Thursday, June 23, 2011

Turki Trip - Aphrodisias


Aphrodisias berjarak sekitar 55 Km dari Pamukkale. Untuk menuju ke sana, saya ditawari oleh pihak Hostel untuk daftar di kantor Tour sebelah hostel, cuma tidak disediakan guide. Hanya disediakan transport pergi dan pulangnya. Biayanya 30 TL. Berangkat pukul 9.30 dan pulangnya 14.00. Jadwal bus saya ke Selcuk masih jam 16.30, daripada bengong, mending ikutan ke Aphrodisias. Kami semua hanya berlima, bersama pasangan Jepang dan pasangan Amerika. Jarak 55 Km itu ternyata jarak udara, tapi kalau lewat darat kita mesti mengitari sebuah gunung yang tinggi dan gede banget, sepertinya puncaknya ketutup salju. Sebelumnya kata orang hostel, lama perjalanan kira-kira 1 jam 15 menit. Dengan minibus Mercedes yang nyaman (karena hanya berenam dengan supir), kami benar-benar tiba setelah 1 jam 15 menit. Satu hal yang saya catat bahwa, orang-orang Turki yang mengurus travel benar-benar on time soal lama perjalanan. Tapi selama perjalanan saya sempat khawatir, bapaknya suka ngebut, mata saya kadang-kadang melirik speedometer yang nyundul-nyundul ke angka 160 Km/H! Akibatnya, kami sempat dicegat polisi lalu lintas. Kami, para penumpang, saling pandang dan punya kesimpulan sama, over speed… Hehehehe… Kami diturunkan di terminal, dan disitu sudah ada shuttle ‘traktor’ yang akan mengantar kami ke dalam komplek Aphrodisias.

Aphrodisias adalah sebuah kota yang dibangun oleh seorang pemuka dari warga setempat yang bernama Zoilos, kira-kira 2 abad sebelum Masehi. Komplek ini awalnya berfokus pada pembangunan kuil buat sang Dewi Cinta Aphrodite dan sebuah Teater terbuka. Pada perkembangannya kemudian banyak bangunan publik disekitarnya, seperti pemandian umum, balai kota dan tempat tinggal. Berada di komplek Aphrodisias, saya merasa tidak berada di Turki, tapi di Yunani. Sangat banyak patung-patung yang merupakan tokoh-tokoh yang berasal dari cerita mitologi Yunani. Kebudayaan Yunani atau lebih dikenal sebagai Hellenistik, di bawa dari barat oleh Alexander the Great of Macedonia, bersama dengan penaklukannya hingga ke Afghanistan. Di Afghanistan, kebudayaan Hellenistik bertemu dengan kebudayaan Hindu dan Budha pada masa itu. Ada yang berpendapat (dan saya juga berpikir demikian), bahwa Image dari Buddha seperti yang kita liat pada patung-patung Buddha sekarang-sekarang ini, mulai digambarkan setelah ada interaksi dengan budaya Hellenistik ini. Sebelumnya sang Buddha tidak pernah digambarkan dalam wujud manusia, ajarannya menyebar tanpa ada penggambaran Image tentang sang Buddha. Kalau kita perhatikan sepintas, memang bentuk bibir dan hidung, detail pahatan rambut sang Buddha, mirip dengan pahatan patung-patung dewa-dewi Yunani. Tapi, namanya juga pendapat.

Aphrodisias kemudian dikuasai oleh bangsa Romawi. Bangsa Romawi jauh sebelumnya memang sudah mengadopsi kebudayaan Yunani. Bedanya mereka menamai sendiri dewa-dewi Yunani. Contohnya Zeus dengan Jupiter, Hera dengan Juno, Poseidon dengan Neptune, Hades dengan Pluto, Athena dengan Minerva, Aphodite dengan Venus, dll. Tapi peran dan kemampuan dewa-dewi tersebut tetap sama. Bangsa Yunani dikatakan imajinatif, sedangkan bangsa Romawi lebih religius. Illiad, yang dianggap merupakan karya sastra pertama yang menuliskan Mitologi Yunani, ditulis oleh Homer, dipercaya hidup sekitar 1000 tahun sebelum Masehi.

Bangsa Yunani menciptakan Dewa mereka sesuai imajinasi mereka. Hal itu tidak pernah singgah di pikiran manusia sebelumnya. Hingga kemudian, para dewa tak sama dengan kenyataan. Mereka tidak sama dengan makhluk hidup lainnya. Di Mesir, patung tinggi dan tidak bergerak adalah representasi dari kekuatan yang menguasai kehidupan manusia. Atau patung wanita yang berkepala kucing yang mengesankan kekejaman. Atau patung sphinx raksasa yang jauh dari kehidupan manusia. Di Mesopotamia, relief binatang dibuat seperti relief binatang buas yang tidak pernah dikenal sebelumnya, yaitu manusia berkepala burung dan singa berkepala sapi, keduanya memiliki sayap elang, dan itu adalah hasil ciptaan para seniman yang menciptakan suatu hal yang tidak pernah terlihat kecuali dalam pikiran mereka sendiri. Berbeda dengan patung dewa ciptaan bangsa Yunani yang begitu alamiah dan indah, membuat alam semesta digambarkan jadi lebih rasional (pada masa itu).

Para dewa bangsa Yunani menjadikan langit sebagai tempat nyaman dan menyenangkan. Bangsa Yunani senang dengan hal seperti itu. Mereka tahu apa yang dilakukan para dewa di sana, apa yang mereka makan dan minum, di mana mereka mengadakan perjamuan makan dan bagaimana mereka menghibur diri. Tentu saja dewa ditakuti, mereka sangat kuat dan berbahaya ketika marah. Namun dengan cara yang tepat seorang manusia dapat berhubungan baik dengan mereka, bahkan bebas menertawai mereka. Zeus, raja para dewa, yang selalu menyembunyikan perselingkuhannya dari istrinya Hera, namun selalu terbongkar, adalah figur yang baik dan menyenangkan, dan bangsa Yunani menyukainya. Hera, tipikal istri pencemburu, pandai membuat muslihat untuk mengganggu suaminya dan menghukum wanita yang menjadi saingannya. Cerita-cerita demikian dibuat agar bangsa Yunani merasakan keramahan. Tertawa di depan Sphinx Mesir atau burung buas Assyria tidaklah dapat dibayangkan, namun hal demikian alamiah di Olympus, dan membuat para dewa cocok menjadi teman. Para dewa bumi juga sangat ramah dan manusiawi. Dalam wujud laki-laki dan gadis yang menyenangkan mereka mendiami hutan, sungai, dan laut.

Memasuki museum Aphrodisias, saya banyak melihat patung-patung pasangan sejoli yang ada dalam cerita Mitologi Yunani. Kisah cinta Eros alias Cupid dengan Psyche, Achilles dengan Penthesilea ratu Amazon, Poseidon dengan istrinya Amphitrite, Polyphemos dan Galatea, cinta satu malam Aphrodite dengan Anchises. Semuanya seolah-olah sebagai bukti bahwa Aphrodite selalu terlibat dalam setiap kisah cinta manusia yang bahagia, maupun yang tragis. Selain itu terdapat juga patung-patung yang merupakan peninggalan Romawi, seperti patung Kaisar Nero dan Ibunya, Kaisar Tiberius, Relief-relief yang menceritakan tentang kejayaan dan kemenangan dalam perang bangsa Romawi. Ketika Romawi kemudian menjadikan Kristen sebagai agama resmi, patung-patung dewa yang dianggap peninggalan pagan banyak yang di rusak. Kuil Aphrodite sendiri kemudian berubah fungsi jadi gereja pada sekitar 500 Masehi.

Reruntuhan gerbang utama memasuki kuil Aphrodite. Setelah dikonstruksi ulang, pada saat pertama kali ditemukan dan dieskavasi, semua bagian-bagian ini terpencar karena rubuh akibat gempa.

Bekas Kuil Aphrodite yang kemudian berubah fungsi jadi gereja di jaman Romawi Kristen.


Bouleuterion atau balai pertemuan. Didesain seperti mini teater, karena selain sebagai tempat pertemuan dan berkumpul, juga digunakan sebagai tempat pertunjukan drama.

Sisa-sisa reruntuhan di sekitar komplek Aphrodisias, yang cukup memberi gambaran bahwa, kota ini dihuni banyak penduduk dipuncak kejayaannya. Aphrodisias mulai ditinggalkan oleh penduduknya yang mengungsi dan melarikan diri pada sekitar 1200 Masehi, setelah bangsa Turki dari dinasti Seljuk berhasil berkali-kali mengalahkan pasukan Romawi di Anatolia.



Kayaknya belum sah disebut sebagai kota bekas Romawi jika tidak ada teaternya.

Sebasteion. Tempat yang berupa altar keagamaan yang memuja Kaisar Romawi sebagai dewa.


Sarcofagus atau peti mati dari batu, dengan ukiran kepala Medusa. Medusa, dewi berambut ular yang jika kita melihat matanya, maka akan mengubah kita jadi patung batu seketika, dipercaya sebagai pelindung orang yang mati dikehidupannya di dunia bawah (Under world). Dunia bawah dikuasai oleh Hades, saudara laki-laki Zeus. Menurut Mitologi Yunani, untuk menuju ke dunia bawah, kita akan melewati gerbang Tartarus yang dijaga oleh Cerberus, anjing berkepala tiga, yang membiarkan semua arwah untuk masuk, namun tidak mengijinkannya untuk kembali.

Shuttle Traktor


Setelah mengunjungi Aphrodisias kembali ke Pamukkale, serasa baru pulang tur dari Yunani.


Wassalam,
Takbir

6 comments:

Anonymous said...

Hi Ahmad Takbir,
great to finally find your blog. am going to Turkey next month. do you mind giving me the website of tour you took at Gerome & Selcuk?
will be traveling alone.

thank you so much, your blog helped me :)
Dewi

Takbir said...

Hi,

Glad to know my blog helped you.

Sorry I do not have any website that I can recommend to you for tour in Goreme and Selcuk. I suggest you to ask the hotel or hostel where you stay once you arrive in Goreme and Selcuk. The Hostel staff will help you to arrange the tour you need. The Tour will pick you in your hotel.
I recommend you to take Green tour in Goreme and Ephesus tour in Selcuk. They are worth it.

Wish you a nice travel

Anonymous said...

another question...am planning to go to Konya to see the sema, the sufi dance which is finished around 8pm. do know if there a bus going back to cappadocia that late. as planning to go there while staying in cappadocia. or should I stay a night in konya.

Takbir said...

I am not sure if there is a bus going back to Goreme Cappadocia that late. Goreme is a small town. Please ask the bus company agencies in Goreme. I think, just prepare your itinerary to stay 1 day in Konya instead of going there and back from/to Goreme.

Anonymous said...

hi Ahmad...for VOA, do I need to prepare anything like hotel confirmation, photo? or just give the passport? i believe it's 60$ rite

thank again! can't to go on Oct 14

Takbir said...

Voa for Indonesian Passport is USD 25 valid for 30 days. You just need to hand your passport in the Voa booth near to the immigration gate. They did not ask me for Photo or such a Hotel confirmation