Friday, November 26, 2010

Kisah Para Pekerja Indonesia di Saudi Arabia

Ini pendapat pribadi ya... dari apa yang saya amati sendiri dan berdasarkan info dari orang-orang Indonesia yang saya temui dan sudah lama tinggal di saudia...

Di saudia orang Indonesia dikenal sebagai house worker (perempuan) dan house driver (laki-laki). Walaupun sebenarnya banyak di sektor formal, seperti engineering, bank, dll. Pernah nganterin teman ke grapari STC untuk unlock SIM card nya, si pegawainya (org saudi) bilang, baru kali ini dia ketemu orang Indonesia yg bisa berbahasa Inggris. Artinya ??

Begitu si pekerja rumah (pembantu rumah tangga atau supir rumah tangga) datang ke saudia maka dia akan di beri iqama (Kartu Identitas kayak KTP) sebagai pengganti passport. Sedangkan passport mereka di tahan oleh majikan. Di Iqama juga tercantum nama majikannya dan nomor kontaknya. Iqama ini berlaku hingga 2 tahun, jadi si pekerja baru bisa pulang paling lama 2 tahun.

Para TKW yang dikirim ke saudia tingkat pendidikan mereka rata-rata sampai smp dan tanpa pengetahuan bahasa arab atau inggris adalah hambatan tersendiri. Malahan ada juga yang bahasa Indonesianya aja patah-patah. Sehingga setelah 6 bulan mereka ga bisa-bisa bahasa arab, justru kadang majikannya yang jadinya belajar bahasa Indonesia.. :)

Pada praktiknya beberapa pekerja rumah tsb yang akhirnya kabur dari majikannya. Yang laki masih bisa kerja serabutan, penjaga toko atau supir taksi. sedangkan yg perempuan gimana? Wallahu alam, cuma dengar kabar ga enak, bahwa banyak yang kabur dan akhirnya jadi pelacur terselubung.

Sempat bertanya pada supir taksi orang Indonesia yang 'kaburan', kalau kabur gini pulangnya gimana? soalnya passport dipegang majikan. beliau jawabnya, ya nge-'Tarzan'.. maksudnya?? menyerahkan diri ke pihak imigrasi saudia, kemudian mereka akan dipenjara dan dideportasi. Biaya pemulangan akan ditanggung oleh pemerintah RI. Lamanya dipenjara? Tergantung. karena begitu mereka di tangkap, majikan akan dihubungi, majikan yg paling baik akan membiarkan mereka di deportasi tanpa ada tuntutan apa-apa. Tapi rata-rata, majikan yg udah kesal ditinggal kabur akan memberikan tuduhan (fitnah) yang macam-macam, dan gawatnya pemerintah saudia akan lebih memihak warganya tentunya.
Oiya, iqama yang berlaku 2 tahun harus diperpanjang dan diajukan lagi di negara asal. dan jika masa tinggal melebihi ijin iqama, maka akan dikenai denda 10000 SAR (kisaran 24jt rupiah kurs saat ini). Dan tentu saja rata2 si majikan ga sudi nanggung.

Pernah ditanya sama orang pakistan yg juga sangat banyak sebagai pekerja di saudia.
"kenapa orang Indonesia membiarkan wanita mereka pergi ke luar negeri jauh dari rumah untuk bekerja... ?" saya cuma speechless dan tersenyum kecut.

Selama negara kita masih kekurangan pilihan lapangan kerja dan selama masih membolehkan TKW yg tidak berpendidikan cukup untuk keluar negeri bekerja, selama itu pula masalah TKW tidak akan selesai. kasus Sumiati akan hilang dalam beberapa bulan ke depan dan kemudian akan muncul Sumiati Sumiati yang lain.

Saya setuju dengan wacana untuk tidak lagi mengirimkan TKW yg tidak berpendidikan ke luar negeri bekerja. Pemerintah seharusnya punya target mengurangi jumlah TKW yang keluar negeri secara signifikan setiap tahunnya terutama ke negara-negara yang punya track record domestic violence cukup tinggi. seperti di Saudia ini. Walaupun orang-orang saudi lebih senang dengan PRT dari Indonesia dibandingkan PRT dari negara2 lain, semisal Filipin, Nepal, dan Srilanka. Mungkin dengan alasan agama yang sama. Sudah seharusnya pemerintah menjadikan, tidak adanya TKW tidak berpendidikan yang keluar negeri bekerja sebagai salah satu indikator kemajuan ekonomi dalam negeri kita. Devisa dari TKW berkurang tapi kemakmuran dalam negeri meningkat. Dan yang paling penting, rasa terenyuh dan sakit hati manakala ada saudari kita yang diperlakukan semena-mena sudah tidak ada lagi.

Ketika pulang ke Indonesia dan bertemu dengan rombongan TKW yang 'sukses' di bandara Saudia, melihat mereka pulang dengan tertawa-tawa, cekikikan sana-sini, bahagia karena pulang dengan selamat membawa tabungan riyal. Dari percakapan mereka, rata-rata di beri upah 1200-1500 riyal. Dan pas pulang ada juga yang sampai dikasih bonus oleh majikannya ribuan riyal. Malah ada yg udah dipesawat, masih ditelpon ama majikannya untuk ngobrol dan katanya diminta untuk segera kembali ke saudi setelah 3 bulan libur. Yang lucu juga dari percakapan mereka, "... eh kamu enak ya, anak majikannya baru satu, kalau saya ada 4". karena pekerjaan menjaga anak-anak majikannya itu yang paling repot dibanding beres-beres rumah, kata mereka. Melihat saudari sebangsa yang senang jadinya ikut senang juga. Walaupun ruang tunggu bandara jadi riuh kayak pasar karena dipenuhi para TKW kita yang sepertinya tidak mau berhenti ngobrol. kadang tengsin juga ngelihat gaya para TKW, yang duduk jongkok atau kaki di atas kursi, duduk lesehan ngelantai, malah ada yang tiduran cuek dengan gaya superman lg terbang. Abaya sudah dicopot, kelihatan sekarang gaya berpakaian wanita Indonesia.. "Warna-Warni"

Orang-orang saudi sendiri, secara umum, punya sifat jahil, tengil, dan over proud yang di atas rata-rata (sekali lagi, ini pendapat pribadi)... suka nerobos antrian, tidak sabaran ingin dilayanin cepat-cepat, kalau bicara suka teriak... tapi sebaliknya, giliran kita yg perlu, sepertinya sengaja dilambat2in, atau memang mereka kerjanya lambat ya? kalau yg udah pernah ngantri di customs bandara saudi pasti paham... Orang saudi nyetir mobil ugal-ugalan dan parkir sembarangan. Saya perhatikan rambu-rambu lalu lintas kalah banyak dari papan yang bertuliskan zikir kepada Allah. Mungkin pemerintah saudi sendiri sudah nyerah, daripada suruh warganya taat rambu lalu-lintas tapi tetap ugal-ugalan, lebih baik suruh mereka banyak-banyak ingat Tuhan saja...
Tapi saya juga banyak menemui orang saudi yang kebaikannya di atas rata-rata orang baik yg pernah saya kenal di Indonesia... Ibaratnya, orang baik saudi seperti malaikat dan orang jahatnya udah kayak setan beneran...


Saudi Arabia,
Negara yang sumber dananya adalah minyak
Bangunan dan jalan-jalannya diselesaikan oleh tangan-tangan raksasa buruh Pakistan
Jalan-jalan, taman-taman, dan mall-mall nya dirawat dan dibersihkan oleh orang Bangladesh
SPB (Sales Promotion Boy) di mall-mall, pekerja hotel, office boy di kantor-kantor, perawat dan bidan di Rumah Sakit diisi oleh orang Filipina
Pekerjaan rumah tangganya diselesaikan dan anak-anaknya diantar ke sekolah oleh orang Indonesia
Tukang cukurnya orang India


Wassalam,
Takbir

2 comments:

agunawan said...

Nice story and experience,

Anonymous said...

suka :)