Etnik Rus yang berpusat di Kiev (Ukraina) ketika dipimpin oleh Vladimir I, pada tahun 987 memutuskan untuk meninggalkan agama pagan dan akan memilih salah satu agama langit dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Dia kemudian mengirimkan utusan ke berbagai tempat, termasuk ke Volga Bulgar. Ada juga versi yang mengatakan Volga Bulgar yang mengirim utusan untuk mengajak Vladimir menerima Islam. Setelah utusan kembali kepada Vladimir, mereka melaporkan bahwa kehidupan muslim di Volga Bulgar tidak ada yang menarik, yang ada hanya kesedihan dan bau busuk. Dan yang paling tidak sesuai dengan kebiasaan orang Rus adalah mereka melarang minuman yang memabukkan dan daging babi. Vladimir mengatakan:”minum (vodka) adalah kesenangan orang Rus, kita tidak bisa hidup tanpa itu”. Utusan ke wilayah Khazar yang merupakan kerajaan Yahudi juga memberikan laporan yang tidak membuatnya terkesan. Dia mengatakan bahwa Yahudi kehilangan Jerusalem adalah bukti bahwa mereka telah ditinggalkan Tuhan. Utusan dari kerajaan Jerman untuk melihat Katolik di sana juga tidak mendapat kesan yang mendalam. Mereka melaporkan tidak ada keindahan disana. Beda halnya dengan utusannya yang kembali dari Konstantinopel, ibukota Byzantine dan juga pusat kristen Orthodoks. Mereka melaporkan kemegahan gerejanya dan keagungan setiap ritual keagamaan yang dilakukan, sehingga mereka merasa tidak tahu lagi bagaimana menjelaskannya, apakah mereka masih di dunia atau sudah di surga. Laporan itu membuat Vladimir terkesan. Satu faktor lain yang akhirnya membuat Vladimir memutuskan memilih Orthodoks adalah dia ingin menikahi Putri Anna, saudari Kaisar Byzantine.

Lukisan rekaan, pembaptisan Vladimir I



Ketika ikut sholat Jumat di Masjid Besar Moscow, muslim yang paling banyak saya lihat adalah dari keturunan Mongol atau yang bertampang Mongoloid. Hal tersebut mendukung pengetahuan saya bahwa Islam juga tersebar melalui keturunan Jengis Khan si penakluk dari bangsa Mongol yang keturunannya pernah menguasai sebagian wilayah Rusia. Sesuai tradisi Mongol, tanah taklukan yang terjauh dari kampung halaman mereka akan diwariskan kepada putera pertama. Putera pertama Jengis Khan bernama Jochi. Tapi, Jochi meninggal lebih dulu dibandingkan Jengis Khan sendiri. Tanahnya yang disebut Ulus Jochi atau Golden Horde diwariskan kepada kedua putera tertuanya Batu dan Berke. Kedua bersaudara ini terus melakukan penaklukan hingga ke Polandia. Wilayah taklukannya dari Asia Tengah, Kaukasus dan Wilayah Rusia hingga ke Polandia. Ketika Batu meninggal, Berke kemudian menggantikannya. Menguasai wilayah yang sebagian besar penduduknya Muslim, menjadikan Berke mengenal Islam. Ketika dia berada di Bukhara (Uzbekistan) dia bertemu rombongan Karavan seorang sufi yang terkenal bernama Sheikh Saifeddin Boharzi. Dia kemudian bertanya tentang kepercayaan Islam dan akhirnya Berke beralih menjadi muslim yang taat.

Islamnya Berke menjadi salah satu faktor yang konon katanya menyelamatkan Kota Suci Makkah dan Madinah dari serangan dan penghancuran oleh pasukan Mongol yang lain pimpinan Hulagu Khan. Seperti dicatat oleh sejarah, pada tahun 1258 Kekhalifahan Baghdad dihancurkan dan Khalifah terakhir dinasti Abbasiyah dibunuh oleh Hulagu Khan. Tindakan ini membuat Berke yang sudah muslim marah dan kemudian bersekutu dengan Mamluk Kairo. Gerak maju Hulagu Khan setelah menghancurkan Baghdad terhenti setelah harus berhadapan dengan Pasukan Berke Khan. Selain motif kepercayaan, kedua pimpinan Mongol yang masih bersepupu ini dianggap juga berseteru untuk memperebutkan wilayah Kaukasus.

Makam muslim di pegunungan Balkaria, Kaukasus

Tidak ada data yang pasti mengenai jumlah muslim di Negara Federasi Rusia saat ini, perkiraan jumlah muslim berdasarkan etniknya kira-kira 20 juta jiwa. Cukup besar jika dibandingkan dengan total jumlah penduduk Negara Rusia yang sekitar 140 juta jiwa. Muslim Rusia bisa saya bedakan kedalam 3 kelompok. Muslim Tatar, Muslim keturunan Mongol, dan Muslim Kaukasus. Etnik Rusia sendiri mayoritas beragama Kristen Orthodoks. Wilayah Rusia atau dulu Soviet yang penduduknya mayoritas Muslim Kaukasus dan Mongol menjadi wilayah Rusia yang paling tertinggal soal ekonomi. Hal ini menyebabkan banyaknya imigran dari wilayah ini atau dari wilayah ex-soviet yang lain yang membanjiri Moscow, Saint Peterburg dan kota-kota besar lain di Rusia. Mereka menjadi pekerja ilegal dengan upah rendah. Secara tidak langsung, migrasi muslim ini yang menjadi faktor semakin banyaknya Mesjid di kota-kota tersebut. Pemerintah Rusia memberi ijin pembangunan Mesjid atau perluasan Mesjid, karena tiap hari Jumat atau saat hari raya Ied, jalanan di sekitar Mesjid sering tertutup oleh para muslim yang melaksanakan sholat. 



Wallahu alam,
Takbir

Russia Long Way Down Trip - Wajah-wajah Rusia

Penduduk asli dengan etnik Rusia adalah bagian dari etnik slavic atau Indo-Eropa yang tersebar di eropa timur. Mereka bermukim di wilayah Rusia bagian barat, Belarusia dan Ukraina pada jaman sekarang. Seiring dengan semakin luasnya wilayah Rusia setelah penaklukan wilayah-wilayah asia tengah, Siberia dan kaukasus yang penduduk aslinya bukan dari etnik Rusia, menjadikan wajah-wajah Rusia modern makin beragam. Negara Federasi Rusia membagi sistem pemerintahan wilayahnya yang luas dengan istilah Oblast, Kraiy dan Republik. Oblast adalah wilayah di mana penduduknya adalah mayoritas dari etnik Rusia dan dianggap tanah yang benar-benar milik orang Rusia. Kraiy adalah wilayah atau region yang saat ini berada atau dulunya merupakan wilayah perbatasan dengan negara lain. Republik diberikan kepada wilayah-wilayah dimana penduduk aslinya adalah dari etnik tertentu. Seperti Dagestan, Kalmykia, Kabardino-Balkaria, Chechnya dan sebagainya. Total ada 21 republik. Pembagian wilayah berdasarkan etnik adalah salah satu upaya dari pihak Rusia untuk memecah belah etnik non Rusia. Sehingga kekuatan mereka tidak akan menjadi ancaman terhadap kekuasaan Rusia atas tanah-tanah mereka.

Moscow. Anak-anak yang berkostum ala militer disekitar Kremlin menjelang persiapan hari Kemenangan Soviet pada Perang Dunia ke-2


Saint Peterburg. Tentara yang tergabung dalam kelompok marching band rehat setelah gladi resik di Palace Square depan Hermitage

Saint Peterburg. Barisan kelasi muda

Nihniy Novgorod. Rombongan warga Rusia berpose di sebuah model pesawat dalam Kremlin Nizhniy

Nizhniy Novgorod. Bocah perempuan dan bocah laki-laki berpose di atas model kendaraan militer yang dipajang di dalam dinding Kremlin Nizhniy


Kazan. Dua gadis cilik yang berpose di saat sedang rehat latihan persiapan perayaan hari Kemenangan 9 Mei

Kazan. Pertunjukan tarian tradisional Rusia dan Tatar


Kazan. Alfir, yang saya temui di sebuah Mesjid. Wajahnya seperti perpaduan Rusia dan Mongol.
Volgograd. Dari kiri ke kanan: Zhenya dan Nastya, Nastya dan Stash. Di sebuah restoran pancake yang lezat. Ketika mereka bertanya, bagaimana kesan saya terhadap orang Rusia. Saya langsung jawab, kalau orang Rusia itu kurang senyum. Bukan berarti mereka tidak mau membantu, saya banyak dibantu oleh orang Rusia, tapi saya merasa ada yang kurang, senyuman. Atau mungkin kalian terlalu sibuk ciuman hingga lupa senyuman? Mereka cuma tertawa. Kalau begitu, kami akan membiasakan senyum setidaknya 3 kali sehari.. Hahaha.. Ada lagu anak-anak Rusia yang sangat populer berjudul улыбкa (baca: Ulibka) yang artinya senyum. Lyricnya antara lain, От улыбки хмурый день светлей, dari senyuman hari yang mendung menjadi lebih cerah. С голубого ручейка начинается река, Ну а дружба начинается с улыбки. Sungai yang bermula dari kali kecil yang jernih, begitu juga persahabatan yang dimulai dengan senyuman.

Elista. Warga Elista menghabiskan sore dengan menonton pertandingan catur.

Elista. Dua bocah Kalmyk

Chegem, Kabardino-Balkaria. Mukhtar, Ibu Halimat dan bayi Aishana. Mereka dari etnik Balkari.

Chegem, Kabardino-Balkaria. Mukhtar sedang memberikan susu kepada kambing kecilnya.

Chegem, Kabardino-Balkaria.Azamat yang sedang mengerjakan rumah Sauna milik Marat, dari etnik Kabardin.

Chegem. Jamal dan Albert yang bisa seharian di atas kuda mengembalakan domba dan sapinya di pegunungan.

Chegem. Dima yang asli Volgograd, seorang Navigator angkatan udara Rusia. Dia datang ke Chegem untuk berlatih paragliding.

Chegem. Valentina dari Samara dan Lina dari Petegorsk, datang berlibur ke Chegem

Chegem. Lina dan Valentina, belajar terbang.

Chegem. Marat dibalik kemudi mengantar saya ke terminal Nalchik untuk menuju Makhachkala

Makhachkala. Ramazan dari etnik Avari (Dagestan) dan Bella dari Osetia Utara. Mereka yang dengan baik hati mengantar saya berkeliling kota Makhachkala.
Moscow. Pasangan yang sedang foto prewedding di salah satu pintu Museum Sejarah Rusia di Lapangan Merah.
Moscow. Joseph Stalin dan Vladimir Lenin, mungkin mereka sedang membahas kenapa Uni Soviet bisa bubar.

Sampai jumpa Rusia... до свидания




Wassalam,
Takbir

Tuesday, May 22, 2012

Russia Long Way Down Trip - Itinerary dan Budget

Itinerary

Jalur yang saya pilih dari utara ke selatan dan setiap kota yang saya kunjungi tentu saja punya alasan masing-masing. Saint Peterburg – Moscow – Nizhniy Novgorod – Kazan – Volgograd – Elista – Chegem dan Makhachkala.

Saint Peterburg pernah menjadi ibukota Rusia selama 200 tahun. Tata kotanya meniru gaya eropa dengan sejumlah kanal sehingga dikatakan sebagai Venesia-nya Rusia. Dan yang paling harus dilihat jika berkunjung ke sini tentu saja Hermitage. Dulunya Istana Tsar yang kemudian dialih fungsikan menjadi museum. Karya seni termegah dan terindah di Rusia di pajang di sini. Moscow adalah ibukota Rusia modern dan saya ingin melihat Kremlin dan Lapangan Merah yang terkenal itu. Nizhniy Novgorod kota tempat saya pernah hidup selama 3 bulan. Tujuan ke sana tentu saja sedikit bernostalgia dan juga mengunjungi beberapa tempat yang belum sempat saya lihat ketika tinggal di sana.

Kazan adalah ibukota Republik Tatarstan. Saya ingin melihat komunitas muslim Tatar. Muslim Tatar Kazan pernah berkuasa dan memiliki kekuasaan yang kuat sebelum dikalahkan oleh Ivan the Terrible. Volgograd di masa perang dunia ke-2 bernama Stalingrad. Kota yang dipertahankan mati-matian oleh pasukan merah Rusia dari invasi pasukan Nazi Jerman. Kemenangan pasukan Soviet di Stalingrad sekaligus menjadi titik balik kekalahan pasukan Nazi Jerman hingga akhirnya pasukan soviet menguasai Berlin. Elista ibukota Republik Kalimykia, satu-satunya republik dengan mayoritas beragama Budha. Penduduknya adalah orang Kalmyk yang merupakan salah satu keturunan bangsa nomaden Mongolia. Di sini kita melihat mayoritas warganya bermata sipit, hal yang unik karena berada dalam wilayah negara Rusia yang berbeda secara ras dan agama dengan mereka.

Chegem tidak masuk dalam itinerary awal saya, direkomendasikan oleh Stash di Volgograd dan mengatur agar saya bisa ke sana. Lokasinya di antara pegunungan Kaukasus dan pemandangannya benar-benar luar biasa. Makhachkala ibukota Republik Dagestan menjadi kota terselatan dan tujuan terakhir saya.  Dagestan adalah wilayah pegunungan dan lokasi terletak di tepi laut kaspia. Wilayah dengan keragaman suku yang paling beragam di wilayah Rusia, tetapi dengan agama yang sama yaitu Islam. Saat ini menjadi semacam wild-wild south atau red zone di wilayah Negara Rusia. Masih sering terjadi teror bom dan tingkat kejahatan juga katanya yang tertinggi di Rusia.

Akomodasi dan biayanya

Di Saint Peterburg saya tinggal di kamar dorm semalam di Apple Hostel (www.applehostel.ru) seharga 600 Ruble dan semalam di Alpha Hostel seharga 500 Ruble. Di Moscow saya nginap di Godzilla Hostel (www.godzillashostel.com) yang sangat nyaman selama 3 malam, seharga 28 USD atau sekitar 860 Ruble permalam. Di Nizhniy saya tinggal 2 malam di Bugrov Hostel (http://bugrovhostel.ru/en/) yang lokasinya dekat dengan Stasiun Kereta, mereka kasih saya single room seharga 900 Ruble per malam. Di Kazan saya 2 malam di I&I Hostel (inihostel.ru atau email ke iandihostel@gmail.com) dengan tarif 500 Ruble per malam. Di Volgograd saya nginap gratis 2 malam di flat milik Stanishlav Kireev yang saya hubungi lewat komunitas Couch Surfing. Di Elista saya tidak menginap. Di Chegem saya tinggal 2 malam di rumah Marat yang sekaligus menjadi Guest House seharga 1000 Ruble per malam sudah termasuk makan 3 kali sehari. Ibu Marat bersedia memasakkan makanan tertentu sesuai permintaan kita. Biaya akomodasi termahal di Mahachkala, saya harus menginap di Hotel Sport karena tidak punya pilihan lain seharga 2200 Ruble.

Kamar yang disediakan Marat buat saya di rumahnya di Chegem

Setiap kita pindah kota dalam wilayah Rusia, kita harus melakukan registrasi jika kita tinggal selama lebih dari sehari, yang harus dilakukan oleh pihak Hotel/Hostel atau orang Rusia tempat dimana kita tinggal dengan mengisi formulir dan membayar biayanya di kantor Pos terdekat. Tetapi saya hanya diregistrasi oleh Hostel di Saint Peterburg dan Moscow serta Hotel di Makhachkala. Sedangkan di kota-kota lain saya tidak melakukannya. Biaya registrasi di Saint Peterburg 450 Ruble dan Moscow 600 Ruble. Di Makhachkala biaya registrasi sudah termasuk dalam harga hotelnya yang mahal itu. Total biaya yang saya keluarkan untuk akomodasi dan registrasi  11730 Ruble.

Transportasi antar kota

Dari Saint Peterburg hingga Volgograd saya memilih Kereta Api dengan tiket Platskart atau semacam Hard Sleeper. Saint Peterburg-Moscow,  Lama perjalanan sekitar 9 jam 5 menit, seharga  952 Ruble. Moscow-Nizhniy Novgorod, 6 jam 20 menit perjalanan, harga tiket 1080 Ruble. Nizhniy Novgorod – Kazan,  9 jam perjalanan seharga 866 Ruble. Dan Kazan-Volgograd dengan 23 jam 45 menit perjalanan seharga 1300 Ruble. Tiket kereta saya beli langsung di Stasiun, sehari sebelum keberangkatan. Kita juga bisa beli on-line melalui internet di www.rzd.ru tetapi dengan bahasa Rusia.

Stasiun Yaroslavskiy, Moscow, ketika akan menuju Nizhniy Novgorod 

Dari Volgograd perjalanan selanjutnya saya mesti pergi dengan bus. Karena tidak ada jalur kereta penumpang yang menghubungkan kota-kota tujuan berikutnya. Volgograd-Elista dengan minibus 5 jam perjalanan seharga 475 Ruble, tiket beli di terminal bus. Elista ke Nalchik, kota pemberhentian bus sebelum saya lanjut ke Chegem, lama perjalanan 8 jam seharga 600 Ruble bayar langsung ke supirnya. Nalchik-Makhachkala dengan 12 jam perjalanan seharga 850 Ruble bayar langsung ke supirnya. Bus Nalchik-Makhachkala seperti bus ekonomi di terminal Kampung Rambutan. Makin ke selatan Rusia, makin kurang bagus kendaraan publiknya, tetapi jalan rayanya bagus. Khusus Nalchik-Chegem, saya diantar jemput oleh Marat yang juga pemilik Guest House dan yang mengurus tempat Paragliding di sana. Untuk 2 jam perjalanan di perbukitan dengan mobil 4x4 saya bayar 1500 Ruble atau 3000 Ruble pulang pergi Nalchik-Chegem. Jadi total pengeluaran untuk Transportasi antar kota adalah 9123 Ruble.

Dari Makhackala kembali Ke Moscow saya naik pesawat dengan 2,5 jam perjalanan, harga tiketnya 5900 Ruble. Aeroekspress atau kereta khusus dari bandara ke kota Moscow, Vnukovo-Moscow dan Moscow-Sheremetyevo masing-masing 320 Ruble. Kereta berangkat setiap 30 menit dengan waktu tempuh sekitar 35 menit.

Menyusuri wilayah Rusia melalui jalan darat, kita bisa melihat kehidupan pedesaan warga Rusia meski hanya dari balik jendela kereta api




Juga menikmati pemandangan alam liarnya

Serta menikmati perubahan landscape dengan pemandangan yang indah dari setiap tempat yang kita lewati



Transportasi dalam kota

Di Saint Peterburg, bis kota 21 Ruble dan Metro (subway) 25 Ruble. Moscow kemana-mana paling mudah dan murah naik Metro, 28 Ruble. Di Nizhniy Novgorod bis kota dan Marshruta alias angkot ala Rusia, 15 Ruble. Kazan bis Kota 18 Ruble. Volgograd saya kemana-mana diantar Stash (member CS) jadi saya tidak tahu tetapi harusnya sekitar 15-20 Ruble. Di Elista tidak ada bis kota hanya ada Marshruta, 10 Ruble. Dan di Makhachkala saya hanya naik Marshruta, 13 Ruble. Selain Bis kota, Marshruta dan Metro, di sebagian besar kota juga terdapat Tram. Mungkin sekitar 5-10 Ruble lebih mahal dari bis kota/marshruta. Saya tidak tahu pasti berapa pengeluaran saya untuk transportasi dalam kota tetapi kira-kira hanya sekitar 700 Ruble atau maksimal 1000 Ruble.

Makanan

Ada beberapa pilihan untuk beli makanan. Mc Donalds juga hadir di Rusia dengan harga yang lebih ramah, berkisar 100 hingga 200 Ruble. Makanan jadi seperti salad, roti, ikan atau ayam goreng juga bisa di beli di super market dan bisa dihangatkan di Hostel yang rata-rata menyediakan Microwave. Atau kita makan di Kafe. Di Rusia, saya mengartikan Kafe adalah warung makan atau restoran yang tidak mahal. Untuk makan di Kafe rata-rata saya habiskan kira-kira 250 Ruble. Untuk budget makanan saya mempersiapkan 500 Ruble per hari. Untuk menemukan makanan halal memang agak susah.Tapi di daerah-daerah Rusia yang mayoritas Muslim lebih mudah menemukan Kafe dengan tulisan Halal. Seperti di Kazan, Nalchik dan Dagestan. Ketika makan di Kafe biasa (tidak ada tulisan halal) saya hanya memastikan saya makan Ikan saja atau daging ayam, entahlah itu dimasak atau digoreng pakai minyak apaan saya sudah pasrah saja. Untuk 20 hari di Rusia berarti saya mesti menyediakan sekitar 10000 Ruble hanya untuk makanan.

Menu spesial Dagestan, Hinkal
Lain-lain

Saya tidak banyak memasuki tempat atraksi atau hiburan berbayar kecuali Museum. Museum Rusia di Saint Peterburg 350 Ruble. The Hermitage 400 Ruble plus 200 Ruble agar dibolehkan bawa kamera masuk. Museum Sejarah di area Kremlin Moscow 250 Ruble plus tiket tambahan buat bisa motret di dalam 130 Ruble. Museum Panorama Perang Dunia ke-2 di Volgograd 100 Ruble. Dan 2 Museum sejarah di Dagestan masing-masing 30 Ruble. Di Nizhniy Novgorod saya menyempatkan naik wahana bianglala 80 Ruble. Beberapa kaos sebagai suvenir seharga 1500 Ruble.


Untuk tiket pesawat saya mendapat harga 640 USD Hongkong-Saint Peterburg dan Moscow-Hongkong. Opsi termurah yang bisa saya dapatkan tapi harus ke Hongkong dulu. Total pengeluaran saya selama di Rusia adalah sekitar 42000 Ruble atau sekitar 12,5 juta rupiah. Di luar biaya visa sekitar 800 ribu rupiah dan tiket pesawat.

Bersama para mahasiswa Malaysia di Hostel I&I Kazan. Mereka belajar kedokteran di kota Nizhniy Novgorod.


Wassalam,
Takbir