Thursday, January 27, 2011

Iran Trip - Shiraz (2)


Selama di Shiraz kami ditemani oleh gadis lokal bernama Nafiseh. Si Nafiseh ini masih pelajar, dan sore itu datang ke Hotel berharap bertemu orang asing dan bisa melatih percakapan bahasa Inggris yang katanya sudah lama dia pelajari, tapi butuh latihan percakapan. Dan akhirnya ketemulah dengan kami. Hari-hari berikutnya kami ditemani oleh Nafiseh berkeliling kota Shiraz. Selama di Shiraz, kami banyak menemui pemuda-pemudi yang antusias dengan orang asing, malah ada yang minta berfoto bareng.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah pasar tradisional Shiraz atau Bazaar yang terletak dekat dari hotel tempat kami nginap. Bazaar ini khas seperti bazaar yang ada di daerah timur tengah lainnya. Di sini kami khusus mendatangi bagian bazaar yang menjual barang-barang antik dan lukisan karpet yang sangat menarik.

Besok paginya, hari jumat, banyak tempat yang tutup. Orang Iran yang Shiah tidak mewajibkan sholat jumat, tapi ada masjid-masjid tertentu yang melaksanakan sholat jumat. Tetapi sebagian besar orang-orang lebih banyak yang berkeliaran di taman-taman dan sekitaran kota. Kami menuju sebuah taman tengah kota yang bernama Azadi. Di taman ini terlihat banyak warga Shiraz yang berolahraga, bermain voli dan ping pong. Menurut si Arul dan Nafiseh, di semua kota di Iran banyak disediakan taman-taman yang seperti ini, buat tempat warga jalan-jalan dan berolahraga. Dari taman kota ini kami menuju Eram Botanical Garden. Seperti kebun raya bogor versi mini. Saat yang tepat datang ke sini adalah musim semi dimana bunga-bunga bermekaran. Ciri khas dari taman ini adalah adanya kolam berlantai biru dengan latar belakang bangunan khas Iran. Bangunan ini adalah Istana peninggalan dinasti Qajar. Kombinasinya sangat bagus. Tetapi secara keseluruhan, taman ini masih kalah dengan kebun raya bogor dalam hal keberagaman koleksi tumbuhan yang ada didalamnya dan dalam segi luasnya taman. Taman ini populer dikalangan remaja Shiraz, karena banyaknya tempat buat mojok. Tiket masuk buat orang asing (turis) ke Eram garden IR 40 ribu, sedang buat orang lokal IR 5 ribu.

Malamnya baru kami mengunjungi makam penyair Iran yang sangat tekenal. Hafez. Sesuai saran Nafiseh, bahwa lebih bagus mengunjungi makam Hafez pada malam hari, karena penerangan di makam itu membuatnya lebih menarik. Puisi Hafez sangat terkenal dikalangan masyarakat Iran, hingga setiap rumah dikatakan memiliki buku kumpulan puisi Hafez selain kitab Al-qur’an. Orang Iran sering menggunakan puisi dan sajak Hafez untuk meramalkan apa yang akan terjadi dengan keinginan, harapan, dan pilihan mereka. Caranya dengan mengucapkan keinginan mereka kemudian membuka secara acak halaman buku Hafez. Sajak yang mereka dapatkan dari halaman yang dibuka secara acak tersebut akan memberikan petunjuk secara tersirat, apakah keinginan mereka bakal terwujud atau tidak. Tidak jauh dari makam Hafez, kami mengunjungi Gerbang Al-Qur’an. Gerbang yang dilewati jika kita menuju atau datang dari arah Esfahan. Setiap kali para pelancong datang atau pergi dari Shiraz melewati gerbang ini, dengan harapan mendapat berkah karena telah berjalan di bawah naungan Al Qur’an. Al Qur’an yang asli yang ada di atas gerbang ini telah dipindahkan ke museum dan gerbang ini tidak lagi digunakan sebagai jalan. Kebiasaan orang Iran melewati Al Qur’an sebelum bepergian sepertinya secara tidak langsung sudah merupakan kebiasaan mereka sebelum memeluk Islam. Masih ingat dengan relief raja Persia di Persepolis yang berjalan dinaungi Fravahar (simbol agama Zoroaster). Saya juga pernah melihat di televisi, para atlit Iran dan para gerilyawan Hezbollah yang Shiah berjalan di bawah Al qur’an, sebelum menuju ke medan laga.


Besok paginya sebelum check out dari hotel, kami masih sempat mengunjungi komplek Masjid Nasr-e Mulk dan Istana Karim khan Zand yang tidak jauh dari Hotel. Kami mengunjungi kedua tempat tersebut cukup dengan jalan kaki. Yang menarik dari masjid Nasr al Mulk ini –tempat pertama yang kami datangi- adalah adanya mimbar bagi sang raja yang berkuasa saat itu di dalam masjid, dimana posisi mimbarnya itu lebih tinggi dari posisi mimbar sang Imam. Masjid itu akhirnya tidak digunakan lagi, karena seharusnya posisi pemimpin tidak boleh lebih tinggi daripada Imam jika dia berada didalam Masjid. Dekorasi masjid ini mirip dengan dekorasi masjid-masjid lainnya yang kemudian banyak saya liat selama perjalanan di Iran. Istana Karim khan Zand pendiri Zand dynasty berdiri di tengah-tengah kota Shiraz. Yang menarik dari istana ini adalah ruang tempat mandi sang raja, yang terdiri dari beberapa ruang. Ruang tempat berganti pakaian, kolam berendam, dan ruang mengeringkan badan. Di sini juga terdapat diorama dimana sang raja beserta calon penerusnya dan para penasehat menerima tamu, seorang pedagang dari perancis. Ciri khas dari bangunan Persia mungkin adalah adanya taman ditengah-tengah yang dilengkapi dengan kolam yang membelah taman.






Sekitar pukul 15.00, Nafiseh menemani kami menuju Terminal bus untuk menuju ke Yazd. Perjalanan sekitar 6 jam dengan tiket bus seharga 75 ribu Riyal. Kami sangat berterima kasih pada Nafiseh yang dengan sabar dan senang hati mengantar kami ke sana ke mari selama 2 hari di Shiraz. Terutama saat menawar supir taksi, jadi kami bisa bayar lebih murah alias local rate.


Wassalam,

Takbir

4 comments:

Anonymous said...

Best, berapa belnjanya kalu kita pergi melancung sebegini ye?

http:anjung69.blogspot.com

Takbir said...

Hi,
14 Hari di Iran, mengunjungi empat kota, total biaya kurang dari USD1000. Diluar tiket pesawat loh ya. Bawa cash yang cukup. ATM machine tidak ada buat international Visa atau Master card

Parikesit said...

Saya sudah lama ingin mengunjungi istana Kharim Khan di Shiraz tapi uangnya gak pernah cukup

Parikesit said...

Istana Kharim Khan Layak Untuk Di Kunjungi