Saturday, February 14, 2009

Nizhny Novgorod, Russia (7- Habis)

Kurang seminggu lagi saya pulang. Rindu dengan tanah air, udaranya, hujannya, panasnya, bahasa dengan beragam dialeknya, senyum masyarakatnya, sedap masakannya, dan tentu saja rindu pada orang tua dan keluarga. Hampir 3 bulan saya jauh dari tanah air, pengalaman pertama meninggalkan negara sendiri. Dan saya tidak pernah menentukan negara mana yang akan menjadi negara tujuan. Mungkin dari kecil cuma Arab Saudi yang terlintas di benak, menjadi negara tujuan, itupun dengan alasan menunaikan ibadah haji (Insya Allah). Namun, saya selalu berdoa dan berharap, bahwa negara manapun yang nantinya saya tuju, Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi saya dan kemana Dia mengarahkan saya untuk bisa semakin memahami kebesaran-Nya. Jadi, jika memang ada kebaikan bagi saya di manapun itu, mudah-mudahan di perlancar urusannya, dan jika tidak maka halangilah (dengan berbagai cara) keinginan saya itu.

Berbagai kesempatan dan tawaran untuk keluar negeri sudah berkali-kali datang dan gagal dengan berbagai alasan. Akhirnya, Russia, negara yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, menjadi negara pertama. Dan kota yang menjadi tujuan adalah Nizhny Novgorod. Kota yang dari sejarahnya didirikan pertama kali pada 1221 Masehi. Kota ini saya lihat tidaklah semodern dengan kota-kota lain di negara eropa barat. Tapi setidaknya fasilitas yang ada sudah hampir sama dengan yang dimiliki Jakarta. Transportasi publik dalam kota sangat bagus, ada bus yang mirip busway, mini bus, trolley, dan trem.

Dari pengamatan saya selama di sini, masih banyak orang lanjut usia yang bekerja. Contohnya cleaning service di kantor-kantor itu rata-rata udah nenek-nenek, bandingkan dengan di Jakarta yang semuanya bisa dibilang masih sangat muda. Di dalam bus jika berangkat kerja juga mayoritas isinya orang tua. Petugas security kantor juga rata-rata sudah bisa dibilang memasuki usia pensiun kalo di Indonesia. Selama musim dingin saya di sini, berangkat kerja jam tujuh pagi, langit masih sangat gelap, udara sangat dingin, tapi itu tidak menghalangi masyarakat sini untuk keluar mencari rejeki. Toko-toko sudah buka jam segitu. Lebih kagum lagi dengan orang-orang yang bekerja membersihkan jalan dari salju, agar kendaraan tidak selip karena licin. Mereka sudah mulai bekerja jam 2 pagi!

Bagaimana dengan sikap keseharian mereka? Sangat ramah saya kira. Jauh dari bayangan saya sebelumnya, kalo orang Russia itu tidak welcome dengan orang asing. Yang menjadi kendala mungkin cuma bahasa. Jadi kadang-kadang untuk berkomunikasi, saya pake bahasa Tarzan. Selama kerja pun saya kadang merasa diperlakukan bukan sebagai pekerja asing, melainkan sebagai tamu. Suasana kerja yang nyaman, teman-teman yang ramah, dan atasan yang baik, menjadi tambahan rejeki buat saya selain penghasilan materi. Makin bertambah pulalah syukur kepada-Nya. Selama di sini, baik itu di jalan, toko, dalam bus, Alhamdulillah saya tidak pernah mengalami perlakuan buruk dari mereka. Tiap kali minta bantuan orang lewat untuk di foto misalnya, ketika beli makanan di toko, bayar tiket bus, makan di kafe, mereka dengan senang hati membantu, sambil berucap ‘пожалуйста’ atau silahkan. Kadang kalau diliatin ama mereka, ya saya kira wajar, sama halnya dengan kita di Indonesia saya rasa, ketika melihat orang asing berada di tengah-tengah kita.

Teman pernah bertanya, kenapa datang ke Russia justru pada bulan-bulan yang paling dingin (Desember, Januari, Februari)? Saya cuma jawab, kalau datang ke Russia tapi tidak pernah merasakan musim dingin Russia, belum benar-benar ke Russia namanya. Salju pasti menjadi pemandangan eksotis bagi kamu, tapi membosankan bagi kami, ujar mereka. Sebelum ke sini saya juga sudah lihat di wikipedia kalau temperatur rata-rata bisa mencapai -15C. Waktu itu terbayang bisa tidak saya bertahan? Semuanya akan terasa berat jika belum di jalani. Dan selama di sini, temperatur bahkan sempat turun lebih rendah dari yang saya baca sebelumnya. Benar-benar siksaan bagi saya, yang berasal dari negara yang sepanjang tahun merasakan hangatnya matahari. Di sini kita cuma merasakan terangnya cahaya matahari, tapi tidak hangatnya. Dan akhirnya, Alhamdulillah saya bisa bertahan dan tanpa sempat absen kerja karena sakit seharipun (meriang dikit sih pernah).

Menjelang hari-hari akan meninggalkan kota ini, perasaan haru berkecamuk. Kesempatan melihat dan merasakan hidup di kota ini, kota dan masyarakatnya, bisa jadi akan menjadi satu-satunya kesempatan saya selama hidup di dunia ini. Kesempatan yang tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Teman-teman juga tidak akan pernah ketemu lagi setelah ini. Berharap Tuhan senantiasa melimpahkan kebaikan bagi warga sini. Saya juga punya tanah air, tempat kelahiran, tempat di mana Tuhan menitipkan saya di dunia ini, tempat di mana orang-orang yang saya cintai menetap, tempat di mana saya tidak lagi merasa sebagai orang asing, tempat di mana saya mesti kembali.

Спасибо,
Wassalam


Takbir

Saturday, February 7, 2009

Nizhniy Novgorod, Russia (6 Perjalanan ke Utara)

Selasa, 3 Februari 2009, kurang 2 minggu lagi saya pulang ke Indonesia. Atasan saya di sini mengijinkan, menganjurkan malah, supaya saya ikut salah seorang teman engineer ke site yang jaraknya sekitar 300 KM ke arah utara dari kota Nizhny. Ke lokasi yang merupakan hampir menjadi tempat yang paling utara dari region Nizhegorodskaya (Нижегородская Областъ). Bukan untuk kerja kata beliau, biar saya ikut saja lihat pemandangan dan suasana pedesaan Russia yang sebenarnya, supaya tau dan sambil foto-foto tentunya wehehe... Wuih, tentu saja kesempatan ini tidak saya lewatkan. Tanpa pikir panjang saya iyakan. Padahal temperatur lumayan gila akhir-akhir ini.

Engineer yang menemani saya jalan, namanya Alexey Kudrin. Bukan asli dari Nizhny, dia berasal dari kota Magadan, hampir di area paling timur Russia, letaknya kira-kira di utara Jepang dan Korea. Temperature di sana bisa sampai -40C katanya. Dia kuliah, kerja, dan kemudian nikah dan menetap di kota Nizhny. Pukul 7 pagi kami berangkat dari kota Nizhny, kata Alexey, perjalanan kira-kira selama 3 jam. Perjalanan menuju ke utara ini, kami menyeberangi sungai Oka dan Volga. Sepanjang perjalanan, Alexey dan Dmitri (driver) banyak bertanya tentang Indonesia.

A: Kalau orang Amerika itu ambisius, orang Russia katanya susah senyum, maka orang Indonesia yang kayak gimana?
T: orang Indonesia itu paling murah senyum sedunia, (dan kami pun tertawa...). Masyarakat Indonesia sangat welcome jika ada orang asing yang berkunjung. Begitu rata-rata kesan para wisatawan asing yang pernah berkunjung ke Indonesia terhadap sikap warga kami.
A: Negara apa yang yang menjadi musuh Indonesia.
T: Negara kami tidak punya musuh, tapi kalau negara yang mungkin paling tidak disukai masyarakat Indonesia itu Amerika Serikat dan Israel.
A: Kalau Russia musuh utamanya Amerika serikat dan Inggris.

A: di Indonesia banyak mobil ga?
T: (Wah dia kira negara kita negara yang miskin-miskin amat kali ya.. hehehe.. ) Jumlah populasi penduduk Jakarta saja itu sekitar 10 juta orang, mungkin lebih, dan jumlah kendaraan bermotor sudah lebih banyak dari jumlah penduduknya. Tapi itu cuma di Jakarta saja.
A: (Wah… kaget).
T: Semua jenis mobil ada di Indonesia, dari Ferrari, Humvee, Lamborghini, Mercedes Benz, Ford, ampe yang paling umum, Toyota ada di sana. Tapi kami belum bisa seperti Russia yang sudah bisa bikin mobil produksi dalam negeri. (Mobil produksi Russia, KAMAZ, ikut ajang lomba Paris Dakkar 2009 yang tahun ini dialihkan ke Argentina-Chili karena alasan keamanan)
A: Emang Indonesia perekonomiannya dari bidang apa? Kalo Russia ekspor utamanya itu minyak bumi dan gas.
T: Indonesia juga penghasil minyak bumi. Kami juga punya pertambangan batu bara, emas, dan tembaga. Belum lagi hasil hutannya dan ikan yang berlimpah di lautan. Tapi mayoritas masih berasal dari bidang pertanian. Kami bisa menghasilkan makanan sendiri tanpa harus beli dari negara lain. (pengen bilang kalo sumber devisa terbesar dari para TKI, tapi gak usah ah, malu sendiri ntar, saya kan TKI … wehehehe). Kalau untuk peralatan perang, dari senapan tempur, tank, hingga pesawat tempur, Indonesia beli dari Russia. Jumlah tentara Indonesia sekitar 250 ribu personil.
A: Kalau Russia cuma punya 150 ribu personil tentara, tapi yang siap tiap tahunnya ada sekitar 2 juta orang. Karena adanya wajib militer bagi setiap warga Russia laki-laki yang telah berusia lebih dari 18 tahun, selama satu tahun. Jika tidak ikut wajib militer, akan ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Dan selama wajib militer itu, tidak mendapat bayaran, jadi benar-benar mirip sukarelawan tapi setengah hati... hehehe...
T: Berarti kamu sempat ikut wajib militer dong?
A: Kalau gabung dengan para tentara langsung sih tidak, soalnya di perguruan tinggi saya sudah mengambil pendidikan militer jadi tidak wajib ikut lagi.
Sekitar sejam perjalanan, kami memasuki area yang di kiri dan kanan jalan adalah hutan pinus dengan tumpukan salju di dahan-dahannya. Sangat eksotis bagi saya.
A: Di Indonesia agamanya apa?
T: Mayoritas Islam
A: Semuanya muslim? (orang Russia bilangnya muslimain)
T: Tidak semuanya. Sekitar 90 persen dari total populasi. Penduduk Indonesia sekitar 220 juta orang. Ada 6 agama resmi yang diakui negara: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Dan Indonesia adalah negara dengan komunitas muslim terbesar di dunia.
A: Penduduknya banyak amat. Russia aja yang daratannya sangat luas penduduknya sekitar 110 juta orang.
T: di Indonesia tingkat kelahiran sangat tinggi. Tiap keluarga rata-rata punya 4 orang anak. Bahkan saya punya teman yang saudaranya 15, seayah seibu. Saya sendiri punya 5 orang adik... hehehehe
A: di Russia rata-rata keluarga cuma punya 2 anak. Saya baru punya satu, rencana paling banyak 2 atau 3 sudah cukup... dan apakah orang Indonesia punya istri lebih dari satu seperti orang arab?
T: Rata-rata sih cuma beristri satu. Tapi, punya istri lebih dari satu dibolehkan, dengan syarat istri pertama setuju atau membolehkan. Maksimal 4 orang istri.
A: Kalau di Russia punya istri lebih dari satu, kamu akan ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
T: Saya kira beristri lebih dari satu bukan cuma karena agama Islam membolehkan, tapi juga distribusi jumlah penduduk laki-laki dan perempuan mungkin malah sudah lebih dari 1:4 di Indonesia. Dan kalau tidak diperbolehkan untuk menikah lebih dari satu, saya kira akan timbul masalah dengan prostitusi.

Setelah 4 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di lokasi pertama. Sitenya berada di tengah ladang, yang sudah tertutup salju. Salju tingginya selutut, seperti berjalan di atas sawah yang berlumpur. Kaki rasanya jadi kesemutan karena dingin, apalagi salju masuk ke sepatu. Kerjaan si Alex hari ini adalah mengubah konfigurasi site 2G yang semula end site menjadi multidrop site. Untuk itu kita mesti mengunjungi beberapa site untuk mengubah cross connection transmisi nya.

Hari ini kami mengunjungi 4 site. Dan siangnya kami mampir makan siang di sebuah warung di sebuah desa yang bernama Shahun-ya (Шахунъя), dan kami melewati sebuah jalan poros di desa tersebut yang namanya jalan Komunistiskaya. Kata Alex, partai komunis, partainya para orang tua... Hehehe... Ketika masuk warung, saya merasa semua mata tertuju pada saya.. jreng-jreng... mungkin sangat jarang sekali ada orang asing yang datang ke kampung mereka. Makan nasi+ayam+jus+roti isi ikan bayar 65 Ruble. Kalau di kota Nizhny makan segitu udah sekitar 150 Ruble.

Selama seharian perjalanan ini, saya benar-benar menikmati pengalaman yang belum tentu akan terulang dikemudian hari. Melihat pemandangan dan suasana pedesaan di Russia. Saya sempat lihat menara air yang luapan airnya membeku. Orang-orang desa pekerjaan utamanya adalah bertani, memancing ikan, dan berburu bebek liar dan burung. Takjub, ternyata masih ada juga manusia yang bisa dan mau hidup di tempat yang jauh dan sangat dingin seperti di sini.

Alexey Kudrin

Wassalam,

Takbir

Wednesday, February 4, 2009

Russia dan Perang Dunia Kedua


Minggu lalu ada 2 kejadian penting yang diperingati oleh rakyat Russia. Yang pertama adalah pada tanggal 27 Januari 2009, peringatan tentang perjuangan para tentara merah Russia yang mati-matian dalam mempertahankan kota Leningrad atau yang sekarang dikenal sebagai Sank Peterburg (Санк Петербург), dari invasi tentara Nazi Jerman. Pengepungan yang dilakukan oleh Jerman selama 2 tahun, dimulai pada bulan Juli 1941, hingga akhirnya bisa dibebaskan pada 1943. Peristiwa ini begitu berkesan bagi rakyat Russia, karena dalam perang ini mereka kalah segalanya dari tentara Jerman. Kota Leningrad sama sekali terisolasi akibat pengepungan. Penduduk kota tidak hanya menghadapi gempuran tentara Jerman tapi juga gempuran rasa lapar yang amat sangat akibat terputusnya suplai makanan. Tapi dengan semangat juang yang pantang menyerah akhirnya mereka mampu mengusir tentara Jerman. Teringat kisah heroik pahlawan-pahlawan kita di Surabaya pada 11 november 1945, dengan senjata seadanya mampu mengusir tentara sekutu yang lebih lengkap persenjataannya. Ketika sekarang suhu lagi-lagi drop ke -20C, teman-teman di sini menceritakan, bahwa pada perang dunia kedua, para tentara Russia harus berperang walaupun suhu waktu itu mencapai -40C. Suhu dingin itupula lah yang membantu mereka berhasil mengusir tentara Jerman. Dan juga mengusir Napolean dari niat untuk menguasai Russia.

Sebenarnya sejarah tentang keterlibatan Russia dalam perang dunia kedua masih diperdebatkan dan didiskusikan. Karena dari data sejarah, Russia bukanlah pihak yang semata-mata diserang oleh Jerman, tapi juga pihak yang mempersiapkan diri untuk melakukan Invasi untuk menguasai eropa dan selanjutnya dunia. Pada akhir tahun 1930an dan awal 1940, Russia dipimpin oleh seorang diktator yang ambisius yang berpaham komunis, Joseph Stalin. Di masa kekuasaan Stalin, Russia bertransformasi dari Negara yang agraris menjadi Negara dengan industri militer. Pada tahun 1939, jumlah tentara yang direkrut berlipat, semula sekitar 2 juta menjadi 5,5 juta tentara, dengan 150 ribu di antaranya adalah para pilot pesawat tempur. Di masa itu pula jam kerja bertambah, semula 10 jam jadi 12 jam, 7 hari seminggu, untuk mengejar persiapan mereka menginvasi Eropa. Para tentara Russia bersiap-siap di perbatasan dengan Negara-negara Eropa, pabrik-pabrik senjata dan amunisi banyak dibangun dekat dengan perbatasan dengan tujuan agar distribusi ke garis depan bisa lebih cepat.

Perang dunia kedua sendiri dipicu oleh invasi Jerman ke Polandia. Tentara Nazi Jerman merupakan pasukan tempur yang paling efektif dan memiliki perlengkapan tempur yang paling canggih dimasa itu. Sebelum invasi ke Polandia, Jerman (Hitler) telah mengikat perjanjian non-agressi dengan Russia, dalam hal ini Stalin. Stalin waktu itu berada dalam posisi yang bisa mencegah terjadinya perang dunia kedua, tapi dia tidak melakukannya. Karena meletusnya perang di eropa barat merupakan hal yang dia inginkan. Inggris dan Perancis memberikan ultimatum kepada Jerman, bahwa jika Jerman menginvasi Polandia, maka mereka akan melibatkan diri dalam perang melawan Jerman. Selama perang berlangsung antara Jerman dan Inggris, Russia terus mempersiapkan angkatan perangnya sambil menunggu kedua pihak tersebut kepayahan dan kehabisan perbekalan. Hitler sendiri memang dari awal ingin menginvasi Russia, tapi perang dengan Inggris menunda niat tersebut, hingga Hitler menyadari pergerakan tentara Russia di perbatasan yang bisa mengancam di kemudian hari. Hingga akhirnya Hitler memutuskan untuk menginvasi Russia pada 22 Juni 1941, hanya sekitar 2 minggu dari jadwal yang direncanakan Stalin untuk melakukan agresi militer besar-besaran ke negara-negara Eropa Barat, terutama ke Jerman hingga ke Spanyol. Hitler menghadapi Inggris di Barat dan Russia di Timur. Tapi walaupun begitu, tentara Jerman yang terlatih dan bersenjata lengkap mampu membuat tentara Russia yang terkejut akibat serangan yang tiba-tiba, kalang kabut. Angkatan perang yang dipersiapkan untuk menaklukkan Eropa akhirnya hancur berantakan, dari total 100 persen persiapan, tersisa 15 persen dalam 3 bulan untuk bertahan melawan gempuran tentara Nazi. Termasuk pabrik-pabrik senjata dan amunisi. Doktrin agresif tentara Russia berubah jadi strategi bertahan. Strategi yang tidak pernah mereka persiapkan sebelumnya. Kekalahan telak dalam beberapa bulan awal peperangan menjatuhkan moral tentara Russia. Banyak yang menjadi tawanan dan mati karena kelaparan dan banyak juga yang lari meninggalkan posnya karena ketidaksiapan menghadapi sernagn tiba-tiba. Semangat perlawanan rakyat Russia bangkit setelah mereka menyadari bahwa pendudukan tentara Jerman masih jauh lebih buruk dari pada diktator Stalin. Nazi dengan ideology rasis-nya membantai para penduduk dan memasukkan mereka ke penjara hingga mati karena kelaparan dan kedinginan. Kisah para tawanan dan penduduk desa yang berhasil meloloskan diri dari penjara ataupun pengepungan tentara Jerman, bagaimana mereka disiksa dan dibiarkan mati kedinginan, menjadi bahan propaganda untuk memancing semangat patriotisme rakyat Russia agar merasa terpanggil untuk membela tanah air mereka. Pemerintah Russia yang komunis yang sebelumnya melarang adanya agama (pada masa komunis, jumlah gereja berkurang drastis dari 5000 menjadi cuma 50 gereja yang aktif), akhirnya meminta bantuan kepada gereja Orthodoks agar memompa semangat juang para tentara dan rakyat Russia. Perjuangan yang heroik terjadi di seantero wilayah Rusia (film yang pernah saya tonton salah satunya adalah Enemy of The Gates, yang menggambarkan perjuangan rakyat Russia melawan tentara Jerman). Selama berabad-abad sebelumnya, tentara dan rakyat Russia terkenal dengan kegigihannya dan kemampuannya bertahan dalam kondisi yang sulit. Hal itu merupakan bagian dari budaya masyarakat Russia, salah satunya kemampuan mereka bertahan hidup menghadapi musim dingin yang kadang sangat kejam. Hingga akhirnya mereka berhasil mengusir tentara Jerman kembali ke Berlin.

"One of the great laws of war is Never invade Russia" - Field Marshal Bernard Montgomery (Jenderal Inggris yang memimpin tentara Sekutu dalam perang dunia kedua).

Dan akhir dari perang dunia kedua, kekuatan militer Russia mampu pulih dengan lebih cepat, melahirkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer super power dunia yang hanya mampu diimbangi oleh Amerika Serikat untuk beberapa dekade selanjutnya, dan mungkin hingga kini.

Satu catatan menarik, bahwa kini Russia tidak menempatkan pabrik-pabrik senjatanya dekat dengan perbatasan, tapi di tengah-tengah wilayah Russia, salah satunya di Nizhny Novgorod, the Heart of Russia. Mungkin mereka mengambil pelajaran dari perang dunia kedua, ketika semua pabrik senjata yang mereka bangun dengan susah payah, dengan mudah dihancurkan oleh tentara Jerman hanya dalam beberapa bulan saja.


Wallahualam,

Takbir