Thursday, June 5, 2014

Eksotisme Kuil di Odisha


Bhubaneswar menggunakan slogan city of temples. Karena banyaknya kuil yang besar hingga kecil, baru dan kuno di kota ini dan sekitarnya. Setelah dari Kolkata yang padat dan macet, Bhubaneswar yang merupakan ibukota negara bagian Odisha, lebih lengang. Jalan kotanya kelihatan lebih tertata, dan penduduknya tidak sepadat Kolkata. Yang sama mungkin panas dan kelembapannya. Warga di sini menggunakan bahasa Oriya, selain bahasa Hindi sebagai bahasa resmi mereka. Huruf yang digunakan juga beda dengan huruf bahasa Hindi. Di bandingkan tempat lain yang sebelumnya saya singgahi, di Odisha sedikit lebih sulit berkomunikasi karena banyak yang tidak mengerti bahasa Inggris dan saya tidak mengerti Hindi apalagi Oriya.

Hari sabtu, saya mengajak teman kantor, Suresh, untuk menemani saya mengunjungi tempat menarik di sekitar Odisha. Karena jarak yang ditempuh jauh keluar kota Bhubaneswar, jadi harus merental mobil. Mobil sedan kecil, sewanya 1300 rupee untuk 100 kilometer pertama, dan 9 rupee untuk setiap kilometer berikutnya.

Tujuan pertama kami ke Dhauli Giri. Sekitar 30 menit dari pusat kota Bhubaneswar. Sebuah bukit dengan stupa kuil Budha di puncaknya. Kuil ini merupakan kerja sama umat Budha lokal dengan umat Budha jepang. Di halaman kuilnya ada batu prasasti dengan tulisan Kanji, khas kuil Jepang. Lokasi Dhauli giri ini begitu terkenal dalam sejarah masyarakat India karena berkaitan dengan pertempuran terakhir yang dilakukan oleh Raja Ashoka. Raja dari dinasti Maurya yang gencar melakukan ekspansi wilayah, di masanya mencakup hampir seluruh wilayah India saat ini hingga perbatasan Iran. Pertempuran di wilayah ini yang dikenal sebagai Perang Kalinga, begitu banyak merenggut korban di kedua pihak. Dikatakan sungai Daya tempat berlangsungnya pertempuran itu berubah berwarna merah oleh darah, yang sampai membuat Raja Ashoka tersadar akan petaka yang diakibatkan oleh perang. Ashoka kemudian berjanji untuk tidak akan melakukan perluasan wilayah dengan perang dan penaklukkan lagi, dan memilih untuk mengabdikan diri sebagai umat Buddha.



Sungai Daya dilihat dari kuil di atas bukit

Kemudian kami menuju ke Konark, untuk melihat Kuil Surya di sana. Yang termasuk dalam situs UNESCO. Butuh sekitar satu jam perjalanan dari Bhubaneswar. Melintasi pedesaan dengan persawahan yang pemandangannya sungguh mirip dengan pemandangan di pedesaan di Indonesia. Melihat warga yang rata-rata masih pake sarungan kemana-mana.

Masuk Kuil Surya di Konark perlu bayar 10 rupee buat orang lokal dan 250 rupee bagi warga asing. Tapi Suresh hanya membeli 2 tiket warga lokal, dia bilang tidak usah kuatir, kamu mirip warga lokal, tidak bakalan ditanya-tanyain. Saya pun mengekor dibelakang Suresh dengan berdebar-debar, dan benar saja petugasnya langsung mengambil 2 tiket tersebut dan menyobeknya kemudian membolehkan masuk tanpa bertanya apa-apa.



Kuil Surya atau Kuil yang didedikasikan buat Dewa Matahari, dibangun dengan menyerupai kereta kencana yang ditarik oleh beberapa kuda dengan ornamen berupa roda di sisi kuil. Roda tersebut sebagai penggambaran Dharmachakra. Sekilas saya lihat seperti Candi Prambanan di Indonesia.



Yang unik dan menarik di kuil ini adalah detail pahatan disekeliling bangunan utama kuil yang menggambarkan beberapa posisi hubungan sex. Melihat banyaknya pengunjung yang membawa anak-anak, menjadikan kuil ini sebagai wahana pembelajaran sex usia dini, hahaha.... atau entah bagaimana para orang tua menjelaskan jika ada anak mereka yang menanyakan arti ukiran yang ada di dinding kuil.


Saya berpikir mungkin saja ketika kuil ini dibangun, kondisi kerajaan begitu aman, sehingga Raja yang berkuasa pikirannya rada erotis. Atau tukang pahatnya yang erotis. Kuil dengan detail kamasutra seperti ini ditemukan juga di beberapa lokasi di India tengah.




Dari Konark kemudian menuju kota Puri. Bhubaneshwar dengan kuil Lingaraj, Konark dengan kuil Surya, dan Puri dengan Kuil Jagannath dikenal sebagai segitiga emas di Odisha. Sayangnya kuil Lingaraj dan Kuil Jagannath tidak dibuka bagi warga yang bukan penganut Hindu. Dari informasi Suresh, masuk ke kuil ini juga tidak dibolehkan membawa kamera bahkan ponsel. Kuil khusus umat Hindu yang dijaga ketat oleh polisi. Saya hanya bisa melihat puncak bangunan kuil dari kejauhan karena semakin dekat semakin tidak terlihat karena berada di balik dinding yang tinggi.

Sepanjang perjalanan, sebenarnya banyak juga kuil-kuil khas wilayah Odisha yang bagi saya menarik menjadi objek foto, tetapi supirnya tidak pernah singgah. Dia terus saja ngebut. Supirnya kurang punya kesadaran untuk menunjukkan tempat dan objek menarik bagi wisatawan asing seperti saya. Dia hanya tau mengantar dari titik ke titik lainnya.

Menyusuri jalan di tepi pantai dari Konark ke Puri

Lokasi terakhir yang kami kunjungi adalah Khandagiri dan Udaygiri yang lokasinya tidak jauh dari kota Bhubaneswar. Beberapa KM dari bandar udara Bhubaneswar. Lokasi ini berupa bukit batu yang masih terdapat bekas pahatan didinding bukit yang membentuk sebuak kuil dengan ruangan dan pintunya. Dulunya merupakan biara umat agama Jain, agama yang muncul di saat yang bersamaan dengan munculnya agama Budha, namun kalah populer. Gratis masuk ke Khandagiri. Sedangkan masuk Udaygiri perlu bayar 5 rupee buar warga lokal dan 100 rupee buat warga asing. Di sini saya lagi-lagi cuma bayar harga lokal, dengan modal tampang yang katanya mirip orang lokal.

Disambut monyet memasuki Khandagiri
 Kuil yang berada di atas puncak Khandagiri (dilihat dari Udaygiri)

Pemandangan Udaygiri dari atas Khandagiri

Udaygiri





Pemandangan kota Bhubaneswar dari atas Udaygiri

Wilayah Odisha memang banyak kuil dengan para Pandita yang melayani di setiap kuil. Mereka begitu agresif mengajak pengunjung masuk ke dalam kuil, seperti calo restoran yang memperebutkan pelanggan, mempersilakan masuk, memberikan cerita dan berkat, kemudian meminta bayaran. Saya sudah baca sebelumnya tentang hal ini, jadi saya selalu menolak ketika di minta masuk, karena saya memang bukan Hindu. Suresh yang dengan terpaksa masuk, kemudian kena palak 10 rupee. Kalau orang asing bisa dimintain lebih besar.

Suresh bergaya depan kuil.
 Tipikal kuil di wilayah Odisha


Wassalam,
Takbir

No comments: