Sunday, January 20, 2013

Shin Okubo - Korea Kecil di Tokyo

Korea adalah etnik pendatang kedua terbanyak di Jepang setelah etnik Cina. Bermula ketika Jepang menguasai semenanjung Korea pada tahun 1910, banyak orang Korea yang didatangkan sebagai pekerja terutama di tambang-tambang batu bara. Gelombang kedua adalah pengungsi akibat perang Korea tahun 1950. Seperti halnya orang Cina, orang Korea juga berkumpul di satu tempat membentuk komunitas mereka sendiri. Warga Jepang keturunan Korea, dikenal dengan sebutan Zainichi. Di Tokyo, tempat yang terkenal sebagai area komunitas Korea (Korea Town) ada di sekitar stasiun Shin Okubo, satu stasiun setelah Shinjuku dengan Yamanote Line.
Keluar dari stasiun Shin Okubo, belok ke kanan saya langsung melihat deretan toko, di jalan yang tidak terlalu lebar, dengan tulisan dwi bahasa karakter Kanji Jepang dan Hangul Korea. Alunan lagu pop Korea atau K-Pop terdengar dari berbagai arah. Saya perhatikan ada 3 jenis toko yang mendominasi area ini. Toko yang menjual dvd dan berbagai suvenir para bintang K-Pop. Toko kecantikan dengan berbagai merk kosmetik dari Korea. Dan tentu saja, restoran masakan Korea. Di antara deretan Toko itu terdapat jalan-jalan  sempit , seukuran lajur untuk satu mobil, yang ramai dengan pejalan kaki. Di sini akan terlihat lebih banyak lagi toko-toko dengan tulisan bahasa Korea.
Sengketa pulau tidak cuma terjadi antara Jepang dan Cina yang saling mengklaim sebuah gugusan pulau kecil yang disebut Senkaku oleh Jepang atau Diaoyu oleh Cina. Korea dan Jepang juga saling mengklaim sebuah gugusan pulau karang, yaitu pulau Takeshima (Jepang) atau Dokdo oleh Korea.  Sengketa ini kadang menimbulkan ketegangan antara dua negara tetangga serumpun ini. Shin Okubo sering menjadi target demonstrasi oleh para pendukung kelompok Ultra Nasionalis Jepang, yang bukan hanya mengancam warga keturunan Korea yang ada di situ tetapi juga warga Jepang yang mereka temui sedang berbelanja di sini. 

Shin Okubo juga terkenal dengan cerita tentang seorang Mahasiswa asal Korea Selatan, Lee Su-Hyun. Pada 26 Januari tahun 2001, ketika sedang berada di stasiun Shin Okubo, seorang warga Jepang yang sedang mabuk terjatuh di atas rel kereta. Lee bersama seorang warga Jepang yang lain (Shiro Sekine) secara reflek mencoba membantu pemabuk yang jatuh tersebut, mereka melompat ke atas rel kereta, tetapi apa daya justru akhirnya mereka bertiga tewas terlindas kereta api. Kisah tragedi usaha seorang warga Korea berusaha menyelamatkan warga Jepang ini, membuat warga Jepang terkesan. Lee Su-Hyun menjadi salah satu simbol untuk memperbaiki hubungan baik kedua negara, Jepang dan Korea. Kisah kehidupan Lee, yang mempunyai pacar dan teman-teman warga Jepang, diangkat dalam sebuah film Jepang yang berjudul 26 Years Diary.
Shin Okubo terletak tidak jauh dari kawasan esek-esek Kabukicho.  Di Shin Okubo dan terutama di Kabukicho terdapat banyak bar, tempat pijat serta permainan judi  pachinko yang dikenal dikendalikan oleh kelompok kejahatan teroganisir (organized crime). Sehingga tingkat kriminal relatif tinggi dibanding wilayah Tokyo yang lain. Akan sering kita temui mobil patroli polisi berkeliling di area ini, bahkan di jalan-jalan yang sempit. Tetapi untuk sekedar berjalan-jalan di area ini, saya kira aman-aman saja karena memang sangat ramai. Tindakan kriminal yang disebut tinggi, maksudnya mungkin keributan antar pemabuk yang sudah kehilangan kendali, kejadian yang lumrah dilokasi yang padat hiburan malam. 

Deretan hotel short time dan permainan pachinko di area antara Kabukicho dan Shin Okubo.




Salam,
Takbir

No comments: