Thursday, January 27, 2011

Iran Trip - Yazd


Kami tiba di Yazd sekitar pukul 22.30 malam, 6 jam perjalanan dari Shiraz. Di Yazd kami telah memesan kamar untuk 3 malam. Hotel Silk Road. Hotel yang populer sebagai tempat berkumpulnya backpacker yang traveling melewati Yazd. Dan kebetulan si Arul kenal dan berteman baik dengan si pemilik Hotel, yang bernama Ali. Orang yang sangat ramah, dan staf-stafnya juga ramah dan sangat membantu. Rate kamar 20 USD (single)/ 40 USD (Double). Ada juga tipe dormitory untuk 6 orang (5 USD atau 8 USD dengan sarapan). Yang terkenal dari hotel ini juga adalah masakannya. Rekomended banget lah, harganya emang lumayan sekitar 45-60 ribu riyal, tapi patut dicoba, terutama masakan daging unta yang dicampur dengan kentang. Apalagi pake saos Indofood.

Hari pertama di Yazd, kami berkeliling kota Yazd. Kali ini ikut bersama kami adalah 3 mahasiswa/i asal china yang kuliah di Singapura. Saya dan Arul menyebut mereka trio kwek-kwek. Kami keliling kota bermodalkan peta kota Yazd yang diberikan Ali si pemilik hotel dan peta yang ada di buku LP edisi Iran cetakan tahun 2008. Oiya, buku LP ini masih valid mengenai alamat dan nomer telepon hotel, money changer, dan beberapa tarif masuk museum atau tempat wisata. Cuma untuk tarif hotel, sudah lebih tinggi dari yang disebutin di buku. Keliling kota Yazd, bermodalkan peta dan si Arul yang bisa bahasa farsi, kami cukup naik bis kota dengan biaya 500 riyal sekali naik. Tujuan pertama kami adalah Kuil Zoroaster atau dikenal dengan sebutan Atashkadeh. Kuil ini dibangun pada 1934 oleh perkumpulan jamaah Zoroaster India. Di dalamnya terdapat api yang terus menerus dijaga agar tidak padam. Didalam nya juga terdapat gambar Zoroaster sang pembawa pesan. Zoroaster atau Zarathustra atau Zardhust dilahirkan di daerah Iran yang bernama Urumiyeh dan wafat disuatu tempat di wilayah Afghanistan sekarang, yang dulu adalah termasuk wilayah kekuasaan Persia.


Tempat kedua yang kami datangi adalah Amir Chaqmak kompleks. Sebuah alun-alun dengan sebuah bangunan arsitektur khas Persia. Dekorasi dinding yang didominasi biru muda dan dua buah menara. Tempat yang bagus buat berfoto. Di seberang jalan ada museum air kota Yazd. Museum air? Emangnya apa yang menarik? Setelah masuk (tiket IR 10 ribu), baru kita ngerti, bagaimana kota Yazd yang terletak ditengah gurun bisa memenuhi kebutuhan airnya. Dari ribuan tahun lalu hingga kini, Yazd sangat bergantung pada sumber air tanah dari gunung-gunung batu sekitar Yazd. Untuk mengalirkannya ke kota, mereka menggali terowongan bawah tanah dari gunung hingga ke kota. Di setiap beberapa KM mereka menggali sumur sebagai tempat turun ke terowongan. Sumur-sumur tersebut mereka sebut Qanat. Para pekerja qanat masih menggunakan peralatan yang sederhana tetapi efektif untuk menggali lubang dan menjaga agar aliran air tidak tersumbat hingga ke kota. Para pekerja tersebut lebih memilih menggunakan pakaian serba putih, padahal mesti berkotor-kotor di bawah tanah, dengan maksud, jika mereka mati tertimbun didalam tanah, mereka sudah mengenakan pakaian serba putih. Tidak disebutkan berapa upah yang mereka dapatkan, cuma disebutkan bahwa mereka digaji dengan nilai yang baik.


Dari museum air ini saya balik ke Hotel untuk makan siang dan istirahat, yang lain kemudian melanjutkan keliling ke sebuah bangunan sekolah yang konon dulunya dibangun oleh Alexander of Macedonia dan digunakan sebagai penjara. Mereka juga mengunjungi museum koin dan masjed-e jameh.

Hari kedua di Yazd, kami mengikuti tour ke Chak-chak, salah satu tempat suci penganut Zoroaster. Jaraknya sekitar 65 KM diluar kota Yazd. Yang ikut lumayan banyak, sekitar 11 orang. Dengan biaya 28 USD per orang. Berangkat dari hotel sekitar pkl 08.30, sekitar setengah jam kemudian, tempat pertama yang kami singgahi adalah Istana Meybood. Istana dari tanah liat yang berumur ribuan tahun. Tidak jauh dari Istana Meybood kami mampir di sebuah tempat penyimpanan es. Bangunannya berkubah besar, ditengah-tengahnya ruangan besar yang digali. Ruangan ini kedap udara agar menjaga es didalamnya bisa bertahan lama. Ketika musim dingin tiba, mereka memotong balok-balok es dan memasukkan dan menumpuknya ke dalam ruangan tersebut. Cadangan es tersebut digunakan untuk menyuplay kebutuhan caravansery atau tempat penginapan para pedagang dan pelintas pada masa lampau. Di seberang jalan dari tempat penyimpanan es ini, ada sebuah bangunan bekas penginapan yang sekarang digunakan sebagai tempat untuk berjualan suvenir. Di sini kami juga diperlihatkan cara tradisional membuat atau menenun karpet Persia yang terkenal itu. Dari sini, kami mampir disebuah bangunan besar yang digunakan sebagai sarang burung merpati. Nama tempatnya ya, pigeon tower. Dinding bangunan 3 lantai ditata sebagai sarang burung merpati. Sangat unik, karena baru pertama kali saya melihat yang seperti ini. Burung merpati ini dulunya digunakan sebagai pengantar surat dan juga untuk dimakan dagingnya.



Sekitar 45 menit perjalanan melalui pegunungan dan gurun Iran tengah yang spektakuler kami menuju Chak-chak. Jalan raya ditempat yang terpencil sekalipun sangat mulus dan rata. Ketika invasi muslim arab ke persia yang kemudian menghancurkan dinasti Sassanid, salah satu putri Persia yang bernama Nikbanu, melarikan diri bersama pengawalnya ke area ini. Tetapi mereka terus dikejar oleh pasukan Arab, hingga akhirnya terdesak di perbukitan batu ini. Semua pengawalnya mati, sang putri kemudian lari naik ke atas bukit dan bersembunyi disebuah gua. Konon katanya dia menghilang dan tidak ditemukan oleh pasukan pengejarnya. Ditempat dia menghilang tersebut kemudian didapati sumber air yang terus menetes, dan ketika menyentuh lantai berbunyi “chak chak”. Hingga akhirnya dinamailah tempat itu Chak-chak. Tapi menurut saya, sang putri tidak mungkin menghilang begitu saja, bisa saja dia berhasil ditangkap oleh pasukan pengejarnya dan kemudian disembunyikan. Lalu disebarlah berita bahwa sang putri menghilang dan tidak berhasil ditemukan. Menurut saya ini paling masuk akal, mengingat waktu itu, seluruh wilayah Persia baru saja jatuh ke tangan Arab muslim, dan untuk mencegah timbulnya pemberontakan terbuka dari rakyat Persia yang masih menganut agama Zoroaster. Kejadian menghilangnya sang putri tersebut tercatat tanggal 14 juni. Jadi pada tanggal yang sama setiap tahunnya, penganut zoroaster berkumpul di Chak-chak untuk beribadah bersama. Info dari guidenya, gurun yang sepi ini, tiba-tiba menjadi sangat ramai pada tanggal tersebut, hingga lalu lintas dari dan menuju Chak-chak akan sangat macet. Untuk mencapai tempat ibadah zoroaster di Chak-chak kita harus menaiki anak tangga dengan kemiringan yang lumayan curam, cukup membuat saya ngos-ngosan dan betis lumayan pegal. Tetapi begitu sampai diatas kita bisa menikmati view pegunungan yang sangat indah. Tahan nafas jika takut ketinggian.



Dari Chak-chak kami menuju sebuah desa kuno yang bernama Kharanaq. Desa yang bangunannya terbuat dari tanah. Para penghuni terakhir di desa ini, oleh pemerintah Iran di relokasi tidak jauh dari lokasi desa yang lama. Karena pemerintah kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan listrik dan air dilokasi yang lama. Ruangan-ruangan dan menara dirangkaian desa kuno ini masih banyak yang utuh. Tempat yang sangat ideal untuk bermain petak umpet. Tetapi kebayang suasana desa di malam hari, seperti desa hantu. Disekitar desa juga masih terlihat banyak penduduk lokal yang bertani.


Diperjalanan pulang menuju Yazd, kami singgah di Tower of Silence yang terdapat dipinggiran kota Yazd. Di menara ini, yang dibedakan untuk laki-laki dewasa dan untuk perempuan dan anak-anak, jenazah penganut zoroaster jaman dulu di letakkan untuk dimangsa oleh burung pemakan bangkai. Untuk mencapai puncak menara, lumayan sulit juga mengingat jalan yang cukup terjal, dengan pasir dan kerikil, kalau tidak hati-hati bisa jatuh terguling-guling hingga ke bawah. Kami tiba di hotel sekitar pukul 19.00. Tour ini sangat memuaskan, jalan-jalan seharian, dengan jarak tempuh mungkin sekitar 200 KM pulang pergi, dengan biaya 28 USD saya kira sangat sepadan.

Esok paginya kami menyempatkan untuk berjalan-jalan ke sebuah taman bernama Dolat Abad Garden. Sekali lagi melihat typical taman di Iran. Ada kolam air ditengah-tengah taman. Terdapat sebuah paviliun kecil dua lantai yang cantik dengan gelas kaca warna-warni menghiasi jendelanya. Balik dari sini kami langsung check out dan menuju terminal untuk melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Isfahan.


Wassalam,

Takbir

No comments: