Saturday, June 25, 2011

Turki Trip - Ephesus (Selcuk)


Perjalanan darat dengan minibus dari Pamukkale ke Selcuk memakan waktu tiga setengah jam. Tiba di terminal Selcuk, saya kemudian bertanya kepada seorang pemuda Turki, yang namanya Albik, di mana letak Hotel Artemis, Hotel yang direkomendasikan oleh staf Hostel di Pamukkale. Hotel ini berada tidak jauh di belakang terminal melewati pasar tradisional yang menjual barang-barang campuran dan sebuah Mesjid. Single room 40TL. Tempatnya bagus dan bersih. Karena tibanya sudah malam, setelah mandi saya keluar cari makan. Di sekitar area itu juga sangat banyak restaurant dan kafe, dan kebetulan pada malam itu sedang ada pertandingan kualifikasi Euro 2012 antara Belgia dan Turki yang ditayangkan langsung di televisi, membuat kawasan itu semakin ramai oleh pengunjung dan teriakan dukungan orang-orang Turki buat timnas mereka. Pertandingan itu sendiri berakhir imbang 1-1. Kembali ke Hotel buat istirahat, esoknya pagi-pagi saya mau ikutan tur ke Ephesus.

Ephesus mulai berkembang dari sebuah desa menjadi kota setelah dikuasai oleh Lysimachia, salah seorang jendral perang Alexander Agung. Sepeninggal Alexander Agung, wilayah-wilayah taklukan di perebutkan dan dibagi-bagi oleh para jendralnya, mengingat Alexander yang mati muda tidak mempunyai anak sebagai penerusnya. Pengaruh Hellenistik juga dibawa oleh penaklukan Alexander di kawasan ini. Ephesus kemudian dikuasai oleh Kekaisaran Romawi pada 88 SM. Sempat terjadi pemberontakan, tapi kemudian berhasil dikuasai kembali oleh Romawi dibawah pimpinan Lucius Cornelius Sulla dua tahun kemudian, 86 SM. Diceritakan bahwa Kaisar Romawi Mark Anthonius dan Ratu Mesir Cleopatra berkunjung pada musim semi ke Ephesus pada 33 SM untuk berbulan madu. Pada masa kaisar Augustus, 27 SM, Ephesus dijadikan ibukota untuk provinsi Anatolia Barat dari Kekaisaran Romawi, sejak inilah Ephesus berkembang menjadi kota besar masa itu. Puncak kejayaan Ephesus terjadi pada abad ke-2 Masehi. Epehesus terkenal dengan Kuil Artemis (Diana) yang karena ukurannya yang sangat besar, menjadikannya salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada masa itu. Selain itu yang bisa dikatakan sebagai landmark Ephesus adalah Perpustakaan Celsus, sebagai penghormatan kepada seorang Senator Romawi sekaligus mantan Gubenur untuk wilayah Anatolia Barat Romawi, Tiberius Julius Celsus Polemaeanus, yang dibangun oleh anaknya, Julius Aquila Polemaeanus. Selesai dibangun pada 135 Masehi. Celsus sendiri dimakamkan dalam sebuah sarkofagus di bawah perpustakaan yang menggunakan namanya.

Perpustakaan Celsus dikatakan memiliki dua belas ribu koleksi buku yang berupa gulungan kertas papirus. Merupakan perpustakaan ketiga terbesar di dunia pada masa itu, setelah perpustakaan di Alexandria dan di Pergamon (Bergama, di masa Turki modern ini). Kayu-kayu papirus diimport dari Mesir untuk dijadikan kertas. Ekspor kayu papirus ke Ephesus kemudian dihentikan oleh pihak Alexandria (ibukota Mesir jaman Romawi), karena takut jumlah buku atau gulungan papirus di Ephesus melebihi jumlah buku di Alexandria sendiri.

Ephesus seperti halnya kota-kota Romawi, mempunyai sarana-sarana umum seperti, pasar, jalan-jalan kota dengan pilar-pilar di kiri kanannya, rumah sakit, Basilika, Hamam (pemandian umum), Toilet Umum khusus laki-laki bangsawan, hingga ‘Rumah Cinta’. Lokasi ‘Rumah Cinta’ ini persis diseberang jalan berhadapan dengan Perpustakaan Celsus. Setelah proses eskavasi, ditemukan lorong bawah tanah yang menghubungkan Perpustakaan Celsus dengan ‘Rumah Cinta’ ini. Jadi kemungkinan, lelaki Romawi dulu, ngakunya ke perpustakaan tapi belajarnya di ‘Rumah Cinta’. Bukti bahwa, dari dulu lelaki emang banyak akal bulusnya. Satu lagi yang harus ada di kota Romawi, Teater. Juga terdapat bekas pelabuhan, karena di masa itu Ephesus berada tepat di tepi laut. Sekarang ini laut terdekat berjarak sekitar 5 KM. Kota terdekat dari Ephesus yang berada di tepi laut adalah Kusadasi. Kota yang pada musim panas menjadi tujuan wisata domestik yang sangat ramai. Kalau ada yang mau ke Ephesus dan berniat menginap semalam, mungkin bisa mencoba nginapnya di Kusadasi saja, lebih ramai dan lebih bagus pemandangannya di tepi laut. Tur Ephesus bisa pesan lewat Hotel.Tapi sepertinya biaya bakalan lebih mahal. Pertimbangan akhir buat pelancong ber-budget ketat kayak saya.

Perpustakaan Celsus

"Rumah Cinta" di seberang jalan dari perpustakaan Celsus. Bekas kamar-kamar terlihat dari sisa reruntuhan

Di sisi jalan dari arah teater ke perpustakaan celsus pada sebuah batu yang dijadikan jalan, terdapat simbol yang berupa gambar hati dengan titik-titik atau lubang, cekungan lingkaran, jejak kaki kiri, gambar perempuan bermahkota, dan sebuah bentuk persegi panjang. Yang bisa diartikan, jika anda sedang patah hati, dan anda punya uang (koin), melangkah ke depan disebelah kiri ada perempuan cantik yang bisa membuat anda senang di atas persegi panjang??? artiin sendiri deh... :)

Teater. Sekali lagi, belum sah rasanya disebut kota Romawi kalau belum ada teaternya. Dulunya dipinggir arena teater ini dipasangi jeruji untuk melindungi penonton dari terkaman binatang buas. Arena teater ini menjadi tempat para sesama gladiator bertarung, dan kadang mereka mesti bertarung menghadapi singa. Gladiator adalah budak yang memang tugasnya adalah bertarung atau dipaksa bertarung. Budak tersebut bisa membeli kebebasannya jika dia mampu memenangkan seratus pertarungan.

Temple of Hadrian. Kuil yang berupa monumen, yang dibuat sebagai penghormatan kepada Kaisar Romawi, Hadrian

Reruntuhan bangunan yang disebut sebagai bekas rumah sakit, diketahui dari simbol api obor dan ular. Obor yang yang melambangkan kehidupan dan ular yang melambangkan penyembuhan.


Yang juga menjadi ciri khas kota Romawi adalah toilet umum untuk para bangsawan dan orang-orang kaya saja. Dudukannya berdekatan tanpa sekat, dan dikaki mereka mengalir air buat cebok. Kasian orang yang berada di paling ujung, menggunakan air bekas orang-orang sebelumnya. Jadi kebayang mereka buang air sambil melihat orang disebelahnya juga melakukan kegiatan yang sama. Para bangsawan dan orang kaya ini, konon kadang membawa budaknya pada saat cuaca dingin, bukan buat nyebokin, tapi disuruh duduk di atas batu marmer tempat buang hajat tersebut, sampai marmer tersebut agak hangat, baru majikannya duduk dan buang hajat disitu.


Ephesus menjadi tempat penyebaran ajaran kristen awal. Mereka menyebarkan ajaran dan mengajak orang-orang dengan cara sembunyi-sembunyi, karena Romawi masih memusuhi dan menyiksa setiap penganut kristen. Paul dikatakan juga pernah berada di kota Ephesus untuk menyebarkan ajaran kristen, sebelum dia pergi meninggalkan kota untuk menghindari pengejaran orang-orang Romawi pagan dan juga kaum Yahudi yang memusuhi penganut kristen. Untuk saling mengenali orang yang menganut kristen, mereka membuat simbol yang hanya diketahui oleh antar penganut kristen. Simbol yang mirip roda kereta dibawah, merupakan kombinasi dari rangkaian huruf Yunani kuno yang membentuk kata yang berarti 'Ikan'. Penganut kristen yang baru datang pertama kalinya ke kota Ephesus akan mengetahui bahwa ada penganut kristen di dalam kota dengan melihat simbol tersebut.

Diluar komplek Ephesus, ada sebuah kafe dengan simbol 'ikan'. Ketika saya mendekat untuk mengambil gambar simbol tersebut, pelayan kafe langsung menghampiri dan menyapa, silakan masuk, kami menyediakan liquor, beer, wine, etc. Saya cuma minta maaf, kalau saya cuma mau ngambil gambar saja.

Dari komplek Ephesus kami menuju ke Museum, tempat menyimpan artefak-artefak dari hasil eskavasi di komplek Ephesus yang masih bagus. Diantaranya terdapat patung dewa Bes. Yang dipercaya sebagai dewa 'kesuburan' alias fertilitas yang menjaga ibu ketika hamil hingga melahirkan. Bentuknya yang aneh dan 'tidak masuk akal', membuat ibu yang ada dirombongan kami nyeletuk, "it's not true". Rombongan anak sekolah dasar yang berkumpul didepan pajangan patung Bes ini pada ketawa cekikikan. Kemampuan dewa Bes bisa disejajarkan dengan kemampuan almarhumah mak Erot, penolong pria-pria Indonesia yang merasa kurang jantan... hohohohoho

Patung dewi Artemis (Diana) yang juga dianggap sebagai dewi kesuburan, digambarkan dengan sosok wanita berpayudara sangat banyak. Di Museum ini juga ada sebuah maket kuil Artemis yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia di masanya.


Berikutnya kami menuju ke lokasi bekas Kuil Artemis. Di sini sisa-sisa kuil sudah tidak banyak, cuma menyisakan sebuah pilar. Kuil Artemis dihancurkan oleh para penganut kristen, ketika agama Kristen resmi diterima sebagai agama negara oleh penguasa Romawi. Banyak batu-batu, bahan bangunannya yang diambil dan digunakan untuk bangunan lain. Konon, termasuk beberapa ada yang diangkut ke Konstantinopel untuk membangun Hagia Sofia. Gambar dibawah memperlihatkan, bahwa di tempat ini telah melewati beberapa masa kekuasaan dan pengaruh budaya yang berbeda. Reruntuhan kuil Artemis dari kebudayaan Hellenistik, katedral dari jaman Romawi, Benteng di puncak bukit peninggalan Dinasti Seljuk, Masjid yang dibangun pada masa Usmani, dan perumahan penduduk jaman sekarang, Turki modern.

Selanjutnya kami mengunjungi tempat kerajinan keramik dan karpet. Keramik yang dibuat dan kemudian dilukis motif dan gambar yang menarik diatasnya, dijamin otentik dan tidak sama antara karya yang satu dengan yang lain, karena dilukis dengan manual oleh senimannya tanpa menggunakan alat cetak.

Selanjutnya di tempat semacam balai pelatihan pembuatan karpet tradisional yang katanya 100 persen dibiayai dinas pendidikan pemerintah Turki, kami diperlihatkan cara pembuatan karpet dan cara menghasilkan serat atau benang sutra dari kepompong ulat sutra. Kami juga disilakan mencoba merasakan perbedaan permukaan beberapa karpet yang telah mereka buat. Untuk menghasilkan sebuah karpet dari benang wol atau kapas memakan waktu sekitar 7 bulan, tapi untuk karpet dari benang sutra yang ukurannya hanya separuh dari ukuran karpet sajadah, bisa menghabiskan waktu setahun! Pantas aja mahal. Tapi pegawai balai latihan tersebut menjamin harga yang diberikan harga yang termurah, karena itu tadi, semua bahannya seratus persen dibiayai oleh pemerintah Turki.

Kembali ke Hotel setelah tur, istirahat sebentar untuk kemudian menuju terminal bus. Malamnya berangkat ke Istanbul. Lama perjalanan Selcuk ke Istanbul sekitar 10 jam. Dengan begitu selesai pula perjalanan 10 hari saya ke Turki. Rasanya 10 hari kurang, tapi dengan memaksimalkannya saya bisa mengunjungi tempat-tempat yang memang sudah ada dalam plan itinerary saya sebelumnya dan yang paling penting juga, budgetnya pas sesuai perhitungan biaya yang saya persiapkan. Turki, suatu saat mungkin saya kembali lagi.



Wassalam,
Takbir

1 comment:

kotabandungkita said...

Haha...gambar dewa bes dan komentar ibu2