Sunday, December 25, 2011

Biaya Hidup di Jepang

Jepang termasuk negara dengan biaya hidup yang termahal. Untuk membandingkan biaya hidup atau harga barang kebutuhan sehari-hari suatu negara dengan negara lain, paling gampang menurut saya adalah dengan membandingkan harga bahan bakar bensin. Kalau di Indonesia, harga bensin per liter adalah IDR 4500, di Jepang harganya sekitar JPY 150 atau IDR 16500 (kurs saat tulisan ini dibuat). Jadi bisa kita perkirakan harga-harga di Jepang adalah hampir 4 kali lipat harga di Indonesia. Tapi ini cuma sekedar pembanding kasar saja.

Rata-rata orang Jepang tinggal di apartemen atau flat atau rumah susun. Terutama yang tinggal di kota-kota besar seperti Tokyo dan sekitarnya, antara lain Yokohama, Kawasaki, Saitama, Chiba, atau Kashiwa. Bisa ditebak karena harga tanah sangat mahal. Dari info beberapa kawan lokal, harga flat di Tokyo untuk satu kamar dengan dapur dan kamar mandi sekitar JPY 80000 per bulan (sekitar 8,8 juta Rupiah). Informasi lain, untuk apartemen ukuran 50 meter persegi harga sewanya sekitar JPY 160000 per bulan(sekitar 17,6 juta Rupiah). Apartemen dan flat tersebut tanpa furniture alias kosong. Harga sewa juga belum termasuk biaya listrik perbulan. Pembayaran awal kira-kira sebesar empat kali harga sewa perbulan, untuk biaya sewa, uang jaminan, fee ke agency apartemen, dan biaya-biaya lain. Buat yang ingin traveling ke Jepang pilihan penginapan termurah tentu saja Hostel atau Guesthouse dengan harga sekitar 2000 hingga 3000 JPY per malam untuk kamar dorm.

Sarana transportasi utama di Jepang adalah Kereta Api. Stasiun atau Eki, dalam bahasa Jepangnya, jumlahnya sangat banyak dan menghubungkan semua tempat-tempat utama. Jaringan rel kereta dan jalur kereta yang banyak dan rumit menurut orang jepang sendiri kadang membingungkan. Kereta sebagai alat angkutan utama dan massal pada jam-jam sibuk berangkat dan pulang kerja sangat penuh dan berdesak-desakan. Padahal kereta dengan 10 gerbong tersebut cuma berselisih 5 menit dengan kereta selanjutnya. Jalur kereta utama dioperasikan oleh perusahaan kereta api pemerintah Jepang yang dikenal dengan nama JR atau Japan Railway, dan beberapa jalur khusus yang dioperasikan oleh pihak swasta. Ongkos yang mesti dibayar bergantung dari jarak antar stasiunnya. Paling murah 130 JPY. Sedikit gambaran, ongkos dari Tokyo ke Yokohama yang berjarak sekitar 30 KM dengan waktu tempuh sekitar 40 menit adalah 450 JPY atau sekitar 50 ribu Rupiah. Supaya tidak perlu repot membeli karcis setiap kali naik kereta, sebaiknya beli kartu isi ulang Suica atau Pasmo. Untuk mendukung jaringan Kereta Api, juga terdapat Subway atau Kereta bawah tanah, tapi cuma dalam kota dan sekitarnya saja. Jaringan Subway di Yokohama hanya satu jalur saja. Tapi di Tokyo, jalurnya sama rumitnya dengan jalur kereta api. Bus kota beroperasi untuk menghubungkan tempat-tempat yang tidak di lalui kereta api atau subway. Bus ini juga menjadi penghubung antar stasiun yang beda jalur. Ongkos bus jauh dekat 220 JPY (sekitar 25 ribu Rupiah). Taksi menjadi pilihan terakhir atau jika jarak tidak terlalu jauh dan anda berempat, bisa patungan bayar Taksi. Ongkos taksi 710 JPY (80 ribu Rupiah) untuk 2 kilometer pertama dan bertambah 100 JPY per 500 meter setelahnya. Taksi di Jepang sekelas Silver Bird kalau di Jakarta, dan dilengkapi dengan GPS. Kalau tidak bisa bahasa Jepang, pastikan bawa alamat tujuan atau peta tujuan dalam bahasa Jepang untuk di tunjukkan ke supir, karena rata-rata supir taksi di Jepang tidak bisa bahasa Inggris.

Kondisi dalam kereta JR.

Di Jepang sangat banyak terdapat convenience store (7eleven, FamilyMart, Sunkus, Lawson, etc) yang menjual makanan jadi atau bento dengan porsi yang mengenyangkan. Harganya sekitar 400-500 JPY. Yang menjadi masalah adalah bagi yang muslim, bisa dibilang hampir semua bento itu ada daging babinya. Ada juga kadang yang cuma daging ayam saja atau ikan. Tapi bagi saya yang belum bisa baca Kanji, tentu sangat susah. Kadang jengkel sendiri tidak bisa baca Kanji. Untuk sekali makan di restoran atau foodcourt minimal sediakan 1000 JPY. Harga air mineral 2 liter sekitar 170 JPY jika belinya di convenient store tapi cuma sekitar 100 JPY jika belinya di supermarket yang khusus jual bahan makanan. Coca-cola atau Fanta kaleng sekitar 120 JPY di vending machine yang banyak di tepi jalan. Untuk berhemat tentunya dengan masak sendiri. Supermarket yang menjual bahan makanan dengan berbagai sayur-sayuran segar, daging, dan ikan terdapat di mana-mana. Beras 5 kilo harganya 2000 JPY. Harga bahan makanan sekitar 4 kali harga di Indonesia. Supermarket buka dari jam 10 pagi hingga jam 9 malam, dan sejam terakhir sebelum tutup mereka akan memberi diskon hingga setengah harga untuk makanan jadi, daging dan ikan. Orang-orang Jepang sangat ketat dalam hal kualitas makanan. Kita juga bisa menemukan toko-toko khusus yang menjual bumbu-bumbu impor termasuk dari Indonesia seperti Kecap ABC, sambel, dan bumbu Indofood dengan harga sekitar 50 hingga 70 ribu Rupiah per botol.

Untuk Harga pakaian di Jepang tergantung kualitasnya juga. Ya itu tadi, perkirakan saja harganya minimal 2 hingga 4 kali harga di Indonesia. Bahkan untuk merk Nike atau Adidas yang saya anggap di mana-mana sama saja, di Jepang tetap 3 kali lebih mahal. Tetapi banyak juga toko pakaian dengan harga yang terjangkau. Mahal, tapi tidak mahal-mahal amat.

Harajuku selain sebagai tempat kumpulnya remaja berpakaian modis dan ekspresif, juga menjadi tujuan belanja pakaian buat remaja di Tokyo dan dari luar Tokyo karena harganya yang lebih terjangkau.


Mitsui Outlet Park Yokohama Bayside. Di sini terdapat outlet merk-merk terkenal. Namanya saja yang outlet tapi harganya tetap saja harga merk asli di Indonesia. Ke sini buat jalan-jalan dan lihat-lihat saja. Beda harga dengan yang di mall paling cuma 10 persen.



Untuk barang-barang Elektronik saya kira harganya tidak jauh beda dengan di Indonesia. Malah kadang bisa dapat harga yang sedikit lebih murah. Menurut kawan, jika anda berbelanja barang elektronik di Jepang setelah sepakat harga dengan penjualnya, dengan memperlihatkan visa turis/kunjungan anda, maka anda bisa mendapatkan potongan 5 persen.

Jalan utama di pusat penjualan elektronik Akihabara Tokyo di blok untuk kendaraan bermotor pada akhir pekan dari pagi hingga petang. Dikhususkan buat pejalan kaki.


Mudah-mudahan bisa sedikit memberi gambaran biaya yang mesti disediakan untuk hidup di Jepang. Jangan lupa bahwa biaya hidup berbanding lurus dengan gaya hidup.


Wassalam,
Takbir

9 comments:

Anonymous said...

bagaimana seandainya biaya hidup tinggal di jepang di ukur dengan hasil pendapatan mereka?
kalo gaji mereka tinggi dan harga barang seperti itu, mungkin bagi mereka harga itu biasa2 saja, atau mungkin bahkan itu lebih murah...
sebenarnya saya belum pernah ke jepang sih, tapi dengar cerita dari teman, barang di sana murah asalkan di pandang dari hasil pendapatan orang-orang sana. Kalo di ukur dengan rupiah, katanya jelas mahal. Bahkan terbilang mahal. katanya biaya internet dia perbulan waktu itu setara dengan gajinya 3jam di perusahaanyya..

Takbir said...

Tulisan ini ditujukan bukan buat orang Jepang tentunya, tetapi untuk orang asing dan terutama orang Indonesia yang berencana ke Jepang. Supaya ada gambaran sedikit tentang biaya hidup di Jepang.
Gaji atau pendapatan di Jepang memang besar dibandingkan di Indonesia. Saya pernah menemani kawan orang Jepang ke sebuah toko dan dia membeli barang yang menurut saya mahal, tetapi bagi dia murah. Karena saya selalu membandingkan setiap barang yang sama dengan harga di Indonesia.
Orang Jepang dari pengamatan saya suka belanja dan suka jalan-jalan, mereka sepertinya cuma menyisihkan sedikit untuk ditabung. Pekerja di jepang membayar pajak yang tinggi, dan pada hari pensiunnya mereka akan menerima tunjangan hari tua. Jadi buat apa nabung? Mungkin begitu pikir mereka.. hehehe hanya pendapat saya saja.

Anonymous said...

berarti, kalo seandainya kita ke Jepang hanya dengan tujuan untuk wisata dan jalan-jalan, harus nyiapin duit yang gak sedikit tentunya.. hehe
Gak tau kenapa, saya benar2 terobsesi pengen tinggal Jepan. Mungkin karena saya suka nonton anime :D
Tapi, teman saya itu ngomong, saya gak bakal betah tinggal di Jepang. Paling 2 tahun sudah jenuh.
Saya sempat mikir, mungkin itu cuma masalah dia saja (-_-). Tapi dia seakan-akan meyakinkan saya kalo semua orang Indo yang tinggal di Jepang itu pada gak betah..
Apa itu benar?

Takbir said...

Betah atau tidak menurut saya tergantung pribadi dan motivasi masing-masing untuk berkunjung dan atau tinggal di negeri orang.
Beberapa hal yang mungkin bisa membuat ga betah antara lain, di Jepang agak susah menemukan makanan halal, susah nyari tempat sholat di kantor. Atau selama di Jepang hanya melakukan kegiatan rutinitas yg monoton itu-itu saja, serta kurang berteman. Dan tentu saja akan jenuh jika selama 2 tahun tidak pulang ke Indonesia :)

Firmanto said...

Nice info..
Apakah biaya hidup di Sendai sama tingginya dg di Tokyo?

Takbir said...

@Firmanto
Saya belum pernah ke Sendai. Menurut saya harga barang kebutuhan sehari-hari hampir sama saja. Yang beda itu harga sewa tempat tinggalnya. Di Sendai, harga sewa apartemen sepertinya lebih murah dibandingkan Tokyo. Coba baca-baca link berikut: http://sendai.ppijepang.org/panduan-hidup/hidup-hemat/
http://www.slideshare.net/artnugraha/nugraha11-lifeinjapan

hana said...

terima kasih atas infonya pak.
bulan agustus nanti saya akan ke jepang buat suatu acara dan saya hendak membeli oleh-oleh nantinya, menurut bapak oleh-oleh yang murah apa? dan beli dimana baiknya? saya akan ke tokyo. trm ksh.

Takbir said...

Halo Hana,

Untuk beli oleh-oleh banyak tempatnya. Kalau mau sekalian jalan-jalan bisa di Asakusa, atau toko di sekitar Akihabara. Atau di toko-toko elektronik seperti Yodobashi dan Bic Camera juga biasanya ada lantai khusus buat mainan dan suvenir. Yang murah mungkin seperti gantungan kunci, dll. Kisaran harga mulai 300 Yen (30ribu rupiah) ke atas.

stenote said...

Artikel yang menarik... Saya ingin berbagi article tentang Kuil Todaiji di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/05/nara-di-kuil-todai-ji.html
Lihat juga video di youtube https://youtu.be/2i-MwzfWvs4