Monday, October 3, 2011

Tokyo – Jepang

Minggu pagi, berangkat dari stasiun Sakuragicho, Yokohama, menuju Tokyo. Beberapa hari sebelumnya, Yokota-san bersedia menemani saya berkeliling mengunjungi beberapa tempat di dalam kota Tokyo. Kami sepekat bertemu di stasiun Yoyogi. Dari stasiun Yoyogi, kami berjalan menuju Meiji Jingu. Meiji Jingu adalah sebuah kuil Shinto yang didedikasikan buat arwah mendiang Kaisar Meiji dan Istrinya, Ratu Shoken. Sesuai kepercayaan Shinto, bahwa perlu dibangun kuil atau tempat suci sebagai tempat tinggal bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal sebagai tempat peristirahatan terakhir mereka. Juga sebagai tempat bagi orang yang masih hidup memberi penghormatan bagi mereka yang telah meninggal. Meiji Jingu ini terdapat dalam komplek hutan yang memang sengaja dibuat bersamaan dengan pembangunan Kuil Meiji ini. Sang Kaisar meninggal pada 1912 dan istrinya pada 1914. Masyarakat Jepang menyumbangkan seratus ribu pohon untuk ditanam di kawasan ini, dan mereka bekerja secara sukarela membangun Kuil dan menanam pohon. Pekerjaan ini selesai pada 1 November 1920.

Gerbang khas kuil Shinto



Meiji adalah Kaisar Jepang yang ke-122. Mungkin lebih kita kenal dengan restorasi Meiji. Sebelum restorasi Meiji, Jepang di kuasai oleh pemimpin militer yang memegang kekusaan politik dan administrasi negara. Penguasa militer ini disebut Shogun. Periode di mana Shogun sebagai penguasa dikenal juga sebagai periode Samurai. Dimana yang berkuasa adalah para Samurai. Dimasa kekuasaan Shogun dari klan Tokugawa, ibukota Jepang berpindah ke Edo atau Tokyo di masa kini. Sementara Kaisar sendiri berkedudukan di Kyoto. Di jaman Shogun, Kaisar hanya berupa simbol belaka tanpa kekuatan politik dan militer. Bahkan Kaisar tidak diperbolehkan keluar dari komplek Istananya. Di Periode Tokugawa, Jepang menjadi negara tertutup dengan dunia luar. Kehadiran bangsa Eropa dengan kekuatan perdagangan, militer, serta misionaris kristennya dianggap sebagai penyebab timbulnya ketidakstabilan dan pemberontakan terhadap kekuasaan Tokugawa. Akhirnya pada 1635, Jepang secara permanen menutup hubungan dengan dunia luar. Diakhir periode Tokugawa telah muncul gerakan yang ingin mengembalikan kekuasaan ke tangan Kaisar. Dan yang lebih penting lagi membuka hubungan dengan dunia luar. Para pendukung Kaisar berhasil menang dalam perang Boshin, dan mengembalikan kekuasaan ke tangan Kaisar. Kaisar waktu itu adalah Mutsuhito atau lebih dikenal dengan Kaisar Meiji. Mengembalikan kekuasaan dari Shogun Tokugawa ke Kaisar Meiji, kemudian di kenal sebagai restorasi Meiji. Segera setelah Kaisar Meiji berkuasa, dia kemudian memindahkan Istananya dari Kyoto ke Edo atau Tokyo, serta membuka hubungan dengan dunia luar. Di jaman Meiji inilah Jepang kemudian berkembang dengan pesat mengejar ketertinggalan dari negara luar terutama dari negara-negara barat. Dan tidak berapa lama berhasil menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa barat. Puisi yang terkenal dari Kaisar Meiji, kurang lebih artinya sebagai berikut: “Dengan menerima yang baik dan menolak yang buruk, kita berkeinginan menjadi bangsa terhormat yang akan dibandingkan sejajar dengan bangsa-bangsa lain didunia”.

Bangunan utama kuil


Hari ini, banyak orang Jepang yang datang untuk mempersembahkan boneka ke kuil. Penganut Shinto percaya bahwa setiap benda punya jiwa atau roh, termasuk boneka. Dan mereka percaya bahwa boneka mampu menampung dan menahan roh jahat.



Dari Meiji Jingu, kami menuju stasiun Harajuku. Yokota-san kemudian mengajak untuk mengunjungi Istana Kekaisaran Tokyo. Dari Harajuku kami menuju Stasiun Tokyo. Dari sini kami berjalan menuju komplek istana. Kaisar Jepang bertempat tinggal di sini. Kita hanya diperbolehkan masuk di area komplek taman istana sebelah timur. Komplek Istana ini dikenal sebagai Kastil Edo, yang dibangun ketika Tokugawa berkuasa. Istana yang berfungsi sekaligus sebagai benteng pertahanan. Kastil Edo dikelilingi parit dengan tembok tinggi. Ukuran batu-batu yang digunakan sebagai fondasi benteng juga sangat besar. Di Jaman dulu untuk memasuki Kastil, harus melewati beberapa gerbang yang dijaga oleh para Samurai pilihan. Ada beberapa rumah jaga atau Bansho buat para Samurai, yang masih tersisa. Doshin Bansho, Hyakunin-Bansho, dan O-bansho.



Rumah jaga para Samurai, O-bansho

Kami keluar dari komplek taman timur Istana kekaisaran Tokyo melalui gerbang Kitahanebashimon. Dari sini kami berjalan menuju kuil Yasukuni. Yasukuni adalah kuil Shinto yang didedikasikan bagi para pahlawan dan tentara Jepang yang telah gugur berperang atas nama Kaisar dan bangsa Jepang. Kuil ini pertama kali dibangun untuk para Pahlawan perang Boshin yang gugur membela kaisar melawan pasukan Tokugawa. Kuil ini kemudian diperbesar dan juga didedikasikan bagi arwah tentara Jepang yang gugur selama perang dunia ke-2. Kuil ini mengundang kontroversi, karena tentara Jepang dianggap sebagai penjahat perang dunia ke-2. Kunjungan PM Jepang Koizumi pada tahun 2001 ke kuil ini, sempat memicu ketegangan diplomatik dengan Cina.


Dari Kuil Yasukuni, kami kembali menuju Harajuku. Harajuku terkenal sebagai tempat berkumpulnya anak-anak muda Jepang yang modis abis. Berjalan di Harajuku, membuat saya merasa seperti di Cihampelas, Bandung. Area ini didominasi oleh kaum remaja dengan toko-toko pakaian dan distro khusus buat anak muda. Harajuku dan Shibuya memang populer sebagai tempat belanja pakaian buat kaum muda jepang. Dengan harga yang terjangkau buat kantong anak muda dan pelajar tentunya. Kata Yokota-san, anak-anak muda yang membanjiri Harajuku adalah anak-anak muda dari luar Tokyo. Sedangkan Ginza merupakan kawasan belanja elit buat para orang kaya. Makanya Ginza didominasi orang tua dan kaya tentunya, kata Yokota-san.

Takeshita Street, Jalan utama dan paling ramai di Harajuku


Taman Yoyogi


Dari Harajuku, Yokota-san akan menunjukkan pada saya letak Mesjid Tokyo. Dan dari sini kami akan berpisah. Kami melintasi Taman Yoyogi, berjalan menuju Masjid Tokyo. Masjid yang didirikan oleh komunitas muslim dari Turki. Arsitektur Mesjid ini mengingatkan saya dengan Arsitektur Mesjid-mesjid yang ada di Istanbul, Turki. Seperti halnya di Turki, Mesjid ini dibuka untuk umum. Saya melihat beberapa orang Jepang masuk dan melihat-lihat ke dalam Mesjid. Remaja dengan rok mini dan menggunakan penutup kepala yang disediakan di pintu Mesjid. Untuk menuju Masjid ini paling dekat adalah dari Stasiun Yoyogi-Uehara. Kita bisa transfer kereta dari Shinjuku, untuk menuju ke sini.



dari Masjid ini, saya memutuskan kembali pulang ke Yokohama. Seharian jalan kaki sangat melelahkan. Setiba di Yokohama, ternyata di sekitar tempat tinggal saya, Nogecho, sedang ada festival. Beberapa bagian jalan di blok, dan orang-orang berkumpul menyaksikan berbagai pertunjukan ketangkasan.


Sekedar catatan, selama berkeliling di Tokyo, kami menggunakan kereta dan subway sebagai sarana transportasi. Untuk pembayaran tiket saya menggunakan kartu pass isi ulang Suica. Jadi tidak perlu beli tiket lagi. Voucher kartu akan di kurangi sesuai tarif tiket. Lebih mudah dan tidak merepotkan untuk keluar di stasiun mana saja. Yang jelas pastikan isi kartu anda cukup untuk perjalanan hari itu.


Wassalam,
タクビール

No comments: