Friday, April 8, 2011

Cerita Sakit Gigi


Awalnya saya mulai merasakan gigi, geraham bawah bagian dalam, senut-senut setiap kali minum air dingin atau panas. Itu kira-kira 5 tahun yang lalu. Tapi sakitnya belum ada apa-apanya, jadi saya cuek saja. Minum es lanjut terus. Kalau senut-senutnya mulai sakit dan mengganggu, saya hanya berusaha ngilangin sakitnya dengan gosok gigi pakai pasta gigi untuk gigi sensitif. Sejak mulai terasa sakit itu juga, saya berusaha hindari makan es krim dan minuman bersoda. Tapi kadang-kadang juga ga bisa nahan. Hingga setelah kira-kira 3 tahun, sejak pertama kali saya rasakan senut-senut, tiba-tiba saja gigi geraham ini terasa sakit banget, sampai kepala rasanya sakit separuh. Dan itu pertama kali saya rasakan, ketika sedang berada di kantor. Waduh, benar-benar timing yang kurang bagus. Dan saya juga masih belum jelas gigi yang mana yang menjadi penyebabnya. Sakitnya sampai rasanya rahang bawah udah mau saya copot aja. Waktu itu saya cuma banyak kumur-kumur dan tidak ngomong (buka mulut) sampai akhirnya sakitnya mereda. Saya udah niat ke dokter gigi jika mulai sakit lagi. Tapi setelah itu, gigi ini malah terasa lebih kokoh. Tidak pernah sakit lagi. Hingga saya merasakannya lagi, tiba-tiba sakit ketika saya sedang dalam perjalanan dengan pesawat terbang. Sepanjang perjalanan di udara, saya meringis kesakitan, untung waktu itu samping saya kursinya kosong, jadi ga malu-maluin amat. Saya udah mulai emosi ama nih gigi. Tiba-tiba sakit, di waktu dan di tempat yang benar-benar ga cocok.

Berbagai masukan sudah saya terima dari berbagai orang yang ‘bukan pakar’ mengenai gigi sakit ini. Secara semua orang rata-rata pernah sakit gigi. Gigi geraham pula. Ada bapak yang menyarankan, kalau emang giginya lubang, di lubang giginya, disumpal pake puyer cap macan. Oo ya? Lubang giginya bisa ketutup ya pak?... Nggak, giginya itu akan hancur sendiri, ga perlu pake cabut. Gubrakk, itu sih ngilangin gigi. Dahsyat banget tuh puyer. Tergolong obat keras pastinya. Teman kantor pernah cerita, kalau dia punya langganan tempat periksa gigi, si dokter gigi ini udah sekolah ampe level S2, pastinya sudah bisa diandelin dong. Tapi ketika dia diminta untuk cabut gigi, sang dokter menolak, dan dia hanya memberikan surat rujukan untuk dicabut ditempat lain. Sang teman pun bertanya, dan ternyata sang dokter gigi trauma dengan cabut gigi. Karena ibunya dia meninggal setelah cabut gigi. Trus waktu saya di rumah nenek, dan tiba-tiba giginya sakit lagi, ada saudara yang bawain air putih, katanya sih ini air Zam-Zam dari Mekkah, dia bawa pulang waktu haji 5 tahun yang lalu!? Jangan lupa baca sholawat juga sebelum diminum, sarannya. Sekitar 2 tahun lalu, karena mulai sering sakit, akhirnya saya diantar ke dokter gigi kenalan ibu saya. Menurut sang dokter gigi, ada 2 gigi geraham bawah yang paling belakang yang saling desak-desakan, membentuk celah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi. Hingga sisa makanan berkumpul dan membusuk disitu dan merusak gigi. Giginya tidak berlubang di atasnya, tetapi sudah keropos dari dalam. Gigi yang bermasalah ada pada gigi ke-2 paling belakang, hanya kalau kalau mau dicabut, gigi yang paling belakang harus dicabut dulu. Susah nih kata dokternya. Hingga dokternya berkesimpulan biarin aja kayak gini, ntar juga hancur sendiri. Wakk… pak dokter bikin harapan saya untuk segara melempar gigi sialan ini belum kesampaian. Tapi sejak saat terakhir ke dokter gigi, si gigi ini juga mulai ramah lagi, lama ga pernah sakit. Hingga saya berpikiran, senangnya bisa berdamai dengan si gigi lagi.

Karena merasa si gigi udah ok, dan lama tidak pernah sakit lagi. Saya jadi mulai sering minum minuman bersoda lagi. Malah selama kerja di saudi ini, jadi makin sering aja. Sampai suatu hari, saya makan daging kambing yang alotnya bukan main. Selesai makan, saya cuci mulut kumur-kumur, ada yang benda keras yang nyangkut di gigi, saya kirain tulang daging kambing yang kecil-kecil, ternyata gigi geraham saya pecah. Seperti apa yang sudah diramalkan sang dokter gigi langganan ibu saya itu. Awalnya belum ada masalah atau sakit akibat dari gigi pecah ini. Saya juga lebih rajin sikat gigi dan berkumur. Hingga seminggu sebelum keberangkatan saya untuk travelling ke Iran, akhir desember 2010 yang lalu. Beberapa hari sebelum hari H keberangkatan, gigi pecah ini mulai sakit. Sakitnya lebih parah dari yang sebelum-sebelumnya. Saya udah niat ke dokter gigi saat itu juga buat dicabut, tapi khawatir juga bakal lama sakitnya, sementara saya mau travelling nih ke Iran. Saking sakitnya, saya sempat berpikiran untuk batalin berangkat ke Iran. Mending langsung pulang ke Indonesia dan meluncur ke dokter gigi. Tapi sehari sebelum berangkat sakitnya mulai reda. Dan mutusin tetap berangkat ke Iran. Hari H keberangkatan si gigi ini mulai sewot lagi, menjadi lebih parah. Saya tidak bisa buka mulut alias mangap selebar biasanya, geraham dan rahang bawah rasanya kaku dan sakit banget. Ketika di pesawat pun saya kesulitan buka mulut untuk menyantap makanan yang disediakan. Saya pegang, geraham saya rasanya bengkak. Waduh, celaka dua belas nih. Sudah on the way ke negeri orang dengan kondisi geraham bengkak. Seharian perjalanan itu saya makan sedikit sekali karena kesulitan dan kesakitan untuk buka mulut dan mengunyah makanan.

Hari pertama di Iran, di kota Shiraz, geraham udah bengkak banget, sampai benar-benar kesulitan untuk makan. Malamnya juga ga bisa tidur dengan nyenyak. Benar-benar tersiksa rasanya. Gigi ini kena infeksi kayaknya. Esok paginya, hari jumat, berkat dorongan Arul yang nemenin saya di Iran, dan juga berkat bantuan Nafiseh, gadis lokal yang nemenin kami selama di Shiraz, mengantar saya ke poliklinik untuk diperiksa. Saya ke Iran, jauh-jauh hari merencanakan tempat-tempat yang ingin saya kunjungi, dan Poliklinik tidak ada dalam list saya. Kami mendatangi poliklinik yang lumayan ramai. Saya merasa mata para pasien yang juga ngantri pada ngelirik saya. Ada orang asing salah masuk tempat wisata. Setelah antri sebentar, Nafiseh dan Arul menemani saya masuk menemui dokternya, secara saya gak bisa bahasa Farsi. Sang dokter minta saya buka mulut, dengan stik kayu kecil berusaha membantu saya mangap. Tapi karena emang ga bisa, dan rahang saya kaku dan sakit, stik kayu itu malah patah. Wah sang dokter abis itu cuma ngasih resep terus ditebus obatnya. Saya dikasih obat antibiotik dan mesti suntik penicilin empat kali. Sekali tiap 12 jam. Jadi selama di Iran saya juga mengunjungi 4 klinik yang berbeda untuk disuntik penicilin. 3 klinik di Shiraz, dan sekali di Yazd. Ketika baru tiba di Yazd menjelang tengah malam, ditemani Arul langsung menuju klinik terdekat dari Hostel. 3 kali suntik sebelumnya ga sakit, tapi yang terakhir ini kok pantat jadi pegal amat. Si dokter ini lama banget nyabut jarum suntiknya. Pantesan aja, bapak yang disuntik sebelum saya, keluar ruangan si dokter, keliatan agak pincang jalannya sambil memegangi pantatnya yang abis disuntik.. wakakakaka…. Tapi setelah disuntik empat kali dan habisin obat antibiotiknya, bengkaknya mulai sembuh, dan gigi jadi tidak sakit lagi. Tapi tetap aja hati-hati setelah itu. Dan sampai sekarang, saya belum pernah ngerasain sakit lagi. Dan karena alasan takut ama dokter gigi, saya belum pernah meriksa lagi ke dokter gigi.

Di sebuah wawancara radio FM, seorang dokter gigi yang ‘bijak’ berkata, rata-rata orang itu kalau sudah pakai gigi palsu, giginya itu akan dirawat dengan rajin dan baik sekali. Padahal sebelumnya kita sudah dikasih gigi sehat yang gratis, tetapi tidak kita rawat. Jagalah kesehatan gigi anda. Kalau menurut Meggy Z, lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, saya benar-benar kurang setuju. Karena efek sakit hati dan sakit gigi itu hampir sama, antara lain: susah makan, malas diajak ngobrol, gampang marah, mahal senyum, mata sayu, susah tidur alias tidurnya guling sana guling sini, dll. Jadi, jangan sampailah sakit hati ataupun sakit gigi. Apalagi sakit keduanya bersamaan. Seperti nasehat Aa’ yang juga pernah sakit gigi:

Jagalah gigi, jangan kau kotori...
Jagalah gigi, lentera hidup ini…
Jagalah gigi, jangan kau nodai…
Jagalah gigi, anugrah Ilahi…

Bila gigi kian bersih, pikiranpun akan jernih
Semangat hidup nan gigih, prestasi mudah diraih
Namun bila gigi keropos, batin selalu merocos
Seakan di kejar bencos, ucapanpun jadi ngacos...

Jagalah gigi, jangan kau kotori…



Wassalam,
Takbir

Catatan: Gambar di halaman blog ini, copy paste dari berbagai sumber di Internet

3 comments:

windia said...

mas....dsana brp biaya k dokter gigi? Aku jg lg di rapih2in giginya...klo disana mihil lumajeng juga kan hehee

aries said...

Bir...pa kabar woiii??? jalan2 mulu kayanya...wwkkwkwwk
kapan balik? ato gw perlu kesana nih?
wwkwkwkwkwk...salam dari anak2 PKR :P

Takbir said...

@ Windia
Bersihin di Indonesia sebelum berangkat kemana-mana. Bukan cuma kita ga tau mahal apa nggak biayanya, kita juga ga tau ngejelasin gigi mana yg sakit, ntar salah cabut lagi.. Hwehehehe..

@ Aries
Kabar baik woiii .. Alhamdulillah.. berkat doa lu juga pastinya. Iya nih jalan-jalan aja, klo lari-lari mayan capek.. Gw balik jika Tuhan dan bos mengijinkan. Salam balik buat teman2 di PKR.. insha Allah kapan2 gw mampir bikin ribut lagi ke sana.. Wehehe