Thursday, January 27, 2011

Agama Terakhir


Perjalanan ke Iran ini, secara langsung saya jadi lebih mengenal dan tertarik mencari tahu tentang agama bangsa Persia sebelum Islam, yaitu Zoroaster. Dan secara tidak langsung membandingkannya dengan agama yang saya anut, Islam.


Pendeta Zoroaster disebut Magi sehingga kadang pengikut Zoroaster disebut juga Magism. Dijamannya Nabi Muhammad SAW, orang Arab menyebutnya Majusi. Seperti yang disebutkan juga dalam Al Qur’an. Ajaran Zoroaster tergambar dalam symbol agama mereka yang disebut Fravahar. Bentangan sayap yang terdiri dari 3 baris, bermakna bahwa seseorang harus terbang ke arah yang lebih tinggi dengan berlandaskan pada: perkataan yang baik, pikiran/niat yang baik, dan perbuatan yang baik. Ajaran Zoroaster berprinsip dualisme, yang jahat dan yang baik. Pikiran yang bersih melawan pikiran yang kotor. Ucapan dan perbuatan yang baik melawan ucapan dan perbuatan yang buruk. Dalam beribadah mereka harus berorientasi pada cahaya. Dan pada jaman dahulu satu-satunya sumber cahaya yang bisa mereka jaga secara terus menerus adalah Api. Para Zoroastrian beribadah dengan berkumpul disekitar api sambil membaca kitab suci mereka yang disebut Avesta. Trus bagaimana dengan para penganut Zoroaster masa kini jika ingin beribadah di rumah? Mereka akan menyalakan lilin atau bohlam, yang penting tetap berorientasi pada sumber cahaya. Teringat kisah Nabi Ibrahim as mencari Tuhan yang diceritakan dalam Al Qur’an. Ketika dia melihat Matahari dengan cahayanya yang sangat terang, Ibrahim as mengatakan bahwa inilah Tuhanku. Tetapi ketika matahari terbenam, dia kemudian mengatakan bahwa Tuhan tidak mungkin menghilang. Kemudian dia melihat bulan dengan cahayanya yang menerangi malam, ini dia Tuhanku, pikir Ibrahim as. Tetapi bulan juga ikut terbenam. Kemudian Ibrahim as berkesimpulan bahwa Tuhan yang dia mesti sembah adalah Tuhan yang menciptakan keduanya, matahari dan bulan, yang menciptakan dunia dan segala isinya, sumber dari segala sumber cahaya.

Sebelum Tuhan memutuskan untuk menurunkan agama yang terakhir (Islam), saya berpikir bahwa Dia juga memberi kesempatan sebelumnya kepada seluruh umat manusia untuk mencoba mencari sendiri siapa Tuhan mereka, bagaimana cara mereka menyembah, mengatur ajaran moral dan tata kehidupan mereka, berdasarkan pada akal pikiran dan hati nurani yang telah dianugrahkan oleh Tuhan kepada manusia. Karena pada dasarnya, tanpa ajaran agama juga, manusia sudah memiliki modal dasar sifat baik dan kasih sayang antar sesama yang pada saat bersamaan juga terdapat sifat tamak, rakus, dan sifat buruk lainnya. Agama-agama yang lahir lebih awal, seperti Zoroaster, Hindu, dan Budha, melandaskan ajaran mereka dan bersumber pada sifat-sifat yang baik yang sudah ada pada diri manusia. Mengajarkan kebijaksanaan dalam bertingkah laku terhadap sesama dan lingkungan alam sekitar. Tetapi akal pikiran manusia itu ada batasnya, ketika ajaran ini terbentur dengan pertanyaan bagaimana cara menyembah Tuhan, bagaimana wujud Tuhan, dan yang lebih penting lagi apa yang akan terjadi pada diri kita setelah mati, maka semua agama tersebut akan memberikan interpretasi yang berbeda-beda sesuai dengan ajaran dan interpretasi (kemampuan akal) pemimpin agama mereka. Di Al Qur’an sering disebutkan, bahwa mereka menyembah sesuai dengan prasangka-prasangka mereka belaka tanpa melalui sebuah keterangan yang nyata.
"Gar nahan guiy ayan an gah bavad, gar ayan guiy nahan an gah bavad
Gar beham juiy chu bichun ast uw, an gah az har dou birun ast uw"

"Kalau engkau mengatakan bahwa Dia itu tersembunyi, maka Dia sesungguhnya mahanyata
Kalau engkau katakan bahwa Dia itu nyata, sesungguhnya Dia mahagaib
Tapi bila engkau cari Dia diantara keduanya, Diapun tiada dalam keduanya, karena tiada yang menyerupai-Nya" 
Syair Atthar, (dicatut dari buku Pelangi di Persia, karya Dina S. Soleiman, hal. 57)


Para penganut Zoroaster ketika meninggal, mayat mereka tidak dikuburkan, karena mereka menganggap mayat yang membusuk akan mengotori tanah. Tidak ditenggelamkan karena akan mengotori air. Tidak pula dibakar karena akan mengotori kesucian api. Jadi mereka akan membawa mayat yang meninggal ke atas bukit. Dan mendirikan menara untuk meletakkan mayat-mayat tersebut untuk disantap oleh burung pemakan bangkai. Para pemeluk agama budha tibet malah dengan sengaja mencincang mayat untuk diserahkan dan disantap oleh burung pemakan bangkai. Menara tersebut biasanya ada dua, menara untuk meletakkan jenazah laki-laki dewasa dipisahkan dengan jenazah wanita dan anak-anak. Menara tersebut di kenal sebagai Menara Kesunyian, Tower of Silence. Orang Iran menyebutnya Dakhmeh. Di puncak menara digali sebuah lubang yang cukup dalam untuk meletakkan mayat. Ketika si penjaga menara meletakkan jenazah di dalam lubang di atas menara, dia kemudian mengamati burung-burung pemakan bangkai menyantap mayat tersebut. Jika yang disantap oleh si burung adalah bola mata kanan si jenazah, maka arwah jenazah tersebut dikatakan masuk surga, tetapi jika yang disantap duluan adalah bola mata kirinya, maka si penjaga menara akan memberitahukan kepada keluarga yang ditinggalkan agar menyediakan makanan bagi para orang miskin dan minta didoakan supaya si arwah bisa dihindarkan dari siksa neraka. Kini praktik tersebut sudah dilarang oleh Departemen Kesehatan Iran, karena sisa-sisa mayat bisa menyebarkan wabah penyakit. Jenazah penganut Zoroaster yang meninggal, agar tetap tidak mengotori tanah, sesuai ajaran Zoroaster, kemudian dihancurkan dengan cairan asam. Pemakaman zoroaster mirip dengan pemakaman biasa, hanya saja di dalamnya tidak ada jenazah, cuma tumpukan batu dan ditandai dengan nisan. Lain lagi dengan penganut Budha yang mempercayai bahwa setelah mati kita akan ber-reinkarnasi sesuai dengan perbuatan kita semasa di kehidupan yang sekarang. Jika, kita banyak berbuat baik, maka dikehidupan berikutnya kita akan hidup dengan kondisi yang lebih baik dari kehidupan sekarang. Misalnya dikehidupan sekarang kita adalah seorang miskin, maka dikehidupan selanjutnya kita bisa saja menjadi seorang raja. Sebaliknya jika kita banyak berbuat buruk maka dikehidupan selanjutnya kita bisa menjadi binatang. Proses reinkarnasi tersebut terus berulang, dan akan berakhir hingga kita mencapai tingkat kebaikan tertinggi sesuai ajaran Budha.



Beberapa kesamaan atau tepatnya kemiripan ajaran Zoroaster dengan Yahudi, Kristen dan juga Islam antara lain, adanya doktrin tentang kehidupan setelah mati, adanya hari pembalasan, adanya pahala dan penghukuman berdasarkan keadilan, adanya surga, neraka, dan daerah abu-abu tanpa kesenangan dan kesedihan tempat buat orang yang amal timbangannya seimbang buat pencucian jiwa sebelum ditentukan masuk ke surga atau neraka, adanya sosok setan sebagai simbol kejahatan yang berlawanan dengan Tuhan, adanya keyakinan mengenai hari kiamat, dan yang paling menarik bahwa akan datangnya juru selamat. Mengenai kedatangan juru selamat ini, diramalkan oleh para pendeta Magi, waktunya akan tiba ketika seberkas cahaya terang dilangit yang dapat dilihat jelas dengan mata telanjang, terjadi ketika susunan planet-planet berada dalam garis lurus. Oleh karena itu, para pendeta Magi juga sebagai ahli astronomi yang andal di masa itu. Mereka terus menerus mengamati susunan planet dan bintang disebuah kuil khusus, menunggu ramalan itu tiba. Dan dalam kepercayaan umat kristen, berkas cahaya itu terjadi ketika Yesus (nabi Isa as menurut umat Islam) dilahirkan. Berkas cahaya itu terlihat dilangit selama 70 hari. Ketika para pendeta Magi melihat cahaya itu dari arah barat, sesuai dengan tanda-tanda ramalan mereka, kemudian segera mengirim 3 orang pendeta Magi, untuk mengikuti arah cahaya itu. Mereka melakukan perjalanan selama berminggu-minggu ke arah barat yang kemudian menuntun mereka ke arah Jerusalem dan mendapati cahaya itu tepat berada di atas sebuah kandang domba, di mana mereka menemukan Bunda Maria (Siti Maryam) baru saja melahirkan Yesus (Isa as). Cahaya yang kemudian lebih dikenal sebagai Star of Betlehem.


Mundur beberapa abad sebelum kelahiran Yesus kristus. Ketika kerajaan Yahudi di Jerussalem ditaklukkan oleh kerajaan Babilonia dan semua rakyatnya dipaksa pindah ke daerah Mesopotamia, pusat kekuasaan Babilonia dan dijadikan budak. Dan menurut sejarah di masa itu pulalah kitab Taurat umat Yahudi mulai dituliskan dan disusun dalam sebuah kitab. Masa dimana mereka hidup terkungkung, terbelenggu oleh penguasa yang tidak menyukai dan memperbudak mereka. Hingga akhirnya Babilonia ditaklukkan oleh raja Persia yang pertama dan pendiri dinasti Achaemanid, Cyrus the great. Cyrus yang sangat menghargai kebebasan memeluk agama, di anggap sebagai pembebas umat Yahudi. Cyrus bahkan membolehkan umat Yahudi kembali ke Jerusalem dan membangun kembali kuil Sulaeman yang dihancurkan dan dijarah oleh bangsa Babilonia yang berkuasa sebelumnya. Tidak heran jika, di dalam kitab taurat atau perjanjian lama, Cyrus disebutkan juga sebagai messiah atau penyelamat yang dikirim Tuhan buat umat Yahudi yang tertindas di Babilonia. Sang Raja Persia adalah bukti nyata penyelamatan Tuhan yang maha pengasih, yang akhirnya memaafkan hambanya, mengakhiri penderitaan mereka dalam pengasingan, dan membebaskan mereka dari sungai Babilonia untuk melakukan perjalanan panjang kembali ke Zion. Tapi, bukan itu saja. Cyrus yang menurut umat Yahudi sang pelayan Yahweh, telah dikirim untuk “menegakkan keadilan bagi bangsa mereka … Dia tidak akan gagal … sebelum dia berhasil menegakkan keadilan dimuka bumi”. Ada juga warga Iran, yang saat ini adalah mayoritas muslim, berpendapat bahwa Cyrus adalah tokoh yang sama yang digambarkan dalam Al Qur’an sebagai Nabi Zulkarnaen yang memerangi Ya’juj dan Ma’juj. Dari sini bisa kita lihat bahwa sebenarnya Yahudi dan Persia punya ikatan sejarah yang sangat dekat. Tapi ironisnya sekarang ini, Israel, negara Yahudi modern, dan Iran sebagai keturunan bangsa Persia, adalah dua musuh bebuyutan yang paling panas saat ini, saling memusuhi dan berseteru, saling mengarahkan persenjataan mereka ke arah satu sama lain.


Agama Islam diturunkan ketika tingkat kemampuan berpikir manusia, oleh Tuhan yang maha mengetahui diputuskan sudah cukup matang, mampu menangkap pesan-pesan dan ajaran yang diturunkan melalui rasulnya yang terakhir, Muhammad saw. Melalui rasul-Nya, Allah mengajarkan apa-apa yang tidak diketahui manusia dan yang tidak mampu dijangkau oleh nalar manusia, terutama tentang apa yang terjadi setelah kita mati, hingga akhir jaman sekalipun. Itulah sebabnya, mukjizat dari rasul yang terakhir adalah ‘cuma’ Kitab suci saja. Dalam kitab suci ini Tuhan menjelaskan semua apa yang tidak diketahui. Turunnya agama ini kadang dikatakan sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang baik tetapi tidak tahu akan ditempatkan dimana sesudah mati, dan dikatakan sebagai peringatan bagi orang-orang yang suka berbuat buruk, karena ancaman atas perbuatan buruknya kelak adalah neraka. Islam dengan gamblang menjelaskan kehidupan setelah mati. Sesuatu yang sebelumnya manusia tidak mengetahuinya. Karena tidak ada manusia yang hidup lagi setelah mati, sehingga pengetahuan manusia tidak sampai ke sana. Dalam Islam, Tuhan tidak pernah menyebutkan atau menjelaskan wujud-Nya bagaimana, karena sudah tahu akal pikiran yang Dia berikan kepada manusia tidak mampu menangkap wujud-Nya Dia seperti apa. Dia cuma menyebutkan sifat-sifatNya agar kita, manusia, bisa tahu, bagaimana cara Dia menetapkan dan memutuskan sesuatu. Mengajarkan kita, bahwa fisik bukan hal yang paling penting, tetapi karakter dan sifat yang perlu kita perbaiki terus menerus. Dikatakan bahwa Tuhan telah lebih dulu menciptakan surga dan neraka, menetapkan aturan siapa-siapa saja yang akan menghuni kedua tempat tersebut, sebelum menciptakan manusia. Manusia diberi modal akal pikiran dan hati nurani serta kesempatan hingga batas waktu yang ditentukan, untuk berbuat terserah apa saja yang dia mau, dengan konsekuensi yang mesti mereka terima, sesuai amal perbuatan selama hidup di dunia, setelah mati nanti. Seandainya semua manusia dibumi beriman dan bertaqwa kepada-Nya, maka tidak ada yang berubah terhadap status-Nya. Dia tetaplah Tuhan penguasa semesta alam. Kemuliaan-Nya, Kebesaran-Nya tidak bertambah, karena Dia memang sudah Mahamulia, Mahabesar. Sebaliknya, seandainya semua manusia dan makhluk yang ada di dunia durhaka kepada-Nya, maka hal itupun tidak mengurangi kemuliaan-Nya, karena Dia tidak butuh apa-apa dari makhluk yang diciptakan-Nya. Apalagi sampai turun ke bumi untuk menebus dosa-dosa manusia. Sungguh ide yang sangat merendahkan posisi-Nya sebagai Tuhan yang maha Agung. Dia yang Maha Kuasa, cukup membinasakan umat yang sudah keterlaluan berbuat dosa dan kemudian Dia ganti dengan umat yang mau beriman kepada-Nya, seperti yang telah Dia contohkan pada umat-umat sebelumnya yang diceritakan dalam kitab suci. Dia yang maha Pengasih sangat menghargai setiap perbuatan baik yang dilakukan manusia, sesuai dengan tuntunan yang diajarkan melalui nabi-Nya, yang semata-mata ditujukan untuk mencari keridhaan-Nya. Dia yang maha Penyayang selalu bersedia menghapus segala dosa dan menerima tobat setiap makhluk-Nya. Surga-Nya sangat luas, mampu menampung seluruh manusia dari awal hingga akhir jaman.
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" (2:256).

[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.


Wassalam,

Takbir

3 comments:

Unknown said...

Salam Takbir

Ulasan yang menarik, penuh informasi!Saya suka bangat!!!!Thanks for sharing

Takbir said...

@Zie Noorzail

Salam juga,

Kalau ada yang mungkin salah dari tulisan ini, dengan senang hati saya terima buat dikoreksi.

Fitria's world said...

Satu kata, kereeeennnnnn........Anda punya banyak kesempatan untuk traveling, mengelilingi bumi Allah yang sangat luas dan begitu cantik, Iran salah satunya. Dulu berkesempatan ke sana tp karena semua terorganisasi, tidak bisa terlalu explore....huhuy, Salute!!!