Friday, December 30, 2011

Yang Patut Dipelajari dan Dicontoh dari Jepang

Jepang termasuk negara maju di dunia. Lebih dikenal dengan kemajuan teknologinya. Siapa yang tidak tahu Toyota, Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, merk kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan-jalan kota hingga kampung di Indonesia. Sony, Panasonic, Sharp, Sanyo, Sega, Nintendo, Toshiba, Sanken adalah beberapa perlengkapan elektronik yang banyak digunakan masyarakat kita. Belum lagi Komatsu alat berat raksasa yang mengeruk tambang-tambang alam di negara kita. Itu semua hasil dari keterampilan dan kreatifitas masyarakat Jepang. Dan jangan lupa, bahwa Jepang adalah negara yang pernah hancur lebur setelah kalah dalam perang Dunia ke-2. Namun dalam waktu cepat kembali mampu mengejar ketertinggalannya. Tapi, sebelum kita bermimpi bisa menjadi maju dalam hal teknologi, sebaiknya kita pelajari dulu hal-hal baik yang diterapkan oleh masyarakat Jepang dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dan kalau bisa, kita meniru hal-hal baik tersebut.

Jepang mulai membuka hubungan dengan dunia luar setelah restorasi Meiji. Kaisar Meiji bukan cuma menggiatkan pendidikan dan keilmuan serta pembangunan infrastruktur dan militer untuk mensejajarkan diri dengan bangsa barat yang lebih maju waktu itu, tapi dia juga melarang masyarakat Jepang bertingkah laku yang bisa membuat bangsa lain menganggap bahwa bangsa Jepang adalah bangsa yang berpengarai rendah dan tidak sopan. Sang Kaisar bahkan melarang warganya meludah sembarangan.

1. Antri. Menyeberang jalan antri. Naik tangga jalan antri. Masuk lift antri. Untuk naik kereta antri. Makan di warung antri. Bahkan untuk ke toilet umum juga antri. Antri memang sudah menjadi budaya di Jepang. Saya pernah lihat antrian mengular mengelilingi sebuah bangunan, dengan penasaran saya ingin melihat mereka sedang antri apa, ternyata antri di sebuah warung makan. Tidak cuma tertib, mereka juga sabar ketika antri.

2. Kebersihan. Jepang menerapkan sistem pemisahan sampah. Sampah basah atau limbah rumah tangga, sampah plastik dan botol, sampah kaleng, serta sampah kertas. Dan mobil pengangkut sampahnya juga di bedain. Kebersihan bukan cuma karena kesadaran masyarakat Jepang tapi juga usaha pemerintah untuk menyediakan tempat sampah di banyak lokasi. Dan yang saya perhatikan, setiap ada acara keramaian atau festival, maka di situ akan banyak pula terlihat tempat sampah sementara disediakan serta petugas yang khusus mengingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Sehingga begitu acara selesai, lokasi acara tetap terjaga kebersihannya. Kalau di Indonesia petugas kebersihan biasanya baru bekerja setelah acara selesai.

Bukan cuma stand makanan dan suvenir, stand khusus untuk membuang sampah juga disediakan ketika Yokohama Festival.

Relawan atau petugas kebersihan? yang berkostum pasukan anti teror, memunguti sampah di jalan utama Akihabara.


3. Fasilitas Umum. Bukan negara maju kalau fasilitas umumnya jelek. Saya tidak (atau belum) pernah melihat jalan berlubang. Bahkan di luar kota sekalipun. Mobil di sini kelihatan baru semua bukan cuma karena tertib berlalu lintas saja tapi bisa jadi karena tidak pernah merasakan jalanan jelek. Tangga jalan dan lift bukan cuma ada di Mall-Mall saja, tetapi juga di jembatan penyeberangan. Lift ini sebenarnya dikhususkan buat penyandang cacat dan orang lanjut usia. Papan petunjuk jalan dan peta kota banyak kita temui. Biasanya saya gunakan untuk mencari lokasi toilet umum terdekat hehehe... Ruang yang disediakan buat pejalan kaki sangat lebar. Bisa dibilang di sini kita sudah jarang menginjak tanah, karena tanahnya sudah ketutup trotoar ama beton. Tapi bukan berarti tidak ada ruang hijau. Di sini sangat banyak taman. Selain sebagai tempat bermain anak-anak, taman juga merupakan evacuation point jika terjadi bencana gempa yang sering terjadi. Di Jepang juga saya belum pernah mengalami yang namanya mati lampu. Semua lampu jalan otomatis, jadi jangan kaget jika lagi jalan di jalan kecil yang gelap, terus tiba-tiba lampunya nyala sendiri.

Warga Tokyo bertamasya di Taman Yoyogi


4. Pelayanan Umum. Orang Jepang senang membantu, jangan segan untuk bertanya jika khawatir tersesat di jalan. Bukan cuma kepada orang lewat, tapi jangan takut bertanya pada petugas polisi atau satpam gedung. Ketika saya mengurus Alien Card (semacam kitas atau keterangan ijin tinggal sementara kalau di Indonesia) di kantor distrik, atau mungkin kalau di Indonesia itu kantor kelurahan, terdekat dari tempat tinggal. Saya melihat bagaimana petugas melayani kita sambil berlari-lari kecil dan banyak menunduk hormat. Saya jadi segan sendiri. Untuk urus Alien card ini cuma menunggu sekitar 15 menit dan diminta datang lagi 2 minggu kemudian untuk mengambil kartunya. Saya pernah mengalami kecelakaan, tangan saya kesiram minyak panas ketika masak. Karena sudah tengah malam dan klinik yang saya datangi sudah tutup, petugas keamanan disitu lalu menelpon ambulance untuk saya. Dan sekitar 10 menit kemudian ambulance datang dan membawa saya ke rumah sakit. Baru kali ini saya diangkut ambulance dan di negeri orang pula. Mana saya langsung di bawa ke ruang emergency. Makin banyak saja pengalaman saya di Jepang... Hahaha (ketawa miris)... Dengan mempunyai kartu asuransi kesehatan Jepang, kita cukup membayar 30 persen dari total biaya pengobatan. Kualitas pelayanan umum memang tinggi di sini karena gaji yang diberikan pemerintah kepada pegawai negeri juga tinggi. Dengar dari teman, gaji pegawai negeri di Jepang lebih tinggi daripada pegawai perusahaan. Contohnya saja, guru adalah pekerjaan yang terhormat dengan gaji yang pantas. Masih berlawanan dengan kondisi di negara kita.

5. Transportasi publik. Ini yang paling bikin saya ngiler, ingin agar negara kita bisa memiliki sistem transportasi publik yang memadai seperti di Jepang. Bagaimana negara kita bisa berjalan cepat mengejar ketertinggalan jika berangkat kantor saja terjebak macet terus. Tenaga dan konsentrasi habis di jalan. Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya. Transportasi utama dan massal di Jepang adalah kereta api. Melayani jalur yang sangat banyak, jumlah kereta yang banyak pula memungkinkan mereka bisa mengatur agar kereta berangkat setiap 10 hingga 5 menit pada jam-jam sibuk. Ketinggalan kereta tapi 5 menit kemudian datang kereta selanjutnya.

Bukan berarti budaya masyarakat Jepang tidak memiliki kekurangan. Tapi cukup yang bagus-bagus saja kita cari tahu untuk kita pelajari dan berharap bisa kita tiru di negara kita.



Wassalam,
Takbir

Sunday, December 25, 2011

Biaya Hidup di Jepang

Jepang termasuk negara dengan biaya hidup yang termahal. Untuk membandingkan biaya hidup atau harga barang kebutuhan sehari-hari suatu negara dengan negara lain, paling gampang menurut saya adalah dengan membandingkan harga bahan bakar bensin. Kalau di Indonesia, harga bensin per liter adalah IDR 4500, di Jepang harganya sekitar JPY 150 atau IDR 16500 (kurs saat tulisan ini dibuat). Jadi bisa kita perkirakan harga-harga di Jepang adalah hampir 4 kali lipat harga di Indonesia. Tapi ini cuma sekedar pembanding kasar saja.

Rata-rata orang Jepang tinggal di apartemen atau flat atau rumah susun. Terutama yang tinggal di kota-kota besar seperti Tokyo dan sekitarnya, antara lain Yokohama, Kawasaki, Saitama, Chiba, atau Kashiwa. Bisa ditebak karena harga tanah sangat mahal. Dari info beberapa kawan lokal, harga flat di Tokyo untuk satu kamar dengan dapur dan kamar mandi sekitar JPY 80000 per bulan (sekitar 8,8 juta Rupiah). Informasi lain, untuk apartemen ukuran 50 meter persegi harga sewanya sekitar JPY 160000 per bulan(sekitar 17,6 juta Rupiah). Apartemen dan flat tersebut tanpa furniture alias kosong. Harga sewa juga belum termasuk biaya listrik perbulan. Pembayaran awal kira-kira sebesar empat kali harga sewa perbulan, untuk biaya sewa, uang jaminan, fee ke agency apartemen, dan biaya-biaya lain. Buat yang ingin traveling ke Jepang pilihan penginapan termurah tentu saja Hostel atau Guesthouse dengan harga sekitar 2000 hingga 3000 JPY per malam untuk kamar dorm.

Sarana transportasi utama di Jepang adalah Kereta Api. Stasiun atau Eki, dalam bahasa Jepangnya, jumlahnya sangat banyak dan menghubungkan semua tempat-tempat utama. Jaringan rel kereta dan jalur kereta yang banyak dan rumit menurut orang jepang sendiri kadang membingungkan. Kereta sebagai alat angkutan utama dan massal pada jam-jam sibuk berangkat dan pulang kerja sangat penuh dan berdesak-desakan. Padahal kereta dengan 10 gerbong tersebut cuma berselisih 5 menit dengan kereta selanjutnya. Jalur kereta utama dioperasikan oleh perusahaan kereta api pemerintah Jepang yang dikenal dengan nama JR atau Japan Railway, dan beberapa jalur khusus yang dioperasikan oleh pihak swasta. Ongkos yang mesti dibayar bergantung dari jarak antar stasiunnya. Paling murah 130 JPY. Sedikit gambaran, ongkos dari Tokyo ke Yokohama yang berjarak sekitar 30 KM dengan waktu tempuh sekitar 40 menit adalah 450 JPY atau sekitar 50 ribu Rupiah. Supaya tidak perlu repot membeli karcis setiap kali naik kereta, sebaiknya beli kartu isi ulang Suica atau Pasmo. Untuk mendukung jaringan Kereta Api, juga terdapat Subway atau Kereta bawah tanah, tapi cuma dalam kota dan sekitarnya saja. Jaringan Subway di Yokohama hanya satu jalur saja. Tapi di Tokyo, jalurnya sama rumitnya dengan jalur kereta api. Bus kota beroperasi untuk menghubungkan tempat-tempat yang tidak di lalui kereta api atau subway. Bus ini juga menjadi penghubung antar stasiun yang beda jalur. Ongkos bus jauh dekat 220 JPY (sekitar 25 ribu Rupiah). Taksi menjadi pilihan terakhir atau jika jarak tidak terlalu jauh dan anda berempat, bisa patungan bayar Taksi. Ongkos taksi 710 JPY (80 ribu Rupiah) untuk 2 kilometer pertama dan bertambah 100 JPY per 500 meter setelahnya. Taksi di Jepang sekelas Silver Bird kalau di Jakarta, dan dilengkapi dengan GPS. Kalau tidak bisa bahasa Jepang, pastikan bawa alamat tujuan atau peta tujuan dalam bahasa Jepang untuk di tunjukkan ke supir, karena rata-rata supir taksi di Jepang tidak bisa bahasa Inggris.

Kondisi dalam kereta JR.

Di Jepang sangat banyak terdapat convenience store (7eleven, FamilyMart, Sunkus, Lawson, etc) yang menjual makanan jadi atau bento dengan porsi yang mengenyangkan. Harganya sekitar 400-500 JPY. Yang menjadi masalah adalah bagi yang muslim, bisa dibilang hampir semua bento itu ada daging babinya. Ada juga kadang yang cuma daging ayam saja atau ikan. Tapi bagi saya yang belum bisa baca Kanji, tentu sangat susah. Kadang jengkel sendiri tidak bisa baca Kanji. Untuk sekali makan di restoran atau foodcourt minimal sediakan 1000 JPY. Harga air mineral 2 liter sekitar 170 JPY jika belinya di convenient store tapi cuma sekitar 100 JPY jika belinya di supermarket yang khusus jual bahan makanan. Coca-cola atau Fanta kaleng sekitar 120 JPY di vending machine yang banyak di tepi jalan. Untuk berhemat tentunya dengan masak sendiri. Supermarket yang menjual bahan makanan dengan berbagai sayur-sayuran segar, daging, dan ikan terdapat di mana-mana. Beras 5 kilo harganya 2000 JPY. Harga bahan makanan sekitar 4 kali harga di Indonesia. Supermarket buka dari jam 10 pagi hingga jam 9 malam, dan sejam terakhir sebelum tutup mereka akan memberi diskon hingga setengah harga untuk makanan jadi, daging dan ikan. Orang-orang Jepang sangat ketat dalam hal kualitas makanan. Kita juga bisa menemukan toko-toko khusus yang menjual bumbu-bumbu impor termasuk dari Indonesia seperti Kecap ABC, sambel, dan bumbu Indofood dengan harga sekitar 50 hingga 70 ribu Rupiah per botol.

Untuk Harga pakaian di Jepang tergantung kualitasnya juga. Ya itu tadi, perkirakan saja harganya minimal 2 hingga 4 kali harga di Indonesia. Bahkan untuk merk Nike atau Adidas yang saya anggap di mana-mana sama saja, di Jepang tetap 3 kali lebih mahal. Tetapi banyak juga toko pakaian dengan harga yang terjangkau. Mahal, tapi tidak mahal-mahal amat.

Harajuku selain sebagai tempat kumpulnya remaja berpakaian modis dan ekspresif, juga menjadi tujuan belanja pakaian buat remaja di Tokyo dan dari luar Tokyo karena harganya yang lebih terjangkau.


Mitsui Outlet Park Yokohama Bayside. Di sini terdapat outlet merk-merk terkenal. Namanya saja yang outlet tapi harganya tetap saja harga merk asli di Indonesia. Ke sini buat jalan-jalan dan lihat-lihat saja. Beda harga dengan yang di mall paling cuma 10 persen.



Untuk barang-barang Elektronik saya kira harganya tidak jauh beda dengan di Indonesia. Malah kadang bisa dapat harga yang sedikit lebih murah. Menurut kawan, jika anda berbelanja barang elektronik di Jepang setelah sepakat harga dengan penjualnya, dengan memperlihatkan visa turis/kunjungan anda, maka anda bisa mendapatkan potongan 5 persen.

Jalan utama di pusat penjualan elektronik Akihabara Tokyo di blok untuk kendaraan bermotor pada akhir pekan dari pagi hingga petang. Dikhususkan buat pejalan kaki.


Mudah-mudahan bisa sedikit memberi gambaran biaya yang mesti disediakan untuk hidup di Jepang. Jangan lupa bahwa biaya hidup berbanding lurus dengan gaya hidup.


Wassalam,
Takbir