Sunday, April 28, 2013

Kansai Trip - Itinerari dan Budget

Liburan selama seminggu saya manfaatkan untuk berkeliling mengunjungi beberapa lokasi menarik di Hiroshima dan wilayah Kansai, yaitu Osaka dan sekitarnya. Hiroshima adalah kota pertama di dunia yang merasakan dahsyatnya bom nuklir. Setiap kali orang membahas soal senjata nuklir, pasti terlintas dipikirannya kota yang satu ini. Jadi, saya merasa wajib mengunjungi kota ini, untuk menyaksikan sendiri bagaimana kondisi kota ini setelah menderita bom nuklir sekaligus mengenang kembali sejarah dijatuhkannya bom nuklir atas kota ini.

Gedung dengan kubahnya yang menjadi sisa peninggalan sekaligus peringatan akibat bom atom yang dijatuhkan di Kota Hiroshima para tahun 1945

Pulau Miyajima

Untuk wilayah Kansai, saya ingin mengunjungi Osaka yang merupakan kota kedua terbesar di Jepang setelah Tokyo. Selain itu, saya ingin mengunjungi Nara yang dikenal sebagai ibukota pertama kekaisaran jepang beserta rusa-rusanya yang berkeliaran bebas di taman kota. Kyoto adalah kota yang wajib disinggahi oleh setiap turis yang berkunjung ke Jepang. Pernah menjadi ibukota kekaisaran Jepang setelah dipindah dari Nara. Kyoto bisa dikatakan ibukota kebudayaan Jepang karena banyaknya lokasi dan bangunan peninggalan bersejarah di sini. Walaupun itu sebagian besarnya adalah kuil atau shrine. Himeji adalah lokasi bangunan kastil terbesar di Jepang yang juga merupakan situs warisan dunia. Kobe adalah kota pelabuhan yang lebih dikenal dunia setelah gempa bumi dahsyat pada tahun 1995. Koyasan merupakan gunung yang menjadi lokasi kuil dan pusat belajar serta meditasi umat Budha Jepang sekte Shingon. Yang menjadi tujuan wisata rohani umat Budha Jepang.

H1: Yokohama ke Hiroshima dengan Shinkansen (4 Jam). Keliling sekitar Hiroshima memorial park.
H2: Miyajima. Sorenya ke Osaka dengan shinkansen (1.5 Jam)
H3: Osaka
H4: Nara
H5: Kyoto
H6: Himeji dan Kobe
H7: Koyasan
H8: Kembali ke Yokohama dengan shinkansen (2 Jam 15 Menit)

Harborland di Kobe


Akomodasi
Saya menginap semalam di K'House Backpacker Hiroshima. Lokasinya sekitar 10 menit dengan jalan kaki dari Stasiun JR Hiroshima. Sebelum ke Hiroshima saya memastikan bahwa masih ada kamar yang belum terisi, karena saya memang tidak melakukan pemesanan duluan yang hanya bisa dengan kartu kredit. Saya kemudian diberi kamar dorm, 2700 yen semalam.

Untuk keliling di wilayah Kansai, saya menjadikan Osaka sebagai home base. Selain karena lokasinya yang berada di tengah-tengah di antara kota-kota lain yang ingin saya kunjungi, di Osaka juga saya bisa mendapat akomodasi yang lebih murah. Saya pesan duluan untuk 6 malam, single room 1700 yen. Kamar kecil sederhana dengan alas tikar tatami dan beserta kasur dan selimutnya. Di dalamnya juga terdapat TV dan pemanas. Sangat lumayan menurut saya dengan harga yang relatif murah. Yang paling penting lagi saya bisa menaruh barang-barang di kamar tanpa perlu khawatir ada orang lain yang masuk. Total biaya hostel di Osaka dan Hiroshima 12,900 yen.

Penampakan kamar Hotel Toyo Backpacker

Transportasi
Biaya tiket Shinkansen, 
Yokohama - Hiroshima = 18440 yen
Hiroshima - Osaka = 10350 yen
Osaka - Yokohama = 13930 yen

Di Hiroshima saya naik tram beberapa kali. Tarif tram untuk jarak dekat 150 yen, dan yang paling jauh atau jika berangkat dari stasiun awal hingga turun di stasiun akhir hanya 270 yen. Kereta JR dari Hiroshima ke pelabuhan penyeberangan untuk ke Miyajima 400 yen. Ferry ke Miyajima 340 pergi dan balik. Untuk keliling Osaka dengan naik kereta JR ataupun dengan subway (Metro) saya menggunakan kartu pra bayar Suica. Seharian di Osaka mungkin sekitar 800 Yen. Osaka-Nara sekali jalan 540 Yen. Osaka-Kyoto 540 yen dengan JR dan 390 yen dengan Hankyu Railways. Saya juga naik kereta di Kyoto untuk ke Fushimi Inari 140 yen, dan ke Arashiyama 230 yen. Di Kyoto juga saya membeli 1 day pass bus 500 Yen. Osaka-Himeji dan Kobe, 1450 Yen sekali jalan. Osaka-Koyasan dengan membeli Koyasan World Heritage Pass 2780 Yen. Jadi total budget transportasi secara hitungan kasarnya sekitar 53,000 yen. Jika dengan JR pass, maka budget transportasi mungkin sekitar 30,000 yen saja.


Pemandangan dari atas kereta menuju Koyasan




Biaya makan dan lainnya
Untuk makan selama seminggu saya banyak makan dengan membeli sushi, ayam goreng atau chicken nugget. Dan beberapa kali makan di McD yang ada menu sandwich udangnya. Budget sekali makan sekitar 750 yen. Plus beli minum berkali-kali selama di jalan. Maka budget makanan seminggu sekitar 13,000 yen.

Saya masuk ke beberapa lokasi yang berbayar di perjalanan kali ini. Museum Hiroshima 50 yen, Kuil Itsushima di Miyajima 300 yen, Kaiyukan plus one way ferry ke Universal Studio 2700 yen, Observation deck Gedung Umeda 700 yen, Kuil Kyomizudera Kyoto 300 yen, dan Kastil Himeji 600 yen. Totalnya 4650 yen. 


Jadi total budget trip seminggu Hiroshima dan Kansai, sekitar 85,000 yen. Akan lebih menghemat jika menggunakan JR Pass, mungkin sekitar 60,000 yen. 


Semoga bisa memberi gambaran kasar mengenai biaya jika hendak melakukan trip yang sama.




Salam,

Takbir

Kansai Trip - Koyasan Wakayama


Untuk menuju Koyasan saya membeli Koyasan World Heritage Pass yang disediakan oleh Nankai Railways. Perusahaan kereta swasta yang mengoperasikan kereta dan cable car yang menuju Koyasan serta bus sight seeing yang ada di Koyasan. Pass ini bisa dibeli di Stasiun Namba-Osaka atau Shinimamiya, seharga 2780 yen. Valid untuk 2 hari, dan berlaku untuk sekali perjalanan kereta pulang pergi menuju Koyasan, serta tanpa batasan untuk naik bus di Koyasan selama 2 hari itu. Butuh sekitar 1 jam 45 menit untuk tiba di Koyasan.

Naik kereta menuju Koyasan menjadi menarik karena kita akan melewati area pedesaan dan kereta akan sedikit mendaki menembus dan berkelok di area pegunungan. Terutama dari Stasiun Hashimoto hingga ke stasiun terakhir Gokurakubashi. Roda kereta akan terdengar berdecit, karena rel yang berkelok tajam. Saya hanya kagum saja, mengetahui orang Jepang membangun jaringan rel kereta hingga ke atas bukit.

Koyasan sendiri merupakan pusat ajaran Budha sekte Shingon Jepang. Ajaran Budha yang diajarkan oleh seorang pendeta Budha yang bernama Kukai. Kukai belajar dan memperdalam ajaran Budha di Cina. Sekembalinya dari Cina, Kukai kemudian mengabdi kepada institusi kekaisaran Jepang yang belum lama terbentuk. Kukai ditunjuk sebagai kepala pengurus kuil Todaiji (kuil dengan patung Budha besar di Nara). Hingga akhirnya Kukai meminta ijin kepada kaisar untuk membuat sebuah tempat persemedian untuk menjauhi urusan duniawi, yang kemudian diperbolehkan oleh kaisar.





Kukai kemudian memilih lokasi sebuah dataran tinggi yang berada di tengah-tengah delapan puncak bukit yang dia ibaratkan seperti di pusat sebuah bunga teratai. Di sini dia mendirikan kuil Kongobuji untuk menyebarkan ajaran Budha yang kemudian dikenal dengan sekte Shingon. Setelah Kukai meninggal, dia tidak dikremasi tapi dimakamkan sesuai permintaannya di puncak bagian timur Gunung Koya. Sebuah Museloum atau bangunan untuk menziarahi Kukai dibangun yang kemudian sekitarnya berkembang menjadi taman pekuburan. Area tersebut adalah Okunoin. Makam kuno hingga modern ada di sini.


Kuil Kongobuji yang merupakan pusat ajaran Budha sekte Shingon di Jepang

Pekuburan di area Okunoin
Kuburan Perusahaan? Atau kuburan yang disponsori perusahaan?
Miyabi pun punya kuburan di sini

Ketika saya berkunjung ke sini, saya melihat banyak sekali rombongan yang terutama orang tua bergerombol mengikuti pemimpin tur mereka yang menjelaskan sejarah setiap tempat dan juga sering kali mereka berhenti untuk berdoa bersama. Mereka mengenakan jubah putih dan membawa tongkat. Sepintas saya membandingkan apa yang rombongan ini lakukan seperti rombongan jamaah umroh ke Mekkah. Mungkin ini adalah semacam ziarah sucinya penganut Budha di Jepang.

Di sini juga terdapat Museloum klan Tokugawa, klan Shogun yang menguasai Jepang selama 300 tahun, sebelum restorasi Meiji. Bangunannya mirip dengan yang ada di Nikko.





Wassalam,
Takbir

Kansai Trip - Himeji dan Kobe


Selama di Jepang saya sudah melihat beberapa kastil. Kastil Kekaisaran di Tokyo, Kastil Nagoya, Kastil Hiroshima dan Kastil Osaka. Dan saya merasa bentuk dan desainnya hampir sama semua. Tapi saya merasa kurang jika belum mengunjungi 'mbah'nya kastil-kastil di Jepang, yaitu Kastil Himeji. Kastil terbesar di Jepang yang dibangun di atas sebuah bukit dan merupakan situs pertama di Jepang yang dimasukkan dalam daftar kekayaan warisan dunia UNESCO pada tahun 1993. Karena desain exteriornya yang didominasi oleh warna putih dan bentuknya diibaratkan seperti burung yang akan terbang, Kastil Himeji disebut juga Kastil Bangau Putih (Hakurojo atau Shirasagijo).


Saya berangkat dari Stasiun Osaka dengan kereta JR Special Rapid Service dengan tujuan Himeji. Perlu waktu hampir 2 jam untuk mencapai Stasiun Himeji, 1450 yen. Begitu keluar dari kereta, maka akan sangat gampang menemukan papan petunjuk arah untuk menuju Kastil Himeji yang memang berada sekitar 15 menit jalan kaki lurus dari pintu utama stasiun. Kastil Himeji sedang dalam proses renovasi bagian atap dan dindingnya, dijadwalkan akan selesai bulan maret 2015. Harga tiket normalnya 600 yen, tapi karena sebagian besar bagian tertutup oleh pekerjaan renovasi, maka tiket masuk juga dikurangi jadi 400 yen. Tiket ini hanya untuk masuk di sekitar halaman kastil saja. Untuk menaiki lift yang disediakan untuk menyaksikan hasil renovasi bagian atap dan dinding yang sudah selesai, kita harus bayar lagi 200 yen. Selain menyaksikan beberapa bagian atap yang telah selesai direnovasi, kita juga bisa melihat panorama kota Himeji dari sini.





Karena sebagian besar bagian kastil masih direnovasi, maka saya tidak merasa perlu berlama-lama di sini. Saya pun memutuskan mampir di Kobe sebelum kembali ke Osaka. Butuh waktu sekitar 55 menit dari Himeji menuju Kobe, saya berhenti di Stasiun Sannomiya, satu Stasiun setelah Stasiun Kobe. Harga tiketnya 950 yen. Dari Sannomiya saya berjalan melewati beberapa pusat perbelanjaan di Kobe. Kobe Motomachi dan Kobe Chinatown. Dari situ menuju Kobe Harborland yang selain terdapat pelabuhan, wahana permainan, pusat perbelanjaan dan juga taman. Di taman ini terdapat semacam tugu peringatan gempa dahsyat yang menimpa kota Kobe pada tahun 1995.

Stasiun Shinomiya




Gerbang China Town di Kobe
Monumen peringatan Gempa bumi yang menimpa Kota Kobe pada tahun 1995

Saya merasa Kobe sama seperti Yokohama yang memang keduanya adalah kota pelabuhan. Kalau di Yokohama pusat tempat menariknya ada disekitar Minato Mirai, maka Kobe tempat menariknya adalah di Kobe Harborland ini. Saya memang sengaja menunggu hingga matahari terbenam untuk memotret disekitar Harborland ini pada malam hari yang objeknya menjadi lebih menarik dibandingkan siangnya. Untuk menuju ke sini, stasiun JR terdekat adalah Stasiun Kobe. Saya berjalan dari cukup jauh dari Stasiun Shinomiya, tapi saya juga bisa melihat lebih banyak bagian kota. 








Salam,

Takbir

Kansai Trip - Kyoto

Saya sudah pernah mengunjungi Kyoto pada oktober tahun 2011, selama 3 hari. Ceritanya silakan baca di sini. Jadi kunjungan kali ini adalah untuk mengunjungi beberapa tempat yang terlewat pada kunjungan saya yang pertama.

Dari Stasiun Osaka ke Stasiun Kyoto perlu sekitar 45 menit dengan kereta JR lokal, 540 Yen. Atau dengan Kereta Hankyu railway dari Stasiun Umeda-Osaka ke Karawamachi-Kyoto, lebih murah yaitu 390 yen. Saya naik kereta JR ketika berangkat dan kereta Hankyu ketika pulang kembali ke Osaka.

Untuk berkeliling di Kyoto memang yang paling enak dan murah adalah dengan naik bus. Kita bisa beli bus 1 day pass di mesin yang ada di terminal bus kota di depan Stasiun Kyoto, beli di hostel tempat menginap di Kyoto, atau beli langsung saja kepada supir busnya seharga 500 Yen. Semua lokasi, yang kebanyakan adalah kuil, dapat dijangkau dengan bus, tetapi beberapa tempat membutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya. Seperti lokasi pertama yang ingin saya tuju yaitu Fushimi Inari Shrine. Dengan bus butuh waktu sekitar 50 menit tetapi dengan kereta hanya 6 menit dari Stasiun Kyoto, 140 Yen. Naik kereta lokal JR Nara Line (Track 8-9-10), berhenti di stasiun kedua yaitu Stasiun Inari. Dan gerbang masuk kuil persis berada di depan pintu keluar stasiun.
Di Kyoto terkenal dengan jumlah Shrine yang unik antara yang satu dengan yang lainnya. Fushimi Inari terkenal dengan deretan gerbang Torii yang disusun berjejeran. Setiap Torii tersebut merupakan sumbangan perorangan atau perusahaan. Nama penyumbang dan tahun pemasangannya dituliskan pada tiang setiap Torii tersebut. Tulisan itu terlihat jika kita berjalan dari atas ke bawah.


Dari Fushimi Inari saya kembali menuju ke Stasiun Kyoto. Karena hari ini adalah hari Jumat, saya berniat untuk melaksanakan sholat di Masjid Kyoto. Jangan bayangkan bentuknya seperti mesjid-mesjid pada umumnya, tetapi hanya berupa bangunan biasa yang berasal dari swadaya muslim yang tinggal di sekitar Kyoto, yang umumnya adalah pendatang seperti mahasiswa dari Indonesia. Penjaga sekaligus pengurus bangunannya adalah seorang ibu Jepang yang berjilbab. Di sini juga saya bertemu sekitar 4 orang pemuda muslim asli Jepang dan ketika sholat Jumat berakhir ada lagi seorang pemuda Jepang yang mengucapkan kalimat syahadat. Namanya Suzuki-san, dan memilih nama Yusuf sebagai nama identitas muslimnya. Untuk menuju ke mesjid ini, saya naik bus no.17 dan berhenti di halte Koujinguchi. Dari lampu merah dekat halte bus, menyeberang jalan kemudian berjalan melawan arah arus kendaraan, menyeberangi lampu merah, kemudian belok kanan di belokan yang pertama, sebuah jalan kecil, dan lokasi mesjidnya sekitar 20 meter di sebelah kiri. 

Tujuan berikutnya adalah Arashiyama dan jalur bambu Sagano yang berada di wilayah barat Kyoto. Area ini dijangkau juga oleh bus tapi untuk menghemat waktu saya memilih naik kereta dari Stasiun Kyoto dengan JR Sagano Line (Track 33) sekitar 15 menit menuju stasiun Saga Arashiyama, 230 yen. Arashiyama, atau saya bahasa Indonesia-kan dengan nama Gunung Geledek, sebenarnya menarik saat bunga sakura mekar atau disaat musim gugur ketika daun-daun pepohonan berubah warna kuning dan merah sebelum akhirnya rontok. Area wisatanya dengan berbagai toko suvenir dan restoran berada di sekitar sungai yang lebar dengan jembatannya. Selain itu yang juga banyak dikunjungi adalah jalur hutan bambu atau dikenal dengan nama hutan bambu Sagano.

Arashiyama Area

Kembali ke Stasiun Kyoto dan langsung menuju ke Kuil Kyomizudera dengan bus no.100. Menurut saya ada 3 kuil yang paling sering dijadikan ikon kota Kyoto, yaitu, Kuil Kinkakuji yang berlapiskan emas, Fushimi Inari dengan deretan Torii, dan Kuil Kyomizudera yang menarik karena lokasi kuilnya di atas bukit. Tempat ini akan sangat menarik pada saat musim gugur ketika daun-daun menjadi berwarna-warni. Dari atas sini kita juga bisa memandang ke arah kota Kyoto. Tiketnya 300 yen. Tidak banyak yang bisa dilihat di sini selain kuil itu sendiri dengan latar belakang kota Kyoto.



Dari kuil Kyomizudera, saya berjalan turun untuk menuju area Gion. Menuju Gion saya melewati area Higashiyama yang berupa jalan kecil  dengan deretan kios dengan bangunan tradisional Jepang. 




Gion adalah distrik hiburan malam yang dikenal sebagai distrik Geisha. Terutama di sore hari menjelang malam, akan kita temui beberapa Maiko atau Geisha yang masih pemula berjalan dengan langkah cepat. Geisha adalah penghibur tradisional Jepang yang mesti menguasai berbagai tarian dan cara menjamu makanan serta minuman tamunya. Dengan tutur kata yang halus dan terjaga. Geisha bukanlah wanita penghibur dalam konotasi negatif. 


Dari Gion distrik saya berjalan menuju perempatan Karawamachi dori dan kembali ke Osaka dengan Hankyu railway.

Perempatan Karawamachi-dori

Wassalam,
Takbir