Sunday, April 28, 2013

Kansai Trip - Kyoto

Saya sudah pernah mengunjungi Kyoto pada oktober tahun 2011, selama 3 hari. Ceritanya silakan baca di sini. Jadi kunjungan kali ini adalah untuk mengunjungi beberapa tempat yang terlewat pada kunjungan saya yang pertama.

Dari Stasiun Osaka ke Stasiun Kyoto perlu sekitar 45 menit dengan kereta JR lokal, 540 Yen. Atau dengan Kereta Hankyu railway dari Stasiun Umeda-Osaka ke Karawamachi-Kyoto, lebih murah yaitu 390 yen. Saya naik kereta JR ketika berangkat dan kereta Hankyu ketika pulang kembali ke Osaka.

Untuk berkeliling di Kyoto memang yang paling enak dan murah adalah dengan naik bus. Kita bisa beli bus 1 day pass di mesin yang ada di terminal bus kota di depan Stasiun Kyoto, beli di hostel tempat menginap di Kyoto, atau beli langsung saja kepada supir busnya seharga 500 Yen. Semua lokasi, yang kebanyakan adalah kuil, dapat dijangkau dengan bus, tetapi beberapa tempat membutuhkan waktu yang lama untuk mencapainya. Seperti lokasi pertama yang ingin saya tuju yaitu Fushimi Inari Shrine. Dengan bus butuh waktu sekitar 50 menit tetapi dengan kereta hanya 6 menit dari Stasiun Kyoto, 140 Yen. Naik kereta lokal JR Nara Line (Track 8-9-10), berhenti di stasiun kedua yaitu Stasiun Inari. Dan gerbang masuk kuil persis berada di depan pintu keluar stasiun.
Di Kyoto terkenal dengan jumlah Shrine yang unik antara yang satu dengan yang lainnya. Fushimi Inari terkenal dengan deretan gerbang Torii yang disusun berjejeran. Setiap Torii tersebut merupakan sumbangan perorangan atau perusahaan. Nama penyumbang dan tahun pemasangannya dituliskan pada tiang setiap Torii tersebut. Tulisan itu terlihat jika kita berjalan dari atas ke bawah.


Dari Fushimi Inari saya kembali menuju ke Stasiun Kyoto. Karena hari ini adalah hari Jumat, saya berniat untuk melaksanakan sholat di Masjid Kyoto. Jangan bayangkan bentuknya seperti mesjid-mesjid pada umumnya, tetapi hanya berupa bangunan biasa yang berasal dari swadaya muslim yang tinggal di sekitar Kyoto, yang umumnya adalah pendatang seperti mahasiswa dari Indonesia. Penjaga sekaligus pengurus bangunannya adalah seorang ibu Jepang yang berjilbab. Di sini juga saya bertemu sekitar 4 orang pemuda muslim asli Jepang dan ketika sholat Jumat berakhir ada lagi seorang pemuda Jepang yang mengucapkan kalimat syahadat. Namanya Suzuki-san, dan memilih nama Yusuf sebagai nama identitas muslimnya. Untuk menuju ke mesjid ini, saya naik bus no.17 dan berhenti di halte Koujinguchi. Dari lampu merah dekat halte bus, menyeberang jalan kemudian berjalan melawan arah arus kendaraan, menyeberangi lampu merah, kemudian belok kanan di belokan yang pertama, sebuah jalan kecil, dan lokasi mesjidnya sekitar 20 meter di sebelah kiri. 

Tujuan berikutnya adalah Arashiyama dan jalur bambu Sagano yang berada di wilayah barat Kyoto. Area ini dijangkau juga oleh bus tapi untuk menghemat waktu saya memilih naik kereta dari Stasiun Kyoto dengan JR Sagano Line (Track 33) sekitar 15 menit menuju stasiun Saga Arashiyama, 230 yen. Arashiyama, atau saya bahasa Indonesia-kan dengan nama Gunung Geledek, sebenarnya menarik saat bunga sakura mekar atau disaat musim gugur ketika daun-daun pepohonan berubah warna kuning dan merah sebelum akhirnya rontok. Area wisatanya dengan berbagai toko suvenir dan restoran berada di sekitar sungai yang lebar dengan jembatannya. Selain itu yang juga banyak dikunjungi adalah jalur hutan bambu atau dikenal dengan nama hutan bambu Sagano.

Arashiyama Area

Kembali ke Stasiun Kyoto dan langsung menuju ke Kuil Kyomizudera dengan bus no.100. Menurut saya ada 3 kuil yang paling sering dijadikan ikon kota Kyoto, yaitu, Kuil Kinkakuji yang berlapiskan emas, Fushimi Inari dengan deretan Torii, dan Kuil Kyomizudera yang menarik karena lokasi kuilnya di atas bukit. Tempat ini akan sangat menarik pada saat musim gugur ketika daun-daun menjadi berwarna-warni. Dari atas sini kita juga bisa memandang ke arah kota Kyoto. Tiketnya 300 yen. Tidak banyak yang bisa dilihat di sini selain kuil itu sendiri dengan latar belakang kota Kyoto.



Dari kuil Kyomizudera, saya berjalan turun untuk menuju area Gion. Menuju Gion saya melewati area Higashiyama yang berupa jalan kecil  dengan deretan kios dengan bangunan tradisional Jepang. 




Gion adalah distrik hiburan malam yang dikenal sebagai distrik Geisha. Terutama di sore hari menjelang malam, akan kita temui beberapa Maiko atau Geisha yang masih pemula berjalan dengan langkah cepat. Geisha adalah penghibur tradisional Jepang yang mesti menguasai berbagai tarian dan cara menjamu makanan serta minuman tamunya. Dengan tutur kata yang halus dan terjaga. Geisha bukanlah wanita penghibur dalam konotasi negatif. 


Dari Gion distrik saya berjalan menuju perempatan Karawamachi dori dan kembali ke Osaka dengan Hankyu railway.

Perempatan Karawamachi-dori

Wassalam,
Takbir

No comments: