Saturday, July 16, 2011

Makkah - Batas Haram

Makkah mempunyai status istimewa. Di dalamnya terdapat Ka’bah, titik kiblat di mana semua Muslim di seluruh dunia menghadapkan wajahnya ketika sholat. Wilayah Makkah adalah wilayah Haram. Wilayah dimana di dalamnya Allah swt melarang perkelahian, tidak boleh ada pertumpahan darah, dilarang memburu binatang, dilarang mencabut tanaman, dilarang memungut barang yang jatuh yang bukan miliknya. Semuanya dilarang kecuali hal-hal tersebut bisa membahayakan orang-orang yang ada di dalamnya. Orang yang melakukan tindakan kriminal dan dapat dibuktikan, boleh dihukum di wilayah Haram.

Apakah wilayah Haram itu hanya di dalam dan sekitar Ka’bah dan Masjidil Haram saja? Batas Haram adalah batas Wilayah Makkah. Bervariasi dari berbagai arah, diukur dari Ka’bah sebagai pusatnya. Batas barat dan timurnya sekitar 22 kilometer, batas utara 13 kilometer dan batas selatan 16 kilometer. Total batu atau gerbang untuk menandai batas Haram tersebut saat ini berjumlah 1104 buah di sekeliling wilayah Makkah, yang mencakup area seluas 550 kilometer persegi. Menurut beberapa riwayat, batas Haram yang pertama diletakkan oleh Nabi Ibrahim a.s yang ditunjukkan oleh malaikat Jibril. Setelah penaklukan Makkah pada bulan Ramadhan tahun 8 Hijriah (630 M), Nabi Muhammad saw memerintahkan Tamim bin Asad Khazai untuk memperbaharui penanda batas Haram. Ada sekitar 943 tanda batas haram ketika itu. Sejak itupula wilayah Haram menjadi terlarang dimasuki oleh non muslim (coba liat At-Taubah:28).

Ketika berada dalam wilayah ini, kita dianjurkan untuk tidak melakukan perbuatan yang salah sekecil apapun. Bahkan terlintas dipikiran untuk berbuat salahpun jangan. Karena setiap perbuatan salah akan langsung dibalas oleh Allah swt saat itu juga. Makanya setiap kali saya memasuki atau mendekati wilayah Makkah, sering terbawa perasaan deg-degan. Campur aduk perasaan senang, cemas, dan takut. Ketika melihat sesuatu yang aneh saya langsung mengingatkan diri untuk tidak berkomentar atau berpikir macam-macam. Ntar kualat. Makanya saya lebih senang pergi sendirian ke Makkah, kalau bareng teman suka ga nyadar ngomong ngelantur.
Ada beberapa cerita menarik berkaitan wilayah Haram ini. Tante saya yang baru saja melaksanakan haji pada 2010 kemarin bercerita, ketika dia pertama kali tiba di penginapan di Makkah. Di kamarnya sudah ada beberapa yang tiba duluan dari kloter awal. Salah satunya ada seorang nenek yang sedang nyuci pakaiannya. Tante saya ini yang emang terkenal tukang komentar, langsung ngomen, “kasian ibu ya, cuciannya banyak bener”. Itu dia ucapkan tanpa maksud mengejek atau apa. Namun, ketika dia sendiri membuka kopernya yang baru tiba, ternyata bungkusan bekal ikan teri yang dia bawa tumpah. Mengotori semua pakaiannya dikoper itu yang rata-rata warna putih. Dia langsung sadar kalau sudah dalam wilayah Haram, mestinya dia berhenti komentar macam-macam. Habis itu dia minta maaf ke nenek tadi, Istighfar banyak-banyak, sambil nyuci tentunya. Perlu empat kali cuci katanya hingga bersih dan baunya hilang, hehehehe…

Seorang kawan yang juga kerja di Jeddah, yang sudah sering banget mondar-mandir Umroh ke Masjidil Haram. Pernah juga mengalami hal yang unik. Karena dia ke sana dengan dua anaknya yang masih kecil, dia sering bawa stroller, atau kereta bayi. Sebelum-sebelumnya ketika memasuki Masjidil Haram, dia cukup menaruh sandal di dalam stroller dan meninggalkan stroller di luar mesjid. Dan selama ini aman-aman saja. Ketika melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah dan kemudian sa’i atau berjalan tujuh kali mondar-mandir dari Safa ke Marwah, dia menyewa kursi roda yang banyak ditawarkan disekitar ka’bah, daripada kecapean gendong anaknya. Setelah selesai, dia berniat mengembalikan kursi roda itu. Dia keliling nyariin si empunya, tapi gak ketemu-ketemu. Akhirnya karena udah kecapean dan udah siap-siap mau pulang, kursi roda dia tinggal begitu saja. Berharap si empunya bisa nemuin sendiri kursi rodanya. Ketika dia keluar nyari stroller-nya, malah tidak ketemu-ketemu. Strollernya hilang, tapi sandal yang semula ada di dalam stroller ada ditinggalkan ditempat stroller tersebut sebelumnya diletakkan. Langsung dia ingat kalau baru saja ninggalin kursi roda yang dia sewa disembarangan tempat.

Yang pernah saya alami sendiri, ketika itu hari kamis. Saya agak telat tiba di Masjidil Haram. Sudah selesai azan dzuhur. Saya segera berwudhu dan dengan tergesa-gesa berjalan memasuki Masjidil Haram, dengan tidak lupa membuka alas kaki. Banyak orang yang juga sama tergesa-gesanya dengan saya. Ketika berjalan memasuki Mesjid, mata saya melihat makhluk halus alias cewek Arab nan jelita. Saking cantik jelitanya, mata saya terus melihatnya dan tidak sadar wajah berpaling leher berputar mengikuti si cewek sambil kaki berjalan terus ke depan. Dan tiba-tiba, plek… apa nih lengket-lengket? Wadow, saya nginjak kotoran burung. Di sekitar Masjidil Haram memang banyak burung merpati, yang sampai ada yang saya lihat bersarang di dalam Mesjid. Selama ini saya tidak pernah melihat kotoran merpati ini di lantai Mesjid, padahal mereka terbang bebas ke sana kemari, bertengger di palang dan tiang kipas angin Mesjid. Entah karena petugas kebersihannya yang super gesit bersihin atau emang burungnya yang tau diri ga buang kotoran sembarangan dalam Mesjid. Mana kotoran yang saya injak gede bener, lebih kayak ee’ ayam jago dibandingkan ee’ merpati. Yang anehnya di sekitar situ sangat ramai orang lalu-lalang. Kok hanya saya yang kena? Akhirnya sambil ngedumel, ngutukin si merpati kebelet ee’ itu, saya kembali ke tempat wudhu sambil terpincang-pincang, agar kotorannya ga belepotan di lantai. Mana sholat dzuhur udah mulai lagi. Setelah buru-buru bersihin kaki dan kembali berwudhu, tiba-tiba perut saya rasanya melilit, ga tahan kebelet pengen boker, bukannya segera berlari kembali ke Mesjid ngejar sholat jamaah, malah lari ke toilet buat buang ee’. Kok tiba-tiba kena mencret sih? Sambil meratapi nasib kena mencret di dalam toilet, saya akhirnya menyelesaikan hajat hingga tetes terakhir, dan ketika melangkah keluar pintu toilet, terdengar salam. Sholat dzuhur berjamaah telah selesai. Gara-gara awalnya buru-buru, sampai lupa sekejap kalau saya berada di wilayah Haram.

Itu hanya beberapa contoh ‘ringan’, mungkin anda atau kenalan anda yang pernah ke Makkah juga mempunyai cerita-cerita menarik dan unik. Mungkin kita berpikir ini semua hanya kebetulan, tapi setiap kebetulan tersebut punya sebab yang jelas. Hingga secara sadar kita paham, kenapa kita mengalami kebetulan-kebetulan tersebut. Di dalam wilayah Haram, keburukan akan dibalas dengan keburukan yang setimpal dengan tunai, walau sebesar zarrah*



Wallahu alam,
Takbir

*Zarrah: orang Arab menggunakan kata ini untuk menjelaskan sesuatu yang sangat-sangat kecil atau bisa dibilang sesuatu yang paling kecil ukurannya.