Kurang seminggu lagi saya pulang. Rindu dengan tanah air, udaranya, hujannya, panasnya, bahasa dengan beragam dialeknya, senyum masyarakatnya, sedap masakannya, dan tentu saja rindu pada orang tua dan keluarga. Hampir 3 bulan saya jauh dari tanah air, pengalaman pertama meninggalkan negara sendiri. Dan saya tidak pernah menentukan negara mana yang akan menjadi negara tujuan. Mungkin dari kecil cuma Arab Saudi yang terlintas di benak, menjadi negara tujuan, itupun dengan alasan menunaikan ibadah haji (Insya Allah). Namun, saya selalu berdoa dan berharap, bahwa negara manapun yang nantinya saya tuju, Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi saya dan kemana Dia mengarahkan saya untuk bisa semakin memahami kebesaran-Nya. Jadi, jika memang ada kebaikan bagi saya di manapun itu, mudah-mudahan di perlancar urusannya, dan jika tidak maka halangilah (dengan berbagai cara) keinginan saya itu.
Berbagai kesempatan dan tawaran untuk keluar negeri sudah berkali-kali datang dan gagal dengan berbagai alasan. Akhirnya, Russia, negara yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, menjadi negara pertama. Dan kota yang menjadi tujuan adalah Nizhny Novgorod. Kota yang dari sejarahnya didirikan pertama kali pada 1221 Masehi. Kota ini saya lihat tidaklah semodern dengan kota-kota lain di negara eropa barat. Tapi setidaknya fasilitas yang ada sudah hampir sama dengan yang dimiliki Jakarta. Transportasi publik dalam kota sangat bagus, ada bus yang mirip busway, mini bus, trolley, dan trem.
Dari pengamatan saya selama di sini, masih banyak orang lanjut usia yang bekerja. Contohnya cleaning service di kantor-kantor itu rata-rata udah nenek-nenek, bandingkan dengan di Jakarta yang semuanya bisa dibilang masih sangat muda. Di dalam bus jika berangkat kerja juga mayoritas isinya orang tua. Petugas security kantor juga rata-rata sudah bisa dibilang memasuki usia pensiun kalo di Indonesia. Selama musim dingin saya di sini, berangkat kerja jam tujuh pagi, langit masih sangat gelap, udara sangat dingin, tapi itu tidak menghalangi masyarakat sini untuk keluar mencari rejeki. Toko-toko sudah buka jam segitu. Lebih kagum lagi dengan orang-orang yang bekerja membersihkan jalan dari salju, agar kendaraan tidak selip karena licin. Mereka sudah mulai bekerja jam 2 pagi!
Bagaimana dengan sikap keseharian mereka? Sangat ramah saya kira. Jauh dari bayangan saya sebelumnya, kalo orang Russia itu tidak welcome dengan orang asing. Yang menjadi kendala mungkin cuma bahasa. Jadi kadang-kadang untuk berkomunikasi, saya pake bahasa Tarzan. Selama kerja pun saya kadang merasa diperlakukan bukan sebagai pekerja asing, melainkan sebagai tamu. Suasana kerja yang nyaman, teman-teman yang ramah, dan atasan yang baik, menjadi tambahan rejeki buat saya selain penghasilan materi. Makin bertambah pulalah syukur kepada-Nya. Selama di sini, baik itu di jalan, toko, dalam bus, Alhamdulillah saya tidak pernah mengalami perlakuan buruk dari mereka. Tiap kali minta bantuan orang lewat untuk di foto misalnya, ketika beli makanan di toko, bayar tiket bus, makan di kafe, mereka dengan senang hati membantu, sambil berucap ‘пожалуйста’ atau silahkan. Kadang kalau diliatin ama mereka, ya saya kira wajar, sama halnya dengan kita di Indonesia saya rasa, ketika melihat orang asing berada di tengah-tengah kita.
Teman pernah bertanya, kenapa datang ke Russia justru pada bulan-bulan yang paling dingin (Desember, Januari, Februari)? Saya cuma jawab, kalau datang ke Russia tapi tidak pernah merasakan musim dingin Russia, belum benar-benar ke Russia namanya. Salju pasti menjadi pemandangan eksotis bagi kamu, tapi membosankan bagi kami, ujar mereka. Sebelum ke sini saya juga sudah lihat di wikipedia kalau temperatur rata-rata bisa mencapai -15C. Waktu itu terbayang bisa tidak saya bertahan? Semuanya akan terasa berat jika belum di jalani. Dan selama di sini, temperatur bahkan sempat turun lebih rendah dari yang saya baca sebelumnya. Benar-benar siksaan bagi saya, yang berasal dari negara yang sepanjang tahun merasakan hangatnya matahari. Di sini kita cuma merasakan terangnya cahaya matahari, tapi tidak hangatnya. Dan akhirnya, Alhamdulillah saya bisa bertahan dan tanpa sempat absen kerja karena sakit seharipun (meriang dikit sih pernah).
Menjelang hari-hari akan meninggalkan kota ini, perasaan haru berkecamuk. Kesempatan melihat dan merasakan hidup di kota ini, kota dan masyarakatnya, bisa jadi akan menjadi satu-satunya kesempatan saya selama hidup di dunia ini. Kesempatan yang tidak akan terulang lagi di masa yang akan datang. Teman-teman juga tidak akan pernah ketemu lagi setelah ini. Berharap Tuhan senantiasa melimpahkan kebaikan bagi warga sini. Saya juga punya tanah air, tempat kelahiran, tempat di mana Tuhan menitipkan saya di dunia ini, tempat di mana orang-orang yang saya cintai menetap, tempat di mana saya tidak lagi merasa sebagai orang asing, tempat di mana saya mesti kembali.
Спасибо,
Wassalam
Takbir