Thursday, January 27, 2011

Iran Trip - Shiraz


Beberapa hari sebelum keberangkatan ke Iran, saya masih searching informasi akomodasi dan transportasi selama di Iran nanti. Seorang teman yang kebetulan pernah bertugas di Iran, mengenalkan saya dengan teman Indonesia yang sedang study di Tehran. Namanya Syahrul Maulani di panggil Arul (yang selanjutnya selama saya di Iran sangat bergantung pada Arul). Setelah chat beberapa kali, akhirnya dia bersedia nemenin selama traveling di Iran dengan catatan akomodasi dan transportasi saya yang tanggung. Tiba di Shiraz airport sekitar pukul 22.30 waktu setempat. Begitu kita memasuki ruang kedatangan, terdapat loket untuk daftar Visa on Arrival. Pemegang passport Indonesia bisa masuk Iran dengan Visa on Arrival. Petugas akan memberikan form isian dan semacam kuitansi untuk pembayaran voa 50 Euro atau sekitar 66 USD. Isian yang penting antara lain, tujuan kedatangan (saya isi traveling/tourism), tempat tinggal (saya isi hotel yang telah saya booking beserta alamat dan no.telponnya), dan orang atau lembaga di Iran yang ingin kita temui (saya Isi Syahrul/Student dan nomor teleponnya). Setelah bayar dan submit form yang telah diisi, petugasnya kemudian menempelkan visa tourist, single entry, 15 days, di passport saya. Petugas imigrasi juga tidak banyak tanya dan mencap visa saya. Di luar sudah menunggu penjemput dari pihak hotel. Dan juga disini saya pertama kali bertemu dengan Arul. Dia tiba dengan penerbangan dari Tehran, dengan waktu yang bersamaan dengan waktu kedatangan saya.

Di Shiraz kami menginap di hotel Niayesh dengan tariff 35 USD (single)/ 50 USD (double). Dijemput di bandara atau terminal bus gratis. Hotel ini terletak di bagian kota lama, kita melalui lorong-lorong yang cuma bisa muat untuk satu mobil. Selama 3 hari di hotel ini, pengeluaran tambahan untuk makanan yang kami pesan sekitar 200 ribu riyal Iran.

Ke Persepolis
Hari pertama, saya mengambil 1 day tour ke Persepolis yang disediakan oleh tour agency key2persia di Shiraz. Bisa pesan lewat hotel, nanti kita dijemput di hotel pukul 08.00 pagi. Untuk daily tour ini, saya mesti membayar 25 USD karena yang ikut cuma berdua dengan turis Jepang, Yokota Koji. Mobil yang digunakan adalah sedan. Jika yang ikut berempat, biayanya cuma 17 USD. Jarak Persepolis dari kota Shiraz sekitar 55 KM, ditempuh sekitar 45 menit. Pemandangan disepanjang jalan dihiasi bukit-bukit pasir berbatu yang rapi. Guide yang menemani kami juga sangat informatif, sepanjang jalan bercerita tentang kerajaan Persia di masa dinasti Achaemid, yang didirikan oleh Cyrus the great atau orang Iran menyebutnya Khorosh. Persepolis merupakan kota Istana yang didirikan oleh raja Persia berikutnya, Darius dan keturunannya, untuk perayaan dan pesta, terutama pada perayaan tahun baru Nowruz, tahun baru sesuai perhitungan tahun bangsa Persia yang menggunakan perhitungan Matahari. Sekitar tanggal 21-24 maret tahun Masehi. Istana ini tepat berdiri dikaki bukit batu menghadap ke dataran yang luas, yang dulunya bisa jadi adalah hutan, yang dikelilingi oleh bukit batu. Dari bukit-bukit batu inilah diambil bahan bangunan untuk mendirikan Istana ini. Balok batu dipotong secara presisi sehingga tidak ada celah antar susunan balok, kemudian antar balok direkatkan lagi dengan semacam clamp dari besi baja.


Pada saat peringatan tahun baru Nowruz, perutusan dari semua wilayah taklukan Persia berdatangan untuk memberikan hadiah dan persembahan sebagai bentuk ketundukan kepada sang raja. Perutusan ini berasal dari India, Afghanistan, Asia tengah, Syria, Arab, turki, hingga ke Afrika Timur dan Utara. Para perutusan ini digambarkan di relief-relief dinding istana, digambarkan detail sesuai dengan asal mereka. Untuk memasuki Istana, para perutusan melewati tangga batu yang didesain dengan kemiringan rendah sehingga lebih mudah untuk menaikinya sambil membawa hadiah bagi sang raja. Memasuki Istana, semua utusan akan melewati pintu gerbang yang sama, yang disebut Gate of all nations. Gerbang yang dihiasi dengan 2 patung kerbau bertanduk emas, yang sekarang tinggal sisa badannya saja yang keliatan. Melewati gerbang, para perutusan memasuki sebuah ruangan di mana mereka mesti menunggu giliran untuk dipanggil menghadap sang raja. Di relief dinding digambarkan, seorang pengantar menggandeng tangan kepala perutusan kemudian diikuti oleh pelayan yang membawa beraneka hadiah persembahan. Relief yang juga banyak adalah gambar singa yang menerkam kerbau, diibaratkan musim semi yang datang menghalau musim dingin. Pencitraan juga sudah ada dari dulu kala, di gerbang setiap Istana terdapat relief gambar sang raja sedang bertarung dan berhasil menikam seekor singa yang sangat besar. Setiap raja menggambarkan dirinya sebagai penakluk. Darius, Xerxes, dan penerusnya, punya relief sendiri.



Relief yang juga banyak adalah, gambar sang raja yang berjalan atau duduk bertakhta di bawah simbol agama Zoroaster, yang disebut Fravahar, yang di gambarkan sebagai sang pembawa pesan Zarathustra atau Zoroaster dengan sayap yang membentang. Tangan kanan sang rasul terangkat seperti berdoa dan tangan kiri memegang cincin sebagai lambang ikatan dan perjanjian. Bahkan ada relief yang menggambarkan sphinx atau singa berkepala manusia di samping relief Fravahar. Bisa jadi para pemahat dan pekerja Istana ini juga didatangkan dari daerah Mesir, sehingga pengaruh Mesir bisa kelihatan. Di awal jaman dinasti Achamenid, orang Persia masih menyembah banyak dewa seperti halnya orang Yunani, dengan dewa utamanya adalah Ahura Mazda. Yang membedakan juga bahwa jika meninggal mayatnya masih dikubur, beda dengan penganut Zoroaster selanjutnya. Perkembangan selanjutnya, orang-orang Persia menyembah satu dewa atau Tuhan saja. Dari awal dinasti ini juga telah terbentuk tuntunan moral yang jelas sesuai ajaran Zoroaster, sang raja mengakui kekuasaan dan kekuatan yang dia miliki adalah berkah dan anugrah dari sang Ahura Mazda. Di belakang komplek Istana terdapat 2 makam raja Xerxes II dan Xerxes III. Makam raja-raja dinasti Achamenid ini punya relief gambar yang mirip. Di mana sang raja berdiri menghadap api dengan tangan kanan berdoa dan tangan kiri memegang busur sebagai lambang kekuasaan. Di atas sang raja ada relief Fravahar. Di bawah sang raja terdapat 2 baris pelayan yang menyokong sang raja, yang melayani raja dikehidupan selanjutnya.

Istana Persepolis dihancurkan dan dibakar oleh Alexander the great of Macedonia. Bersamaan dengan hancurnya dinasti Achamenid ditangan Alexander. Di reruntuhan Istana Persepolis terdapat sebuah ruangan, keterangan dari guidenya, yang belum sempat jadi akibat serbuan pasukan Alexander. Dan konon, setelah Iran diproklamirkan menjadi Republik Islam, Persepolis sempat diincar untuk dihancurkan oleh para mullah yang tidak senang dengan segala simbol-simbol kekafiran. Ketika petugas datang dengan buldozer dan alat-alat penghancur lainnya, para penduduk desa juga datang dan mencegah mereka, hingga akhirnya para petugas tersebut berbalik arah dan Persepolis yang tinggal reruntuhannya pun selamat.

Kami juga mengunjungi site Necrepolis atau Naqsh-e Rostam di mana Darius, Xerxes, dan Darius II dimakamkan. Bentuknya persis sama dengan makam yang di atas bukit, dibelakang komplek Persepolis. Selain itu di sini juga terdapat relief yang dibuat pada dinasti Persia berikutnya, Sassanid. Relief yang dibuat pada jaman Sassanid menceritakan tentang kemenangan-kemenangan bangsa Persia melawan musuhnya masa itu, yaitu bangsa Romawi. Setiap relief sang raja dari dinasti Sassanid ini bisa dibedakan dari bentuk mahkota yang mereka kenakan. Diantara raja Sassanid yang digambarkan disitu, Ardashir I, Bahram II, dan Hormozd II. Di situs ini juga terdapat kuil penyembahan api yang digunakan pada masa Achamenid, yang sering disebut sebagai Ka’bah-nya orang Zoroaster. Disekitar situ juga terlihat bekas sumur dan sumber air yang digunakan oleh para peziarah Zoroaster masa lalu. Komplek kuburan ini merupakan tempat yang suci dan tidak sembarang di masuki oleh orang pada masa itu. Oiya, kuburan Cyrus si pendiri dinasti Achamenid sendiri, lokasinya masih jauh dari Persepolis dan disebut Pasargadae. Dan sayang sekali tour kami tidak termasuk untuk ke sana.




Wassalam,

Takbir

3 comments:

Anonymous said...

informasi yang amat menarik!Terasa utk ke sana menyelami sejarah lama yg jarang diterokai akibat kurangnya publisiti!, Mungkin..

aulia said...

apa benar voa iran harus dengan surat sponsor?

Takbir said...

@Aulia,

Voa Iran tidak perlu surat sponsor. Pastikan saja anda sudah punya Hotel tujuan, jadi di isian form Voa bisa anda isi nama dan nomer telepon hotel. Atau kalau punya teman yang akan dikunjungi sekaligus jd tempat menginap disana, catat nomer telepon dan alamatnya saja.