Thursday, June 30, 2011

Turki Trip - Itinerary dan Budget


Berikut Itinerary dan biaya yang saya keluarkan selama trip 10 hari di Turki. Istanbul-Goreme-Pamukkale dan Aphrodisias-Ephesus (Selcuk)-Istanbul. Selama di sana, saya 2 malam di Istanbul, 2 malam di Goreme, 1 malam di Pamukkale, 1 malam di Selcuk, dan 3 malam di bus.

Visa:
Untuk passport Indonesia bisa mendapatkan Visa on Arrival begitu tiba di bandara. Biaya USD25, single entry untuk 30 hari. Sedikit info bahwa di Istanbul terdapat dua bandara, Atatur di sisi Eropa dan Sabiha Gokchen di sisi Asia. Saran saya pastikan saja penerbangan anda tiba dan berangkat di Bandara Ataturk, karena Istanbul (konstantinopel) yang ramai ada di sisi Eropa. Jarak dari bandara ke pusat turis di Sultan Ahmet juga lebih dekat. Hostel di sekitar Sultan Ahmet menyediakan layanan Shuttle ke kedua bandara tersebut setiap 2 jam sekali. 10 TL ke Ataturk dan 25 TL ke Sabiha Gokchen.

Akomodasi:
1. Istanbul. Saya nginap di Antique Hostel (http://www.antiquehostel.com/). Lokasinya di belakang Mesjid Biru Sultan Ahmet. Saya ambil dorm 19 Euro per malam. Saya senang dengan staf-staf Hostel ini yang ramah, dan rooftop restaurannya yang menghadap laut, bisa melihat sisi Asia diseberangnya. Rekomended.
2. Goreme. Saya dapatnya di Gumus Cave Hostel, single room 40 TL per malam. Di sekitar terminal Goreme yang juga pusat kotanya, banyak bertebaran hostel dan pension yang murah, tapi waktu saya ke sana rata-rata full. Setelah bertanya ke sana kemari akhirnya dapat juga di Hostel ini. Mungkin lebih baik jika anda book dulu sebelumnya
3. Pamukkale. Saya ditawari Hostle Mustafa oleh driver shuttle bus yang menjemput dari Denizli. Sangat murah dibandingkan sebelum-sebelumnya dan ruangannya lumayan luas, single room 20 TL per malam. Posisinya juga tidak jauh dari pintu masuk Travertine Pamukkale. Saya Rekommended juga nih.
4. Selcuk. Saya pilih Hotel Artemis atas rekomendasi pengurus hostel Mustafa di Pamukkale. Single Room 40 TL. Lokasinya di belakang terminal Selcuk, walking distance. Sekitarnya juga ramai karena ada pasar dan banyak kafe.

Antique Hostel Istanbul yang serba merah dan Gumus cave di Goreme


Transportasi dalam kota Istanbul menggunakan sistem Jeton atau koin yang kita beli di mesin jeton yang ada di setiap halte tram, metro, atau ferry. Untuk bis dalam kota kita bayar di atas. Harganya semua sama, 1.75 TL. Tram banyak menghubungkan lokasi-lokasi wisata di dalam kota Istanbul, pelajari saja petanya. Yang tidak dilalui tram kita bisa naik bus. Saya naik bus ketika menuju Mesjid Eyup Sultan. Di daerah Eyup Distrik di batas kota Konstantinopel atau Istanbul kuno. Metro merupakan akses tercepat dari halte terakhir metro Aksaray menuju Bandara. Untuk menyeberang ke sisi Asia, naik Tram hingga ke Halte Sirkeci di dekat situ ada loket untuk pembelian jeton.

Transportasi antar kota selama saya di Turki, selalu naik bus Metro. Sangat terpercaya menurut saya, On time dan busnya nyaman. Istanbul – Goreme tiketnya 50 TL. Goreme – Pamukkale tiketnya 40 TL. Pamukkale – Selcuk 15 TL. Dan Selcuk – Istanbul 50 TL. Sedikit tips, untuk menuju Goreme sebaiknya naik busnya diterminal Harem (Harem Otogar) disisi Asia, menghindari kelamaan dijalan karena macet di Istanbul Eropa yang nantinya juga nyebrang ke Asia. Tinggal nyebrang Ferry di Sirkeci seperti yang saya jelasin sebelumnya. Selama perjalanan antar kota di Turki, rata-rata dengan bus malam, jadi bisa sekalian menghemat uang hostel.
Untuk budget makanan, mesti siapin budget lebih. Harga makanan di Turki mahal menurut saya. Untuk standar kafe perlu sekitar 15-25 TL. McD ada juga, sekitar 10 TL. Burger dan Hotdog tepi jalan bisa lebih murah, sekitar 5 TL. Bagusnya bawa kecap dan saos botol kecil, biar bisa lebih nerima rasa masakan Turki di lidah Indonesia kita. Minuman Kaleng 2TL kalo beli di kios-kios tapi di kafe-kafe atau Hostel dijualnya 5TL. Biaya hidup di Turki memang mahal, setara dengan harga bensin yang mencapai 4TL atau 20ribu rupiah per liter!

Terminal Goreme dengan tempat pembelian tiket bus Metro

Selama di Turki saya 2 kali ambil tur. Green Tour di Goreme, 65 TL. Ephesus Tur di Selcuk, 70 TL. Harga kedua tur tersebut sangat pantas saya rasa, karena sudah termasuk tiket masuk, yang rata-rata 10 hingga 20 TL. Makan siang yang enak, dan guide yang informatif. Dan juga rata-rata jarak lokasinya berjauhan dan akan kesulitan jika kita cari-cari tumpangan sendiri. Ntar capek dan habis waktu dijalan lagi. Untuk Istanbul, saya sarankan sih eksplore kotanya aja sendiri naik angkutan umum dan jalan kaki, secara banyak hal-hal menarik yang bisa kita jumpai dengan jalan sendiri.

Admission fee beragam untuk setiap tempat tapi paling mahal 20 TL. Hagia Sofia, Topkapi Palace, Pamukkale Travertine, bayar 20 TL. Galata Tower 11 TL. Museum di Istanbul rata-rata 10 TL. Open Air Museum di Goreme 15 TL. Underground city Cappadocia 10 TL. Ephesus 15 TL. Komplek Aphrodisias 8 TL. Museum kecil di area Hierapolis 3 TL. Untuk mesjid-mesjid semuanya gratis.

Saya sendiri selama 10 hari trip di sana totalnya habis sekitar 500 Euro plus 150 USD. Itu diluar pengeluaran tiket pesawat. Mata uang Turki adalah Turkish Lira (TL). 1 TL sekitar 5300 IDR, 1 Euro = 2.2 TL, 1 USD = 1.5 TL.

Info kecil yang lain bahwa di Turki tuh yang saya kurang nyaman adalah toiletnya. Kayak toilet orang eropa banget, hanya sedia Tissue buat bersihin. Saya atau kita orang Indonesia yang biasa bersihin pake air, jadi agak kurang nyaman. Dan toilet umum sana mesti bayar juga 1 TL. Jadi, kalo udah kebelet, sekalian masuk museum aja dulu, list site yang lain ntar aja. Bisa nebeng di Toiletnya. Gratis dan lebih bersih tentunya.


Wassalam,
Takbir

Wajah-wajah Turki

Orang-orang Turki aslinya berasal dari wilayah Asia Tengah yang sekarang merupakan wilayah negara-negara ‘Stan’ (Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhstan, Tajikistan, Kyrgiztan) dan Wilayah Xinjiang yang dihuni suku Uyghur di China barat. Berbatasan dengan China di timur, Rusia dan Siberia di Utara, dan Persia di selatan. Berbatasan langsung dengan Persia yang ditaklukan Arab Muslim, secara perlahan membuat orang-orang Turki menerima pengaruh Islam dan kemudian memeluk agama Islam. Berasal dari wilayah dengan padang rumput yang luas, menjadikan bangsa Turki terkenal sebagai bangsa pengelana dan handal dalam berkuda. Di masa Kekhalifahan Abbasiyah, orang-orang Turki merupakan prajurit-prajurit tangguh. Kelompok-kelompok suku Turki bersatu di bawah dinasti Seljuk. Dinasti Seljuk berkembang dan melakukan ekspansi dari Asia Tengah ke Persia hingga Anatolia. Di bawah pimpinan Alp Arslan, dinasti Seljuk mengalahkan Romawi dalam perang Manzikert. Kemenangan Seljuk di Anatolia ini memberi dampak terhadap dua hal. Pertama, ancaman kekuasaan Kristen Romawi terhadap kekhalifahan Islam ternetralisir, dan kedua, bangsa Turki mulai membanjiri wilayah Anatolia atau Anadolu dalam dialek Turki yang artinya ‘timur’ dalam bahasa Yunani. Bangsa Turki kemudian mencapai puncak kejayaannya dimasa kekuasaan Usmani. Wilayah Usmani meliputi Asia dan Eropa, sehingga secara tidak langsung menjadi tempat berbaurnya manusia dari timur dan barat yang juga mempengaruhi wajah etnik Turki yang menempati negara Turki modern sekarang ini.

Pria pemilik lapak Souvenir depan Mesjid Biru Sultan Ahmet

Pasangan kakek dan nenek Turki di depan Mesjid Biru Sultan Ahmet. Ketika mereka berpose dipotret anaknya, saya ikut-ikutan motret

Mustafa, pemilik toko Kelontong di jalan tanjakan lewat belakang ke arah Mesjid Suleimaniye. Saya mampir buat beli sabun mandi, karena di Hostel tidak disediakan. Saya bilang 'soap', bapak ini ga ngerti, sambil saya peragain bintang Lux mandi pun dia masih ga ngerti sambil garuk-garuk kepala, ada pantomim gila masuk ke toko kelontongnya. Sudah kehabisan ide buat ngejelasin, sayapun bilang ke dia kalau saya mau beli 'sabun', Voila... dia ngerti, ternyata kata sabun bahasa Turkinya sabun juga. Sama seperti bahasa Arab. Sambil ketawa, kemudian dia ngasih saya permen, dan sebagai balasannya dia minta saya untuk dipotret. Siap, Komandan!

Boruk dan neneknya di komplek Mesjid Eyup Sultan. Boruk menyapa saya dan dia begitu senang mengetahui nama saya pakai kata Ahmad, katanya sama seperti nama kakeknya.

Salih, supir Green Tour yang saya ikuti di Goreme, Cappadocia. Berpose dengan latar makam sultan, yang konon makam Alp Arslan.

Salim dengan pakaian khas pelayan Usmani dan Adiknya Muhammad, menjual es krim di depan Goreme Open Air Museum

Ketika saya mulai kebayang capek dan pegel kejauhan jalan kaki dari Rose Valley yang terletak di sebelah utara Goreme, dan pulangnya juga mesti jalan kaki, tiba-tiba Yasin lewat dengan ATV-nya (All Terrain Vehicle), hendak menuju ke arah yang sama dan dia menawarkan tebengan ke saya. Dengan girangnya saya lompat ke belakang si yasin. Sambil ngebut, dia nanya,
Yasin : nama saya Yasin, nama kamu siapa dan darimana?
Saya : nama saya Ahmad Takbir dari Indonesia
Yasin : Hmm.. Ahmad itu nama Orang Turki
Saya : bukannya itu nama khas orang Arab??
Yasin : Bukan... itu nama orang Turki
Saya ga mau ngasih komen lagi, udah dikasih tebengan malah ngajak debat, ntar diturunin dijalan lagi. hehehe

Dua orang perajin keramik di Selcuk memberikan demonstrasi cara pembuatan keramik dengan gayanya yang kocak.

Semih dan asistennya, menjelaskan kepada kami cara mendapatkan benang sutra dari kepompong ulat sutra dan teknik pembuatan karpet tradisional Turki di pusat pelatihan karpet, Selcuk.

Sekelompok anak sekolah dasar yang berdarma wisata di Museum Aphrodisias, berebutan minta dipotret







Rombongan anak sekolah di komplek Mesjid Biru Sultan Ahmet


Sedikit OOT, ragam pengunjung Mesjid Biru Sultan Ahmet, from Punk to Monk



Hingga Jin lampu

10 days Turkey's trip is accomplished



Wassalam,
Takbir

Saturday, June 25, 2011

Turki Trip - Ephesus (Selcuk)


Perjalanan darat dengan minibus dari Pamukkale ke Selcuk memakan waktu tiga setengah jam. Tiba di terminal Selcuk, saya kemudian bertanya kepada seorang pemuda Turki, yang namanya Albik, di mana letak Hotel Artemis, Hotel yang direkomendasikan oleh staf Hostel di Pamukkale. Hotel ini berada tidak jauh di belakang terminal melewati pasar tradisional yang menjual barang-barang campuran dan sebuah Mesjid. Single room 40TL. Tempatnya bagus dan bersih. Karena tibanya sudah malam, setelah mandi saya keluar cari makan. Di sekitar area itu juga sangat banyak restaurant dan kafe, dan kebetulan pada malam itu sedang ada pertandingan kualifikasi Euro 2012 antara Belgia dan Turki yang ditayangkan langsung di televisi, membuat kawasan itu semakin ramai oleh pengunjung dan teriakan dukungan orang-orang Turki buat timnas mereka. Pertandingan itu sendiri berakhir imbang 1-1. Kembali ke Hotel buat istirahat, esoknya pagi-pagi saya mau ikutan tur ke Ephesus.

Ephesus mulai berkembang dari sebuah desa menjadi kota setelah dikuasai oleh Lysimachia, salah seorang jendral perang Alexander Agung. Sepeninggal Alexander Agung, wilayah-wilayah taklukan di perebutkan dan dibagi-bagi oleh para jendralnya, mengingat Alexander yang mati muda tidak mempunyai anak sebagai penerusnya. Pengaruh Hellenistik juga dibawa oleh penaklukan Alexander di kawasan ini. Ephesus kemudian dikuasai oleh Kekaisaran Romawi pada 88 SM. Sempat terjadi pemberontakan, tapi kemudian berhasil dikuasai kembali oleh Romawi dibawah pimpinan Lucius Cornelius Sulla dua tahun kemudian, 86 SM. Diceritakan bahwa Kaisar Romawi Mark Anthonius dan Ratu Mesir Cleopatra berkunjung pada musim semi ke Ephesus pada 33 SM untuk berbulan madu. Pada masa kaisar Augustus, 27 SM, Ephesus dijadikan ibukota untuk provinsi Anatolia Barat dari Kekaisaran Romawi, sejak inilah Ephesus berkembang menjadi kota besar masa itu. Puncak kejayaan Ephesus terjadi pada abad ke-2 Masehi. Epehesus terkenal dengan Kuil Artemis (Diana) yang karena ukurannya yang sangat besar, menjadikannya salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada masa itu. Selain itu yang bisa dikatakan sebagai landmark Ephesus adalah Perpustakaan Celsus, sebagai penghormatan kepada seorang Senator Romawi sekaligus mantan Gubenur untuk wilayah Anatolia Barat Romawi, Tiberius Julius Celsus Polemaeanus, yang dibangun oleh anaknya, Julius Aquila Polemaeanus. Selesai dibangun pada 135 Masehi. Celsus sendiri dimakamkan dalam sebuah sarkofagus di bawah perpustakaan yang menggunakan namanya.

Perpustakaan Celsus dikatakan memiliki dua belas ribu koleksi buku yang berupa gulungan kertas papirus. Merupakan perpustakaan ketiga terbesar di dunia pada masa itu, setelah perpustakaan di Alexandria dan di Pergamon (Bergama, di masa Turki modern ini). Kayu-kayu papirus diimport dari Mesir untuk dijadikan kertas. Ekspor kayu papirus ke Ephesus kemudian dihentikan oleh pihak Alexandria (ibukota Mesir jaman Romawi), karena takut jumlah buku atau gulungan papirus di Ephesus melebihi jumlah buku di Alexandria sendiri.

Ephesus seperti halnya kota-kota Romawi, mempunyai sarana-sarana umum seperti, pasar, jalan-jalan kota dengan pilar-pilar di kiri kanannya, rumah sakit, Basilika, Hamam (pemandian umum), Toilet Umum khusus laki-laki bangsawan, hingga ‘Rumah Cinta’. Lokasi ‘Rumah Cinta’ ini persis diseberang jalan berhadapan dengan Perpustakaan Celsus. Setelah proses eskavasi, ditemukan lorong bawah tanah yang menghubungkan Perpustakaan Celsus dengan ‘Rumah Cinta’ ini. Jadi kemungkinan, lelaki Romawi dulu, ngakunya ke perpustakaan tapi belajarnya di ‘Rumah Cinta’. Bukti bahwa, dari dulu lelaki emang banyak akal bulusnya. Satu lagi yang harus ada di kota Romawi, Teater. Juga terdapat bekas pelabuhan, karena di masa itu Ephesus berada tepat di tepi laut. Sekarang ini laut terdekat berjarak sekitar 5 KM. Kota terdekat dari Ephesus yang berada di tepi laut adalah Kusadasi. Kota yang pada musim panas menjadi tujuan wisata domestik yang sangat ramai. Kalau ada yang mau ke Ephesus dan berniat menginap semalam, mungkin bisa mencoba nginapnya di Kusadasi saja, lebih ramai dan lebih bagus pemandangannya di tepi laut. Tur Ephesus bisa pesan lewat Hotel.Tapi sepertinya biaya bakalan lebih mahal. Pertimbangan akhir buat pelancong ber-budget ketat kayak saya.

Perpustakaan Celsus

"Rumah Cinta" di seberang jalan dari perpustakaan Celsus. Bekas kamar-kamar terlihat dari sisa reruntuhan

Di sisi jalan dari arah teater ke perpustakaan celsus pada sebuah batu yang dijadikan jalan, terdapat simbol yang berupa gambar hati dengan titik-titik atau lubang, cekungan lingkaran, jejak kaki kiri, gambar perempuan bermahkota, dan sebuah bentuk persegi panjang. Yang bisa diartikan, jika anda sedang patah hati, dan anda punya uang (koin), melangkah ke depan disebelah kiri ada perempuan cantik yang bisa membuat anda senang di atas persegi panjang??? artiin sendiri deh... :)

Teater. Sekali lagi, belum sah rasanya disebut kota Romawi kalau belum ada teaternya. Dulunya dipinggir arena teater ini dipasangi jeruji untuk melindungi penonton dari terkaman binatang buas. Arena teater ini menjadi tempat para sesama gladiator bertarung, dan kadang mereka mesti bertarung menghadapi singa. Gladiator adalah budak yang memang tugasnya adalah bertarung atau dipaksa bertarung. Budak tersebut bisa membeli kebebasannya jika dia mampu memenangkan seratus pertarungan.

Temple of Hadrian. Kuil yang berupa monumen, yang dibuat sebagai penghormatan kepada Kaisar Romawi, Hadrian

Reruntuhan bangunan yang disebut sebagai bekas rumah sakit, diketahui dari simbol api obor dan ular. Obor yang yang melambangkan kehidupan dan ular yang melambangkan penyembuhan.


Yang juga menjadi ciri khas kota Romawi adalah toilet umum untuk para bangsawan dan orang-orang kaya saja. Dudukannya berdekatan tanpa sekat, dan dikaki mereka mengalir air buat cebok. Kasian orang yang berada di paling ujung, menggunakan air bekas orang-orang sebelumnya. Jadi kebayang mereka buang air sambil melihat orang disebelahnya juga melakukan kegiatan yang sama. Para bangsawan dan orang kaya ini, konon kadang membawa budaknya pada saat cuaca dingin, bukan buat nyebokin, tapi disuruh duduk di atas batu marmer tempat buang hajat tersebut, sampai marmer tersebut agak hangat, baru majikannya duduk dan buang hajat disitu.


Ephesus menjadi tempat penyebaran ajaran kristen awal. Mereka menyebarkan ajaran dan mengajak orang-orang dengan cara sembunyi-sembunyi, karena Romawi masih memusuhi dan menyiksa setiap penganut kristen. Paul dikatakan juga pernah berada di kota Ephesus untuk menyebarkan ajaran kristen, sebelum dia pergi meninggalkan kota untuk menghindari pengejaran orang-orang Romawi pagan dan juga kaum Yahudi yang memusuhi penganut kristen. Untuk saling mengenali orang yang menganut kristen, mereka membuat simbol yang hanya diketahui oleh antar penganut kristen. Simbol yang mirip roda kereta dibawah, merupakan kombinasi dari rangkaian huruf Yunani kuno yang membentuk kata yang berarti 'Ikan'. Penganut kristen yang baru datang pertama kalinya ke kota Ephesus akan mengetahui bahwa ada penganut kristen di dalam kota dengan melihat simbol tersebut.

Diluar komplek Ephesus, ada sebuah kafe dengan simbol 'ikan'. Ketika saya mendekat untuk mengambil gambar simbol tersebut, pelayan kafe langsung menghampiri dan menyapa, silakan masuk, kami menyediakan liquor, beer, wine, etc. Saya cuma minta maaf, kalau saya cuma mau ngambil gambar saja.

Dari komplek Ephesus kami menuju ke Museum, tempat menyimpan artefak-artefak dari hasil eskavasi di komplek Ephesus yang masih bagus. Diantaranya terdapat patung dewa Bes. Yang dipercaya sebagai dewa 'kesuburan' alias fertilitas yang menjaga ibu ketika hamil hingga melahirkan. Bentuknya yang aneh dan 'tidak masuk akal', membuat ibu yang ada dirombongan kami nyeletuk, "it's not true". Rombongan anak sekolah dasar yang berkumpul didepan pajangan patung Bes ini pada ketawa cekikikan. Kemampuan dewa Bes bisa disejajarkan dengan kemampuan almarhumah mak Erot, penolong pria-pria Indonesia yang merasa kurang jantan... hohohohoho

Patung dewi Artemis (Diana) yang juga dianggap sebagai dewi kesuburan, digambarkan dengan sosok wanita berpayudara sangat banyak. Di Museum ini juga ada sebuah maket kuil Artemis yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia di masanya.


Berikutnya kami menuju ke lokasi bekas Kuil Artemis. Di sini sisa-sisa kuil sudah tidak banyak, cuma menyisakan sebuah pilar. Kuil Artemis dihancurkan oleh para penganut kristen, ketika agama Kristen resmi diterima sebagai agama negara oleh penguasa Romawi. Banyak batu-batu, bahan bangunannya yang diambil dan digunakan untuk bangunan lain. Konon, termasuk beberapa ada yang diangkut ke Konstantinopel untuk membangun Hagia Sofia. Gambar dibawah memperlihatkan, bahwa di tempat ini telah melewati beberapa masa kekuasaan dan pengaruh budaya yang berbeda. Reruntuhan kuil Artemis dari kebudayaan Hellenistik, katedral dari jaman Romawi, Benteng di puncak bukit peninggalan Dinasti Seljuk, Masjid yang dibangun pada masa Usmani, dan perumahan penduduk jaman sekarang, Turki modern.

Selanjutnya kami mengunjungi tempat kerajinan keramik dan karpet. Keramik yang dibuat dan kemudian dilukis motif dan gambar yang menarik diatasnya, dijamin otentik dan tidak sama antara karya yang satu dengan yang lain, karena dilukis dengan manual oleh senimannya tanpa menggunakan alat cetak.

Selanjutnya di tempat semacam balai pelatihan pembuatan karpet tradisional yang katanya 100 persen dibiayai dinas pendidikan pemerintah Turki, kami diperlihatkan cara pembuatan karpet dan cara menghasilkan serat atau benang sutra dari kepompong ulat sutra. Kami juga disilakan mencoba merasakan perbedaan permukaan beberapa karpet yang telah mereka buat. Untuk menghasilkan sebuah karpet dari benang wol atau kapas memakan waktu sekitar 7 bulan, tapi untuk karpet dari benang sutra yang ukurannya hanya separuh dari ukuran karpet sajadah, bisa menghabiskan waktu setahun! Pantas aja mahal. Tapi pegawai balai latihan tersebut menjamin harga yang diberikan harga yang termurah, karena itu tadi, semua bahannya seratus persen dibiayai oleh pemerintah Turki.

Kembali ke Hotel setelah tur, istirahat sebentar untuk kemudian menuju terminal bus. Malamnya berangkat ke Istanbul. Lama perjalanan Selcuk ke Istanbul sekitar 10 jam. Dengan begitu selesai pula perjalanan 10 hari saya ke Turki. Rasanya 10 hari kurang, tapi dengan memaksimalkannya saya bisa mengunjungi tempat-tempat yang memang sudah ada dalam plan itinerary saya sebelumnya dan yang paling penting juga, budgetnya pas sesuai perhitungan biaya yang saya persiapkan. Turki, suatu saat mungkin saya kembali lagi.



Wassalam,
Takbir

Thursday, June 23, 2011

Turki Trip - Aphrodisias


Aphrodisias berjarak sekitar 55 Km dari Pamukkale. Untuk menuju ke sana, saya ditawari oleh pihak Hostel untuk daftar di kantor Tour sebelah hostel, cuma tidak disediakan guide. Hanya disediakan transport pergi dan pulangnya. Biayanya 30 TL. Berangkat pukul 9.30 dan pulangnya 14.00. Jadwal bus saya ke Selcuk masih jam 16.30, daripada bengong, mending ikutan ke Aphrodisias. Kami semua hanya berlima, bersama pasangan Jepang dan pasangan Amerika. Jarak 55 Km itu ternyata jarak udara, tapi kalau lewat darat kita mesti mengitari sebuah gunung yang tinggi dan gede banget, sepertinya puncaknya ketutup salju. Sebelumnya kata orang hostel, lama perjalanan kira-kira 1 jam 15 menit. Dengan minibus Mercedes yang nyaman (karena hanya berenam dengan supir), kami benar-benar tiba setelah 1 jam 15 menit. Satu hal yang saya catat bahwa, orang-orang Turki yang mengurus travel benar-benar on time soal lama perjalanan. Tapi selama perjalanan saya sempat khawatir, bapaknya suka ngebut, mata saya kadang-kadang melirik speedometer yang nyundul-nyundul ke angka 160 Km/H! Akibatnya, kami sempat dicegat polisi lalu lintas. Kami, para penumpang, saling pandang dan punya kesimpulan sama, over speed… Hehehehe… Kami diturunkan di terminal, dan disitu sudah ada shuttle ‘traktor’ yang akan mengantar kami ke dalam komplek Aphrodisias.

Aphrodisias adalah sebuah kota yang dibangun oleh seorang pemuka dari warga setempat yang bernama Zoilos, kira-kira 2 abad sebelum Masehi. Komplek ini awalnya berfokus pada pembangunan kuil buat sang Dewi Cinta Aphrodite dan sebuah Teater terbuka. Pada perkembangannya kemudian banyak bangunan publik disekitarnya, seperti pemandian umum, balai kota dan tempat tinggal. Berada di komplek Aphrodisias, saya merasa tidak berada di Turki, tapi di Yunani. Sangat banyak patung-patung yang merupakan tokoh-tokoh yang berasal dari cerita mitologi Yunani. Kebudayaan Yunani atau lebih dikenal sebagai Hellenistik, di bawa dari barat oleh Alexander the Great of Macedonia, bersama dengan penaklukannya hingga ke Afghanistan. Di Afghanistan, kebudayaan Hellenistik bertemu dengan kebudayaan Hindu dan Budha pada masa itu. Ada yang berpendapat (dan saya juga berpikir demikian), bahwa Image dari Buddha seperti yang kita liat pada patung-patung Buddha sekarang-sekarang ini, mulai digambarkan setelah ada interaksi dengan budaya Hellenistik ini. Sebelumnya sang Buddha tidak pernah digambarkan dalam wujud manusia, ajarannya menyebar tanpa ada penggambaran Image tentang sang Buddha. Kalau kita perhatikan sepintas, memang bentuk bibir dan hidung, detail pahatan rambut sang Buddha, mirip dengan pahatan patung-patung dewa-dewi Yunani. Tapi, namanya juga pendapat.

Aphrodisias kemudian dikuasai oleh bangsa Romawi. Bangsa Romawi jauh sebelumnya memang sudah mengadopsi kebudayaan Yunani. Bedanya mereka menamai sendiri dewa-dewi Yunani. Contohnya Zeus dengan Jupiter, Hera dengan Juno, Poseidon dengan Neptune, Hades dengan Pluto, Athena dengan Minerva, Aphodite dengan Venus, dll. Tapi peran dan kemampuan dewa-dewi tersebut tetap sama. Bangsa Yunani dikatakan imajinatif, sedangkan bangsa Romawi lebih religius. Illiad, yang dianggap merupakan karya sastra pertama yang menuliskan Mitologi Yunani, ditulis oleh Homer, dipercaya hidup sekitar 1000 tahun sebelum Masehi.

Bangsa Yunani menciptakan Dewa mereka sesuai imajinasi mereka. Hal itu tidak pernah singgah di pikiran manusia sebelumnya. Hingga kemudian, para dewa tak sama dengan kenyataan. Mereka tidak sama dengan makhluk hidup lainnya. Di Mesir, patung tinggi dan tidak bergerak adalah representasi dari kekuatan yang menguasai kehidupan manusia. Atau patung wanita yang berkepala kucing yang mengesankan kekejaman. Atau patung sphinx raksasa yang jauh dari kehidupan manusia. Di Mesopotamia, relief binatang dibuat seperti relief binatang buas yang tidak pernah dikenal sebelumnya, yaitu manusia berkepala burung dan singa berkepala sapi, keduanya memiliki sayap elang, dan itu adalah hasil ciptaan para seniman yang menciptakan suatu hal yang tidak pernah terlihat kecuali dalam pikiran mereka sendiri. Berbeda dengan patung dewa ciptaan bangsa Yunani yang begitu alamiah dan indah, membuat alam semesta digambarkan jadi lebih rasional (pada masa itu).

Para dewa bangsa Yunani menjadikan langit sebagai tempat nyaman dan menyenangkan. Bangsa Yunani senang dengan hal seperti itu. Mereka tahu apa yang dilakukan para dewa di sana, apa yang mereka makan dan minum, di mana mereka mengadakan perjamuan makan dan bagaimana mereka menghibur diri. Tentu saja dewa ditakuti, mereka sangat kuat dan berbahaya ketika marah. Namun dengan cara yang tepat seorang manusia dapat berhubungan baik dengan mereka, bahkan bebas menertawai mereka. Zeus, raja para dewa, yang selalu menyembunyikan perselingkuhannya dari istrinya Hera, namun selalu terbongkar, adalah figur yang baik dan menyenangkan, dan bangsa Yunani menyukainya. Hera, tipikal istri pencemburu, pandai membuat muslihat untuk mengganggu suaminya dan menghukum wanita yang menjadi saingannya. Cerita-cerita demikian dibuat agar bangsa Yunani merasakan keramahan. Tertawa di depan Sphinx Mesir atau burung buas Assyria tidaklah dapat dibayangkan, namun hal demikian alamiah di Olympus, dan membuat para dewa cocok menjadi teman. Para dewa bumi juga sangat ramah dan manusiawi. Dalam wujud laki-laki dan gadis yang menyenangkan mereka mendiami hutan, sungai, dan laut.

Memasuki museum Aphrodisias, saya banyak melihat patung-patung pasangan sejoli yang ada dalam cerita Mitologi Yunani. Kisah cinta Eros alias Cupid dengan Psyche, Achilles dengan Penthesilea ratu Amazon, Poseidon dengan istrinya Amphitrite, Polyphemos dan Galatea, cinta satu malam Aphrodite dengan Anchises. Semuanya seolah-olah sebagai bukti bahwa Aphrodite selalu terlibat dalam setiap kisah cinta manusia yang bahagia, maupun yang tragis. Selain itu terdapat juga patung-patung yang merupakan peninggalan Romawi, seperti patung Kaisar Nero dan Ibunya, Kaisar Tiberius, Relief-relief yang menceritakan tentang kejayaan dan kemenangan dalam perang bangsa Romawi. Ketika Romawi kemudian menjadikan Kristen sebagai agama resmi, patung-patung dewa yang dianggap peninggalan pagan banyak yang di rusak. Kuil Aphrodite sendiri kemudian berubah fungsi jadi gereja pada sekitar 500 Masehi.

Reruntuhan gerbang utama memasuki kuil Aphrodite. Setelah dikonstruksi ulang, pada saat pertama kali ditemukan dan dieskavasi, semua bagian-bagian ini terpencar karena rubuh akibat gempa.

Bekas Kuil Aphrodite yang kemudian berubah fungsi jadi gereja di jaman Romawi Kristen.


Bouleuterion atau balai pertemuan. Didesain seperti mini teater, karena selain sebagai tempat pertemuan dan berkumpul, juga digunakan sebagai tempat pertunjukan drama.

Sisa-sisa reruntuhan di sekitar komplek Aphrodisias, yang cukup memberi gambaran bahwa, kota ini dihuni banyak penduduk dipuncak kejayaannya. Aphrodisias mulai ditinggalkan oleh penduduknya yang mengungsi dan melarikan diri pada sekitar 1200 Masehi, setelah bangsa Turki dari dinasti Seljuk berhasil berkali-kali mengalahkan pasukan Romawi di Anatolia.



Kayaknya belum sah disebut sebagai kota bekas Romawi jika tidak ada teaternya.

Sebasteion. Tempat yang berupa altar keagamaan yang memuja Kaisar Romawi sebagai dewa.


Sarcofagus atau peti mati dari batu, dengan ukiran kepala Medusa. Medusa, dewi berambut ular yang jika kita melihat matanya, maka akan mengubah kita jadi patung batu seketika, dipercaya sebagai pelindung orang yang mati dikehidupannya di dunia bawah (Under world). Dunia bawah dikuasai oleh Hades, saudara laki-laki Zeus. Menurut Mitologi Yunani, untuk menuju ke dunia bawah, kita akan melewati gerbang Tartarus yang dijaga oleh Cerberus, anjing berkepala tiga, yang membiarkan semua arwah untuk masuk, namun tidak mengijinkannya untuk kembali.

Shuttle Traktor


Setelah mengunjungi Aphrodisias kembali ke Pamukkale, serasa baru pulang tur dari Yunani.


Wassalam,
Takbir