Wednesday, June 6, 2012

Catatan Sekilas Perjalanan di Rusia

Warga Rusia yang saya temui, apapun etniknya, selalu bangga dengan beberapa hal akan Negara mereka. Yang paling sering mereka banggakan adalah Rusia merupakan Negara dengan daratan terluas di dunia. Negara dengan kekuatan militer mandiri, bahkan pengekspor perlengkapan militer. AK-47 atau Avtomat Kalashnikov yang pertama kali diperkenalkan tahun 1947 adalah senjata tempur yang paling disukai para tentara, perompak, pemberontak bersenjata dan teroris, karena desainnya yang sederhana dan anti macet. Kekuatan militer menjadi salah satu faktor kunci yang membuat Rusia punya posisi penting di percaturan politik dunia. Tetapi warga Rusia juga menghadapi beberapa masalah dan kendala, yang menjadi tantangan buat Negara Rusia ke depan.

Rusia yang dulunya bagian dari Uni Soviet pernah menjadi pusat komunis dunia. Negara komunis sosialis dengan sistem kolektifitas yang tinggi. Sistem kolektifitas dimana kekayaan dan subsidi negara dibagi sama rata kepada seluruh rakyat, rakyat yang malas maupun yang rajin. Rakyat hanya menunggu pembagian jatah dari negara. Setelah Soviet kolaps, Rusia secara perlahan mulai beralih menjadi negara demokratis kapitalis. Rakyat harus mengusahakan kesejahteraannya sendiri. Banyak rakyat Soviet yang tidak siap menghadapi hal ini. Sistem kapitalis yang masih dini di Rusia menjadikan jurang yang lebar antara si kaya dan si miskin. Si kaya menuduh si miskin pemalas, dan si miskin menuduh si kaya sebagai perampok. Orang-orang kaya atau yang baru kaya di Rusia kelihatan mencolok terlihat dari gaya hidupnya yang glamor dan terkesan pamer.
Negara Rusia yang luas adalah negara yang kaya raya akan sumber alam. Ketika melakukan perjalanan dari utara ke selatan Rusia, sejauh mata memandang tanah ditutupi oleh rumput yang hijau, ladang gandum dan hutan pinus. Indikasi tanahnya sangat subur. Gazprom adalah perusahaan gas alam Rusia yang mensuplai eropa timur hingga ke eropa barat. Bahkan Jepang sedang mempelajari kerja sama pembuatan pipa gas dari Rusia ke Jepang sebagai alternatif sumber energi Jepang sejak kejadian gempa bumi dan Tsunami Maret 2011, yang merusak fasilitas nuklir mereka di Fukushima. Belum lagi banyaknya tambang minyak dan kekayaan alam lainnya. Tapi kekayaan itu semua hanya dikuasai oleh segelintir orang, rakyat Rusia kebanyakan masih jauh tertinggal taraf hidupnya dari negara-negara Eropa Barat. Biaya hidup di Rusia bergerak mengikuti biaya hidup di Eropa tapi penghasilan rakyatnya tidak. Tidak seimbangnya biaya hidup dan penghasilan menjadi salah satu faktor yang membuat aparat Rusia masih terkenal korup. Sekarang ini Rusia dipimpin oleh Vladimir Putin yang dianggap memimpin Rusia terlalu otoriter. Putin adalah mantan KGB atau inteligen Rusia, pemerintahan Rusia saat ini dikuasai oleh lingkaran KGB. Media Rusia sangat ketat dikontrol oleh Kremlin (pemerintah). Orang-orang yang dekat dengan Kremlin akan mendukung Putin, karena hidup mereka sudah enak dan aman selama hubungan mereka baik dengan Kremlin terutama Putin. Masyarakat kelas menengah Rusia, terutama dari kalangan profesional, menginginkan perubahan. Perubahan yang tidak melibatkan Putin tentunya. Tapi ternyata sebagian besar masyarakat Rusia masih memilih Putin pada pemilu yang lalu. Salah satunya karena tidak ada tokoh alternatif yang menjanjikan, yang dianggap punya kemampuan membawa perubahan di Rusia. Itu sekilas kondisi dalam negeri Rusia saat ini yang saya ketahui, tidak perlu saya komentari lebih jauh karena negara kita juga tidak lebih bagus kondisinya dibandingkan Rusia. Yang katanya Negara kaya raya tapi rakyatnya masih banyak yang sengsara.

Selama perjalanan saya juga mengalami dan mengamati hal-hal yang menambah bumbu cerita perjalanan saya kali ini di Rusia. Saya ceritakan disini supaya bisa menjadi sedikit pertimbangan dan perhatian buat yang berencana traveling ke Rusia. Seperti perlunya belajar huruf Cyrillic sebelum ke Rusia. Petunjuk nama jalan, stasiun Metro dan apalagi tiket kereta semuanya dalam bahasa Rusia dengan huruf cyrillic. Sebagian besar museum di Rusia tidak membolehkan kita memotret di dalam. Kalaupun ingin memotret harus membayar tiket tambahan untuk kamera. Jadi, saat membeli tiket di kasir tanyakan juga apakah boleh memotret di dalam atau tidak.

Di kota-kota besar Rusia, tram atau dalam bahasa Rusianya disebut tramvay yang menggunakan kabel listrik, merupakan sarana transportasi dalam kota yang banyak digunakan selain bus kota. Dari sisi transportasi sangat bagus, sayangnya kabel-kabel listrik dipasang di mana-mana, melintang di atas jalan bahkan di pasang di gedung-gedung yang menjadi tujuan wisata. Katedral Kazanskiy dan Katedral Saint Isaac pun tak luput dari cantolan kabel-kabel. Saat kita akan mengambil gambar atau motret, jadinya sangat terganggu dengan kabel-kabel yang melintang ke mana-mana tersebut.
Hati-hati dengan scam yang saya kira ada di mana saja, di lokasi utama berkumpulnya para turis mancanegara. Ketika saya di Saint Peterburg, saat sedang berjalan di sekitar Nevskiy yang merupakan jalan utama di kota itu, saya awalnya tidak sadar sedang diikuti sekelompok copet. Saya menggendong tas punggung yang isinya kamera. Saya merasakan seperti disenggol dari belakang, tapi saya cuma terus berjalan dengan sedikit melambat. Pria yang ada di belakang saya kemudian berjalan melewati saya, dan berbelok untuk menghilangkan kecurigaan saya. Saya terus berjalan hingga saya kembali merasakan tas saya seperti gespernya ada yang mau buka, sayapun kembali melambatkan langkah dan melihat pria yang sudah berbelok tadi ternyata ada lagi di belakang saya. Dia kembali melakukan hal yang sama, berjalan melewati saya dan pura-pura masuk ke sebuah toko. Di situ saya berhenti melihat tas saya yang mulai terbuka dan untungnya belum ada yang hilang. Saya berbalik memperhatikan pria tadi yang sepertinya pura-pura ngobrol yang tentu saja dengan gerombolannya, kemudian saya menyeberangi Nevskiy mengambil jalan sebelahnya sambil berdiri memperhatikan orang-orang yang mengikuti saya tadi. Saya keluarkan kamera sambil mengarahkan ke mereka (dari seberang jalan) dan mereka mungkin sadar saya sudah tahu diikuti, mereka kemudian berjalan menjauh. Setelah itu saya tidak pernah keluar bawa tas punggung lagi, lebih aman taruh diloker hostel dan bawa tas kamera yang lebih kecil yang bisa ditaruh didepan.

Dan ketika malam berkeliling motret di Saint Peterburg, ada 2 pria yang menyapa saya menanyakan apakah jarak jalan kaki ke seberang Benteng Peter dan Paul cukup jauh. Saya jawab iya. Dan kemudian lanjut bertanya dalam bahasa Rusia yang masih bisa saya jawab. Lalu mereka minta dipotret, saya langsung jepret saja. Dan kemudian salah satu diantara mereka minta kamera saya, agar dia yang motret saya dengan temannya, tapi saya menolak, saya bilang ga usah. Tapi dia malah ngotot, saya bilang ga usah lalu berjalan menjauhi mereka tanpa peduli mereka manggil-manggil saya brat (artinya: saudara laki-laki dalam bahasa Rusia). Sory brat, saya cari aman saja, modus kalian sudah tercium. Saya jadi waspada soalnya tadi siang hampir kena copet.

Di Moscow dan beberapa kota besar di Rusia, masih ada semacam kelompok rasis yang dikenal sebagai skin head atau kelompok gundul pacul. Mereka suka menyerang pendatang yang non-slavic, terutama orang Asia yang bertampang Mongoloid. Yang saya dengar, bahwa mereka membenci orang Mongol karena pernah menguasai dan menghancurkan beberapa wilayah Rusia, dan juga menodai kemurnian darah etnik Rusia. Mereka juga menyerang warga pendatang pencari kerja yang berasal dari pecahan Soviet di Kaukasus atau Asia Tengah. Rusia memberikan visa free selama 3 bulan bagi warga negara dari bekas pecahan Soviet. Kebijakan ini pula yang membuat banyaknya pencari kerja ilegal yang berasal dari negara bekas pecahan Soviet datang membanjiri kota-kota besar di Rusia. Pekerja ilegal yang mau dibayar lebih murah membuat kesempatan kerja buat warga Rusia jadi lebih sulit. Hal ini dijadikan alasan oleh kelompok gundul pacul yang rasis untuk menyerang bahkan membunuh etnik pendatang tersebut. Sekaligus sebagai desakan kepada pemerintah mereka untuk membatasi jumlah pekerja ilegal dari negara ex-Soviet. Tapi, pekerja ilegal adalah sapi perahan pejabat korup. Gundul pacul rasis versus pejabat korup, korbannya warga pendatang.

Pemuda gundul pacul yang setengah mabuk, bahkan di siang hari ini, biasanya berkumpul di taman-taman yang sepi. Jadi hindarilah berjalan sendirian di tempat yang sepi, dan jika melihat sekumpulan pemuda gundul atau bahkan sekumpulan pemuda Rusia yang kelihatan norak ngobrol sambil teriak-teriak, sebaiknya segera hindari dan ambil jalur lain. Orang rasis dan mabuk tidak punya pikiran jernih. Saya sempat ngobrol dengan empat orang pemuda, turis dari Jerman, mereka sangat ingin melihat kota Moscow di malam hari, tapi takut juga bertemu dan diserang oleh pemabuk. Yang berkulit putih saja takut, apalagi saya yang berkulit sawo busuk. Di pagi hari, saya perhatikan terutama di Saint Peterburg, botol-botol bir yang sengaja dipecahkan (mungkin dibanting), berserakan di pinggir jalan.

Saya tidak akan berani lagi keluar malam sendirian tanpa ditemani orang lokal di Rusia. Karena waktu malam atau menjelang malam, maka akan semakin banyak terlihat pria Rusia yang sedang mabuk atau hampir mabuk.  Berbeda dengan orang Jepang yang juga pemabuk tapi tidak reseh, kalau mabuk tinggal tidur di trotoar atau di mana saja dan tidak mengganggu orang lain. Orang Rusia jika mabuk bisa jadi berbahaya, mereka bisa berubah jadi agresif. Ketika di Nizhniy Novgorod, sekitar pukul 23.00 saya terpaksa keluar beli makanan di McD yang buka 24 jam di depan stasiun. Saya ngantri di belakang pasangan Rusia di luar McD drive-thru. Tiba-tiba di belakang saya ada 2 pemuda gundul yang mabuk yang ikut antri. Mereka berusaha memancing respon saya dengan meniup tengkuk saya, bau alkohol terasa sekali dari napasnya. Berusaha menyapa dalam bahasa Rusia, kemudian mencoba dalam bahasa Inggris, tapi saya tetap diam tidak merespon. Saya sedikit khawatir juga, jika pasangan Rusia yang didepan saya sudah pergi, apakah mereka akan menyerang saya? mengingat di situ tidak ada orang lain lagi kecuali dua pemuda mabuk yang tidak berhenti ngoceh. Dan sepertinya hendak memegang saya. Ketika pasangan Rusia di depan saya pergi, saya sudah bersiap-siap ambil langkah seribu jika ternyata diapa-apain. Tapi kedua pemuda tadi setelah itu malah diam, tidak ngoceh lagi. Saya coba lirik ke belakang, ternyata ada petugas Polisi yang patroli malam juga ikut antri di McD drive-thru. Huff.. untunglah. Setelah pesanan saya diberikan, dengan bersegera saya kembali ke Hostel.

Kalau misalnya anda tersesat atau bingung mencari tempat yang ingin dikunjungi, tidak perlu segan untuk bertanya. Tapi lihat-lihat juga kepada siapa kita bertanya. Pilih-pilihlah orang yang kira-kira bisa membantu atau setidaknya tidak akan iseng kepada kita. Biasanya saya bertanya kepada penjaga toko, penjual minuman tepi jalan, petugas kebersihan, pasangan yang berjalan-jalan dengan anak mereka, atau kalau tidak ada pilihan lain bertanya kepada petugas keamanan, cuma kepada petugas keamanan sedikit malas karena mereka kadang malah nanyain balik passport kita. Tapi jangan terlalu berharap mereka bisa bahasa Inggris dan membalas anda dengan senyuman. Orang Rusia umumnya akan membantu, tapi tanpa senyum. Setiap membeli tiket kereta api, saya perhatikan ibu-ibu petugas loket memang mahal senyum kepada siapa saja termasuk orang Rusia sendiri.
Saya berada di Kazan pada tanggal 9 Mei, hari perayaan kemenangan, jatuhnya Berlin ke tangan pasukan merah Soviet. Tetapi hari itu, pesawat penumpang jenis Sukhoi jatuh di Indonesia ketika sedang melakukan uji coba. Berita yang memilukan ditengah perayaan hari kemenangan. Di perjalanan saya ke kota-kota Rusia selanjutnya, setiap kali orang tahu saya dari Indonesia, tema pembicaraan beralih tentang kecelakaan Sukhoi tersebut. Dari berita-berita awal yang saya baca, dikatakan bahwa ada penumpang yang masih mengaktifkan ponselnya bahkan ketika pesawat sudah mengudara. Saya berpikir harusnya pesawat buatan Rusia lebih siap dengan kondisi seperti itu. Soalnya, beberapa kali saya naik pesawat dengan penumpang warga Rusia, mereka memang agak bebal tidak mematikan ponsel di atas pesawat. Dan pramugarinya pun tidak menegur. Ketika terbang dari Makhachkala kembali ke Moscow, dengan Gazprom Airlines yang saya juga baru tau ada airline ini, saya melihat bahwa katroknya penumpang penerbangan domestik di Indonesia, masih lebih katrok penumpang di penerbangan saya kali ini. Ketika akan duduk di kursi sesuai nomor di boarding pass, ternyata sudah ada yang duduk di kursi itu. Sayapun bertanya pada pramugari, sang pramugari kemudian meminta boarding pass penumpang yang duduk di tempat saya itu untuk mengecek nomor kursinya, ternyata kursinya dia juga sudah ada orang lain yang menempati. Dicek lagi boarding pass orang lain itu, ternyata situasinya sama, kursinya dia ditempati orang yang lain lagi. Akhirnya, sang pramugari yang bingung menyuruh saya untuk duduk di kursi mana saja yang masih kosong. Itu juga terjadi pada beberapa penumpang di belakang saya. Ketika pesawat hendak take off, di sebelah kiri saya seorang penumpang pria masih bercuap-cuap di ponsel dan saya lebih terkejut lagi ketika ibu muda di samping saya hapenya berdering dan dengan santai dia angkat dan ngobrol. Selesai ngobrol, saya perhatikan benar kalau hapenya tidak dimatikan sama sekali, langsung diumpankan ke anaknya yang masih balita yang sedang rewel untuk dijadikan mainan. Ketika pesawat take off dan akan mendarat, pikiran saya benar-benar horor gara-gara tingkah laku penumpang di sekitar saya, Sukhoi yang masih baru saja bisa jatuh apalagi pesawat yang sudah tua ini. Banyak-banyak menyebut nama Tuhan saja supaya tenang. Dan seperti halnya di penerbangan-penerbangan sebelumnya bersama warga Rusia, ketika pesawat berhasil mendarat para penumpang bertepuk tangan dengan meriah. Seperti selesai menonton pertunjukan sirkus.



Wassalam,
Takbir

5 comments:

Nella said...

Kisah perjalanannya seru sekali! :) pernah terbersit ingin jalan.jalan ke Rusia krn ada bbrp teman dikelas saya asal Rusia, tp saya kuatir dg perbedaan bahasa disana, apalagi aksara Rusia beda sekali :D.

Unknown said...

wah, keren sekali ceritanya mas, sangat informatif karena insyaAllah awal juli nanti saya akan ke rusia untuk ikut forum Seliger, mohon doanya. ternyata memang kondisi sosial di russia cukup liar ya.

Takbir said...

@Nella,
Kalau memang ada kesempatan ke Rusia, baiknya berangkat saja. Kita akan banyak belajar dengan melihat dan mendengar hal yang baru.

@Setiawan,
Yang penting waspada dan jaga sikap selama di Negeri Orang. Kalau tidak ada teman lokal, sebaiknya hindari berkeliling di waktu malam hari di Rusia. Semoga sukses perjalanannya.

Anonymous said...

Keyeen mas......Suka

Unknown said...

saya pribadi tidak menemukan kelompok gundul pacul ketika ke Moscow akan tetapi bertemu dengan kelompok homelles kucel yang ngikutin saya dari belakang curiga mau nyopet ya saya masuk aja ke Mc Donald di sekitaran lapangan merah hehehe.

ditunggu kedatangan nya di Blog saya, terima kasih :)